Apa yang dimaksud Job Involvement?

Apa yang dimaksud Job Involvement?

Apa yang dimaksud Job Involvement?

Job involvement merupakan tingkat sejauh mana seorang karyawan berpihak secara psikis pada pekerjaan mereka dan memiliki anggapan bahwa kinerjanya penting untuk harga dirinya Veithzal dan Mulyadi (2012). Luthans (2006) menjelaskan bahwa job involvement akan terjadi apabila anggota organisasi memposisikan diri mereka pada peran fisik, kognitif, dan emosional ketika bekerja.

Pada prakteknya job involvement sangat erat kaitannya dengan tingkat absensi, tingkat pengunduran diri serta keinginan untuk berpartisipasi pada suatu tim atau kelompok kerja. Apabila tingkat keterlibatan kerja dan komitmen organisasi tidak diperhatikan akan menyebabkan terjadinya turnover oleh karyawan dan kemangkiran atau tingkat absensi tinggi (Blau dan Boal (1987) dalam Prihatini dan Sarah, 2013).

Prasetyo (2016) menyatakan bahwa job involvement dapat digunakan untuk memprediksi tingkat absensi dan tingkat turnover karyawan. Hal tersebut dikarenakan job involvement dapat menunjukkan tingkat penyatuan antara karyawan dengan pekerjaan mereka. Ketika karyawan menyatu dengan pekerjaan mereka, maka pekerjaan tersebut akan dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting dan mereka akan sangat melibatkan diri mereka dan akan meluangkan banyak waktu untuk melaksanakan pekerjaannya. Pada akhirnya, karyawan yang memiliki tingkat job involvement yang tinggi akan bersedia untuk lembur, jarang terlambat, dan memiliki tingkat absensi yang rendah.

Menurut Luthans (2006) terdapat tiga kondisi psikologis yang dimungkinkan dapat meningkatkan keterlibatan kerja ( job involvement ) seseorang dalam pekerjaannya, yaitu sebagai berikut:

  1. Perasaan berarti. Secara psikologis, perasaan berarti adalah perasaan yang diterima melalui energi fisik, kognitif, serta emosional. Perasaan berarti yakni seseorang merasakan pengalaman jika tugas yang sedang mereka kerjakan merupakan hal yang berharga, berguna atau bernilai.

  2. Rasa aman. Secara psikologis, rasa aman timbul ketika seseorang mampu memperlihatkan atau bekerja tanpa adanya rasa takut atau mempunyai konsekuensi negatif pada citra diri, status, atau karier. Rasa aman dan percaya diri dibangun berdasarkan kondisi yang sudah diperkirakan, konsisten jelas tanpa adanya ancaman.

  3. Perasaan ketersediaan. Secara psikologis, perasaan ketersediaan artinya seseorang memiliki perasaan bahwa sumber-sumber yang memberikan kecukupan fisik personal, serta kognitif ada pada saat dibutuhkan.

Karakteristik Job involvement

Terdapat beberapa karakteristik karyawan yang memiliki job involvement tinggi dan rendah menurut Cohen (2003), diantaranya adalah sebagai berikut

  1. Karakteristik karyawan yang mempunyai job involvement yang tinggi:
  • Menghabiskan waktu mereka untuk bekerja

  • Mempunyai tingkat kepedulian yang tinggi pada pekerjaan dan perusahaan

  • Puas dengan pekerjaan mereka

  • Mempunyai tingkat komitmen yang tinggi pada karir, profsi, serta organisasi

  • Memberikan kinerja terbaik untuk perusahaan

  • Tingkat absen dan niat turnover rendah

  1. Karakteristik karyawan yang mempunyai job involvement yang rendah:
  • Tidak mempunyai usaha yang keras untuk memajukan perusahaan

  • Tidak mempedulikan pekerjaan ataupun perusahaannya

  • Tidak puas terhadap pekerjaan ataupun perusahaan

  • Tidak memiliki rasa puas terhadap pekerjaannya

  • Tidak mempunyai komitmen pada pekerjaan ataupun perusahaan

  • Tingkat absen dan niat turnover tinggi

  • Motivasi kerja rendah

  • Memiliki perasaan kurang bangga terhadap pekerjaan dan perusahaan.

Dimensi Job involvement

Lodahl dan Kejner juga menyatakan bahwa job involvement memiliki dua dimensi, yakni sebagai berikut:

  1. Perfomance self-esteem contingency

Dimensi ini menyatakan bahwa job involvement muncul pada saat kinerja yang baik dapat meningkatkan harga diri setiap individu. Dimensi ini mencerminkan suatu tingkatan dimana harga diri individu dipengaruhi oleh kinerja mereka. Hal ini meliputi sejauh mana hasil dari kerja karyawan (perfomance) bisa memengaruhi harga diri mereka ( selfesteem ). Harga diri diartikan sebagai suatu tanda dari tingkat yang mana seseorang percaya bahwa diri mereka mampu, cukup, dan bernilai.

  1. Psychological identification

Job involvement disini mengacu pada suatu tingkat seberapa jauh individu mengartikan dirinya secara psikologis terhadap pekerjaan mereka atau pentingnya pekerjaan bagi dirinya. Individu yang mempunyai job involvement merupakan individu yang beranggapan bahwa pekerjaan adalah suatu hal terpenting dihidupnya.

Faktor yang mempengaruhi Job involvement

Kanungo (1982) juga menyatakan bahwa keterlibatan kerja ( job involvement ) dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut

  1. Keterlibatan kerja sebagai karakteristik personal,

  2. Keterlibatan kerja sebagai karakteristik situasional, dan

  3. Keterlibatan kerja sebagai hasil interaksi seseorang dengan lingkungan.

Job involvement merupakan bentuk komitmen seorang karyawan dalam melibatkan peran dan kepedulian terhadap pekerjaan baik secara fisik, pengetahuan dan emosional sehingga menganggap pekerjaan yang dilakukannya sangat penting serta memiliki keyakinan kuat untuk mampu menyelesaikannya. Berikut adalah beberapa pengertian job involvement (keterlibatan kerja) menurut beberapa ahli :

Menurut Brown dalam Rizky Novarinda dan M. Iqbal (2017) menyatakan : “Setiap pekerja dapat mengidentifikasikan diri secara psikologis dengan pekerjaannya, dan menganggap pekerjaannya penting untuk dirinya selain untuk organisasi.”

Robins dalam Alfine, Altje dan Greis (2015) menyatakan bahwa : “Karyawan yang memiliki keterlibatan kerja tinggi terhadap pekerjaannya ditandai dengan karyawan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pekerjaan, adanya perasaan terikat secara psikologis terhadap pekerjaan yang ia lakukan dan keyakinan yang kuat terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan pekerjaan.”

Menurut Blau dan Boal dalam Rizky Novarinda dan M. Iqbal (2017) menyatakan : “Keterlibatan kerja adalah tingkatan dimana pekerja membenamkan diri dengan pekerjaan mereka, menginvestigasikan waktu dan energi di dalamnya, melihat pekerjaan sebagai pusat dari kehidupan mereka secara keseluruhan.”

Job involvement (keterlibatan kerja) adalah karyawan yang berkomitmen atas pekerjaannya, memiliki keterlibatan kerja yang tinggi, mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap pekerjaannya, menganggap bahwa pekerjaanya sangat penting untuk diri sendiri, mempunyai perasaan terikat terhadap pekerjaannya serta mengerjakan pekerjannya dengan baik dan bersungguh – sungguh.

Aspek – aspek Job Involvement


Menurut Lawler dalam Rizky Novarinda dan M. Iqbal (2017) aspek keterlibatan kerja, yaitu :

  1. Pekerjaan adalah minat hidup yang utama, keterlibatan kerja akan muncul bila pekerjaan dirasakan sebagai sumber utama terhadap harapan individu dan sumber kepuasan dari kebutuhan – kebutuhan yang menonjol individu. Kebutuhan yang menonjol ini akan menguat bila pekerjaan di presepsikan mampu memenuhi kebutuhan – kebutuhannya sehingga akan membuat individu menghabiskan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk pekerjaannya.

  2. Berpatisipasi aktif dalam pekerjaan, partsipasi aktif akan terjadi bila seseoraang diberikan kesempatan yang seluas – luasnya dalam bekerja seperti kesempatan mengeluarkan ide – ide, membuat keputusan yang berguna untuk kesuksesan perusahaan, kesempatan untuk belajar, mengeluarkan keahlian dan kemampuannya dalam bekerja sehingga partisipasi aktif ini akan berpengaruh pada hasil kerja dan hasil yang memuaskan akan mempengaruhi rasa berharga pada dirinya.

Karakteristik Job Involvement


Ada beberapa karakteristik dari pegawai yang memiliki keterlibatan kerja yang tinggi maupun yang rendah, menurut Cohen dalam Risa Yuliana (2017) sebagai berikut :

  • Karakteristik karyawan yang memiliki keterlibatan kerja yang tinggi :
  1. Menghabiskan waktu untuk bekerja.
  2. Memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pekerjaan dan organisasi.
  3. Puas dengan pekerjaannya.
  4. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap karier, profesi dan organisasi.
  5. Memberikan usaha-usaha yang terbaik untuk organisasi.
  6. Tingkat absen dan intensi turnover rendah dan memiliki motivasi yang tinggi.
  • Karakteristik karyawan yang memiliki keterlibatan kerja yang rendah :
  1. Tidak mau berusaha keras untuk kemajuan organisasi.
  2. Tidak peduli dengan pekerjaan maupun organisasi.
  3. Tidak puas dengan pekerjaan.
  4. Tidak memiliki komitmen terhadap pekerjaan maupun organisasi.
  5. Tingkat absen dan turnover tinggi dan memiliki motivasi yang rendah.
  6. Tingkat pengunduran diri yang tinggi.
  7. Merasa kurang bangga dengan pekerjaan dan organisasi.

Dimensi dan Indikator Job Involvement


Menurut Luthans Rizky Novarinda dan M. Iqbal (2017) terdapat tiga keadaan psikologis yang dapat meningkatkan keterlibatan kerja kayawan, yaitu :

  1. Perasaan berarti, secara psikologis perasaan diterima melalui minat hidup, pengetahuan, dan emosional. Perasaan berarti juga merasakan pengalaman bahwa tugas yang sedang dikerjakan adalah berharga, berguna, dan bernilai.

  2. Rasa aman, secara psikologis muncul ketika individu mampu menunjukkan bekerja tanpa rasa takut atau memiliki konsekuensi negatif terhadap citra diri, status, dan karier.

  3. Perasaan ketersediaan secara psikologis berarti individu merasa bahwa sumber – sumber yang memberikan kecukupan fisik personal, emosi, dan kognitif tersedia pada saat yang dibutuhkan.