Apa yang Dimaksud Interdependensi Asimetris?

interdependensi asimetris
Apa yang Dimaksud Interdependensi Asimetris?

Interdependensi Asimetris

Interdependensi sebenarnya merupakan turunan dari teori liberalisasi yang terdapat dalam studi hubungan internasional. Liberalisme mempunyai asumsi bahwa modernisasi akan meningkatkan kadar interdependensi antar negara. Interdependensi mengacu pada situasi yang karakteristik, yakni dengan adanya efek resiprokal antar negara yang berbeda. Efek ini sering kali merupakan hasil dari transaksi internasional, yaitu arus barang/ jasa, manusia, uang, dan informasi, yang melewati batas negara. Saat ini, jangkauan ekonomi politik global menunjukkan betapa luasnya interdependensi antar negara. Hubungan ekonomi melalui kerjasama perdagangan dapat berubah dan perubahan tersebut dapat mempengaruhi interdependensi ekonomi. Antar negara akan terjadi mutual dependent dalam hal barang dan jasa yang tidak dapat diproduksi oleh suatu negara tetapi dapat diproduksi negara lain. Interdependensi semacam ini akan sangat merugikan apabila diputuskan hubungannya oleh suatu negara terhadap negara lain.

Sifat dalam hubungan interdependensi memiliki pola seperti yang dikemukakan oleh Nye sebagai pembeda dalam dimensi interdependensi. Nye menyatakan bahwa adanya simetri interdependensi. Simetri dalam hal ini mencakup seberapa jauh keseimbangan dan interdependensi. Apabila intedependensi suatu pihak simetris, maka keduanya memiliki kekuatan yang sama. Dalam keseimbangan, dependensi berlebih maupun pihak yang kurang bergantung dapat saja memiliki keunggulan. Namun dalam hal ini, yang dicermati adalah manipulasi yang dilakukan dalam mengatur simetri interdependensi ini. Nye berpendapat, negara yang dapat mengatur tingkat interdependensinya lah yang dianggap memiliki kekuatan yang cukup kuat. Lebih lanjut dalam pola interdependensi akan terdapat keuntungan. Dalam aspek keuntungan ini, Nye membagi menjadi tiga fenomena yang ia rangkum dalam terminologi keuntungan relatif. Ketiganya adalah positive sum game , atau pihak-pihak didalamnya yang akan mengalami keuntungan, kedua adalah zero sum game yang mana ada salah satu pihak yang diuntungkan dan secara otomatis merugikan pihak yang lain. ketiga adalah negative sum game yang mana pihak-pihak yang terlibat akan bersama-sama mengalami kerugian.

Dalam mengamati fenomena interdependensi dapat terjadi pada beberapa sektor dalam hubungan antar negara yaitu sektor pedagangan, sektor finansial sektor investasi, dan sektor politik. Dari sektor inilah dilihat bagaimana pola hubungan AS dan keterikatan AS dengan China sehingga tetap melakukan perdagangan dengan China meskipun terus mengalami defisit setiap tahunnya. Pada dasarnya ketik berbicara tentang interdependensi maka akan berpijak pada beberapa kalkulasi efisiensi yaitu negara-negara tidak secara politik atau ekonomi autarki, mereka tidak akan sendii. Setiap negara membutuhkan bantuan baik secara aktif maupun pasif dari yang lainnya guna mencapai tujuan-tujuan mereka. Setiap negara akan membutuhkan negara lain sebagai partner untuk memastikan keamanannnya, setiap negara membutuhkan negara lain untuk berdagang dan sebagai partner dalam mengelola hubungan-hubungan ekonomi internasional, dan setiap negara pasti membuthkan negara lain untuk menolong dari kesukaran terkait permasalahan bersifat domestik maupun internasional. Dalam kalkulasi ini maka negara percaya bahwa biaya mereka keluarkan akan lebih sedikit. Pola interdependensi inilah yang kemudian dikembangkan Albert Hirscman. Ia mengemukakan bahwa perdagangan memiliki keuntungan yang berbeda untuk kedua pihak yang terlibat di dalamnya. Dari eprdagangan akan timbul hubungan ketergantungan, pengaruh dan bahkan dominasi. Hubungan perdagangan dapat diartikan negara sebagai power dan influence. Power yang dimaksudkan disini adalah bagaimana aktor A dapat mempengaruhi aktor B. Lebih khusus lagi, Hirschman menemukan dalam hubungan perdagangan asimetris menggunakan insentif ekonomi untuk mempengaruhi domestik negara lainnya untuk memajukan tujuan politik.

Ketika kekuatan ekoonomi memiliki pengaruh terhadap bargaining dan pengaruh teradap suatu negara maka disinilah Hirschman mengungkapkan bahwa keuntungan dapat diperoleh dari perdagangan dan dengan adanya perdagangan antar aktor (negara) dapat ‘memungkinkan’ untuk mendapatkan keuntungan lain bersifat non-ekonomi. Lebih lanjut, Hirschman menyatakan bahwa pentingnya pengaruh politik yang dihasilkan oleh hubungan ekonomi antar nergara. Dengan kata lain ketika negara-negara melakukan perdagangan maka secara tidak langsung akan meningkatkan ‘ bargaining power ’ dalam politik antar negara yang ‘diindikasi’ akan dapat memberikan keuntungan secara non ekonomi. Interdependensi asimetris dapat menghasilkan ‘ bargaining ’politik anta negara. Teori ini merupakan paradigma baru yang membahas dampak dari kesenjangan nasional tentang hubungan internasional. Interdependensi ini disebut sebagai pola yang akan memberikan keuntungan bagi negara, seperti yang diungkapkan oleh Klauss Knor:

“ Power arises from an asymmetrical interdependence”

Power diindifikasikan sebagai suatu pengaruh aktor A ke aktor B. Gagasan iterdependensi asimetris ini merupakan sumer dari power yang saat ini sering diungkapkan dalam tulisan ekonomi politik internasional. Dependence dalam konteks ini diartikan sebagai needs sedangkan asymmetry merujuk kepada fakta bahwa aktor (negara) harus mendapatkan keuntungan dari pola hubungan yang dibentuk lebih dari aktor lain dalam pola tersebut.

Salah satu konsep utama yang dapat dipakai untuk menggambarkan sifat sistem internasional saat ini adalah konsep interdependensi. Konsep ini menyatakan bahwa negara bukan merupakan aktor independen secara keseluruhan, justru negara saling bergantung satu dengan yang lainnya. Tidak ada suatu negara pun yang secara keseluruhan dapat memenuhi sendiri kebutuhannya, masing-masing bergantung pada sumberdaya dan produk dari negara lainnya.

Interdependensi itu sebenarnya merupakan turunan dari perspektif liberalisme yang terdapat dalam studi Hubungan Internasional. Liberalisme interdependensi memiliki asumsi bahwa modernisasi akan meningkatkan tingkat interdependensi antar negara. Aktor transnasional menjadi semakin penting, kekuatan militer merupakan instrumen yang tidak absolut dan kesejahteraan merupakan tujuan yang dominan dari negara. Interdependensi kompleks akan menciptakan dunia hubungan internasional yang jauh lebih kooperatif (Perwita & Yani, 2005).

Saling ketergantungan (interdependensi) dapat terjadi dalam berbagai isu, seperti ekonomi, politik dan sosial. Dalam interdependensi, terdapat setikdaknya beberapa sektor ekonomi dan politik dalam hubungan interdependensi antar negara, yaitu sektor perdagangan, investasi, finansial dan politik. Sektor Perdagangan; merupakan sektor penting dalam memahami ketergantungan ekonomi. Hubungan ekonomi melalui perdagangan dapat berubah dan perubahan tersebut dapat mempengaruhi interdependensi. Transaksi perdagangan memiliki implikasi besar terhadap interdependensi dibandingkan dengan transaksi internasional yang melibatkan pertukaran informasi antar pemerintah. Antar negara akan terjadi mutual dependent dalam hal barang dan jasa yang tidak dapat diproduksi oleh mereka sendiri.

Sektor investasi; kenaikan pertaruhan atau resiko aktor-aktor interdependensi akan mengalami kecenderungan untuk semakin tinggi yang disebabkan oleh berubahnya pola investasi. Perubahan ini terutama terjadi pada investasi langsung dalam bentuk kepemilikan saham. Konsekuensinya yaitu diperlukan adanya peningkatan kendali dan keterlibatan investor secara langsung dalam pengelolaan investasinya. Sektor finansial; nilai tukar uang yang menjadi sangat vital dalam hubungan interdependensi.

Perubahan-perubahan dalam operasi keuangan telah meningkatkan hubungan interdependensi. Negara yang mata uangnya menjadi media pertukaran berupaya untuk mendisiplinkan kebijakan keuangannya. Sedangkan negara laing mencoba untuk tidak membiarkan mata uangnya merosot di bawah nilai tukar internasional. Sektor politik; terdapat suatu kesadaran bahwa suatu negara tidak dapat menjamin kelangsungan hidupnya secara mandiri tanpa adanya kerjasama dengan negara lain. Kerjasama antar negara ini akan dapat saling melengkapi kekurangan dari masingmasing negara.

Dalam interdependensi, keberhasilan suatu negara dalam bekerjasama berpijak pada dua hal, yakni power, kemampuan tawar-menawar dan rezim internasional. Power dan kemampuan tawar-menawar terutama berkaitan dengan kondisi interdependensi yang asimetris. Hal ini dikarenakan meski dalam teorinya hubungan interdependensi mengarahkan pada suatu hubungan yang timbal balik, namun dalam kenyataannya hubungan yang simetris tersebut jarang terjadi. Karena itu power aktor dalam hubungan interdependensi akan beragam sesuai dengan isunya. Kemudian, rezim internasional akan bertumpu pada saling ketergantungan asimetris yang menyediakan setiap pihak untuk saling mempengaruhi melalui kebijakan ekonomi-politiknya dalam mencapai kesepakatan antar mereka.