Apa yang dimaksud infeksi neosokomial?

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang tidak muncul atau berada di dalam masa inkubasi ketika masuk rumah sakit . Jenis infeksi yang paling sering terjadi adalah infeksi saluran kemih, infeksi saluran napas, infeksi luka, infeksi kulit dan jaringan lunak dan septikemia ( sering berhubungan dengan akses vaskular). Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial yaitu (Darmadi 2008) :

  • Faktor yang ada pada diri penderita (instrinsic factors )
    Faktor intrinsik seperti umur, jenis kelamin, kondisi umum penderita, risiko terapi, atau adanya penyakit lain yang menyertai dasar (multipatologi) beserta komplikasinya. Faktor – faktor ini merupakan faktor predisposisi.

  • Faktor keperawatan
    Faktor keperawatan seperti lamanya hari keperawatan ( length of stay ), menurunnya standar pelayanan perawat, serta padatnya penderita dalam satu ruang.

  • Faktor mikrobia pathogen
    Faktor mikrobia seperti tingkat kemampuan invasi serta tingkat kemampuan merusak jaringan, lamanya pemaparan( length of exposure ) antara sumber penularan ( reservoir ) dengan penderita.

Seorang penderita dikatakan terkena infeksi nosokomial, jika mendapatkannya di sarana kesehatan ( Rumah Sakit atau Puskesmas ) pada waktu orang tersebut dirawat, berkunjung atau berobat jalan bahkan mendapatkan infeksi nosokomia para pasien dapat dipicu dari pengelola atau pegawai, sedangkan waktu pertama kali masuk rumah sakit/puskesmas tidak menderitanya dan tidak dalam masa tuntas penyakit.

Di Indonesia diperkirakan angka kesakitan dan angka kematian karena infeksi nosokomial lebih tinggi, mengingat keadaan rumah sakit dan kesehatan umum belum baik. Penularan infeksi nosokomia dapat melalui (Atropurpurea 2017):

  • Penularan secara kontak
    Penularan ini dapat terjadi secara kontak langsung, kontak tidak langsung dan droplet . Kontak langsung terjadi bila sumber infeksi berhubungan langsung dengan penjamu, misalnya person to person pada penularan infeksi virus hepatitis A secara fecal oral . Kontak tidak langsung terjadi apabila penularan membutuhkan objek perantara (biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena benda mati tersebut telah terkontaminasi oleh infeksi, misalnya kontaminasi peralatan medis oleh mikroorganisme.

  • Penularan melalui Common Vehicle
    Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu penjamu. Adapun jenis-jenis common vehicle adalah darah/produk darah, cairan intra vena, obat-obatan dan sebagainya.

  • Penularan melalui udara dan inhalasi
    Penularan ini terjadi bila mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh dan melalui saluran pernafasan. Misalnya mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas (staphylococcus) dan tuberculosis.

  • Penularan dengan perantara vector
    Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut penularan secara eksternal bila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari mikroorganisme yang menempel pada tubuh vector misalnya shigella dan salmonella oleh lalat.

Dalam mencegah terjadinya infeksi nosokomial dapat dilakukan dengan lima standar penerapan yaitu:

  • Mencuci tangan untuk menghindari infeksi silang
    Mencuci tangan merupakan metode yang paling efektif untuk mencegah infeksi nosokomial, efektif mengurangi perpindahan mikroorganisme karena bersentuhan

  • Menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan darah atau cairan tubuh lain
    Alat pelindung diri meliputi; pakaian khusus (apron), masker, sarung tangan, topi, pelindung mata dan hidung yang digunakan di rumah sakit dan bertujuan untuk mencegah penularan berbagai jenis mikroorganisme dari pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya, misalnya melaui sel darah, cairan tubuh, terhirup, tertelan dan lain-lain.

  • Manajemen alat tajam secara benar
    Hal ini untuk menghindari resiko penularan penyakit melalui benda-benda tajam yang tercemar oleh produk darah pasien. Terakit dengan hal ini, tempat sampah khusus untuk alat tajam harus disediakan agar tidak menimbulkan injuri pada tenaga kesehatan maupun pasien.

  • Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan prinsip yang benar
    Tindakan ini merupakan tiga proses untuk mengurangi resiko tranmisi infeksi dari instrumen dan alat lain pada klien dan tenaga kesehatan

  • Menjaga sanitasi lingkungan secara benar
    Sebagaimana diketahui aktivitas pelayanan kesehatan akan menghasilkan sampah rumah tangga, sampah medis dan sampah berbahaya, yang memerlukan manajemen yang baik untuk menjaga keamanan tenaga rumah sakit, pasien, pengunjung dan masyarakat.