Apa yang dimaksud dengan Zero Defects?

Zero Defects

Zero Defects adalah filosofi yang bertujuan untuk menghasilkan barang yang 100% sempurna.

Dikembangkan pada awal 1960-an di Amerika Serikat oleh Philip Crosby, zero defects bertujuan menghilangkan cacat terkecil di semua tingkatan produksi.

Referensi : Louise Kelly & Chris Booth, 2004, Dictionary of Strategy: Strategic Management, SAGE Publications, Inc.

Filosofi zero defects adalah dengan melakukan sesuatu tanpa kesalahan, maka perusahaan dapat menghilangkan biaya yang terjadi karena adanya kegagalan, sehingga akan meningkatkan keuntungan. Disisi lain, dengan filosofi ini maka perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.

Zero Defects adalah gagasan terkait dengan cara berpikir dan juga “perilaku”, bahwa sebuah kesalahan adalah tidak dapat diterima, dan bahwa setiap orang harus “melakukan sesuatu dengan benar pada kali pertama”.

Yang perlu ditekankan disini adalah, “zero defect” merupakan mentalitas yang harus dimiliki oleh tim didalam perusahaan atau organisasi.

Pertanyaannya adalah apakah zero defect dapat dicapai atau tidak? Apakah konsep ini realistis, mengingat tidak mungkin tidak ada kesalahan sama sekali dalam melakukan sesuatu.

Pada dasarnya, zero defect bukanlah tentang menjadi sempurna, tetapi tentang merubah perspektif. Dengan adanya mentalitas “zero defect” dalam pikiran tim, maka anggota tim dituntut untuk : Ini dilakukan dengan menuntut Anda:

  • Untuk selalu berpikir bahwa kesalahan akan berdampak pada biaya yang tinggi.
  • Selalu berpikir terkait dengan dimana kekurangan yang ada didalam organisasi, baik dari sisi proses maupun produk yang dihasilkan.
  • Bekerja secara proaktif untuk mengurangi dan mengatasi kekurangan yang ada.
  • Menghasilkan sesuatu yang berkualitas membutuhkan effort yang besar.

Zero defect adalah standar. Zero defect adalah ukuran yang dapat digunakan untuk menganalisis sistem, proses, tindakan, atau hasil apa pun. Ketika tujuannya zero defect, setiap aspek bisnis harus tunduk pada pengawasan apakah yang dilakuan dan yang dihasilkan sudah sesuai atau tidak.

Sebagai contoh, ketika kita pergi ke bengkel untuk memperbaiki mobil kita, maka kita berharap tidak terjadi kesalahan sama sekali yang dilakukan oleh mekanik, baik dari sisi pemasangan onderdil mapunn pemilihan suku cadang yang sesuai. Harapan ini menjadi sangat realistis karena apa yang dilakukan oleh mekanik (dalam hal ini perusahaan bengkel) akan berpengaruh terhadap diri kita pribadi.

Model Zero Defects


Zero Defects

Mengadopsi Zero Defects


Mengingat zero defect adalah mentalitas pada tim, maka tidak ada secret recipe untuk mengadopsi filosofi ini kepada anggota tim. Beberapa hal yang bisa dijadikan acuan ketika ingin mengadopsi filosofi ini antara lain :

  • Manajemen harus berkomitmen pada filosofi zero defect. Zero defect memerlukan pendekatan top-bottom, dimana manajemen harus memberikan motivasi dan memfasilitasi timnya agar dapat melakukan zero defect.

  • Terkadang, ketika manajemen ingin menerapkan filosofi zero defect, maka dibutuhkan perubahan didalam organisasi itu sendiri. Oleh karena itu, wajib bagi organisasi untuk memahami terlebih dahulu prinsip-prinsip manajemen perubahan.

  • Pahami apa yang diharapkan oleh pelanggan atau pengguna produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Buat sebuah fitur yang memang sangat diharapkan atau dibutuhkan pelanggan dan pengguna sebaik mungkin, dan jangan terlalu fokus pada fitur yang tidak terlalu penting bagi pengguna.

  • Zero defect membutuhkan pendekatan proaktif. Jika perusahaan menunggu kelemahan muncul, maka hal itu sudah terlambat.

  • Beri penekanan kepada anggota tim bahwa kualitas adalah penting. Hal ini tercermin dalam budaya perusahaan, dimana budaya perusahaan tercermin dalam perilaku anggota timnya.

  • Pakai pendekatan “mencegah kesalahan yang tidak disengaja.” Pendekatan ini biasa disebut “POH-kay YOH-kay”, yang diciptakan oleh Shigeo Shingo . Untuk menerapkan zero defect, perusahaan harus memiliki sistem yang kuat.

  • Bangun mekanisme dan metode operasi yang dapat memberikan umpan balik berkelanjutan. Hal ini bertujuan untuk memungkinkan perusahaan bertindak cepat ketika kesalahan memang terjadi.

  • Yang terakhir, bangun prinsip dalam tim, bahwa kualitas itu penting, baik bagi perusahaan maupun bai pelanggan atau pengguna produk dan layanan perusahaan.

Sebagai penutup, perusahaan harus selalu sadar bahwa keadaan terus berubah. Selalu melakukan monitoring, evaluasi, dan adaptasi secara terus menerus dan tidak pernah berhenti untuk selalu berubah demi mencapai yang terbaik.