Apa yang dimaksud dengan Yaum Al-Mahsyar atau Hari Dikumpulkan ?

Yaumul Hasyr

Yaumul Mahsyar atau Yaumul Hasyr (Hari Dikumuplkan) adalah hari dimana manusia dikumpulkan oleh Allah, setelah manusia dibangunkan dari kubur mereka, di suatu tempat yang biasa disebut Padang Yaumul Mahsyar.

Apa yang dimaksud dengan Yaum Al-Mahsyar atau Hari Dikumpulkan ?

Yaum al-maẖsyar (hari berkumpul), adalah hari di mana seluruh manusia akan dikumpulkan di padang mahsyar tanpa terkecuali. Pada hari itu, manusia akan menjalani pemeriksaan dan juga perhitungan amal-amal yang sudah dilakukan di dunia. Baik amalan buruk dan juga amalan baik, semuanya akan dihitung secara akurat, cepat dan cermat. Menurut gambaran Rasulullah saw., padang mahsyar adalah tempat yang sangat luas, tampak bersih dan putih serta tidak memiliki peneduh sama sekali.

Di padang mahsyar, manusia akan diadili seadil-adilnya sesuai dengan firman Allah swt., dalam QS. al-Zumar [39]: 69, yaitu:

Dan terang benderanglah bumi (padang Mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah Para Nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan.

Setelah semua manusia dibangkitkan dari alam kubur, mereka kemudian berkumpul di suatu tempat terbuka atau padang belantara untuk menunggu putusan dari Allah swt., mengenai baik buruknya hasil dari amal perbuatannya masingmasing. Alam terbuka ini dikenal dengan nama Padang Mahsyar. Kondisi manusia pada waktu itu digambarkan oleh al-Quran pada QS. al-Anbiya’ [21] : 104,

“(yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran - lembaran kertas. sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama Begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; Sesungguhnya kamilah yang akan melaksanakannya.”

Jadi, menurut ayat al-Quran, jelaslah bahwa semua manusia dibangkitkan dalam keadaan seperti ketika dia dilahirkan dari perut sang ibu. Semua manusia berkumpul dan bercampur antara laki-laki dan perempuan dalam keadaan telanjang tanpa berpakaian, tanpa alas kaki, dan juga dalam keadaan belum disunat. Namun, karena pada waktu itu permasalahan yang dihadapi semua manusia cukup berat, tidak pernah terpikirkan sebagian mereka akan melihat tubuh sebagian yang lain. Dari hadis Nabi Muhammad saw., yang lain juga dapat diketahui bahwa pada hari itu matahari sangat dekat dengan manusia, yaitu kira-kira satu mil. Kondisinya sangat panas, sehingga keringat manusia bercucuran. Ada yang keringatnya sampai mata kaki, ada yang sampai lutut, ada yang sampai pinggul, dan ada yang sampai mulut.

Karena begitu hebatnya kejadian pada waktu itu, semua manusia berharap agar Allah swt., segera memutuskan semua amal mereka. Semua manusia kemudian mendatangi Nabi Adam a.s. agar beliau memohonkan syafa’at kepada Allah swt., untuk mereka, namun Nabi Adam tidak dapat memenuhi permintaan mereka. Kemudian mereka mendatangi nabi-nabi yang lain satu persatu hingga kepada Nabi Isa a.s., namun semua nabi itu juga tidak dapat memenuhi permintaan mereka. Hingga pada akhirnya mereka menemui Nabi Muhammad saw., untuk maksud yang sama. Nabi Muhammad saw., memenuhi permintaan mereka dan kemudian memohon ke hadirat Allah swt., dengan penuh ketundukan kepada-Nya hingga Allah swt., memenuhi permintaan beliau untuk memberi syafâ‘ah kepada manusia. peristiwa inilah yang disebut syafâ‘ah al-kubrâ.

Kelak di padang maẖsyar akan dipasang bendera sebagai tanda pengenal golongan umat manusia. Bendera itulah yang disebut “liwâ’ al-ẖamd” yaitu bendera pujian. Umat Islam akan berbaris dengan beberapa barisan dibawah panji-panji sesuai dengan apa yang telah mereka taati dalam hidupnya. Berada pada kekuasaan Allah swt., dan dihari kiamat bendera itu dipasang pada sisi Nabi Muhammad saw. Bendera itu akan dipegang oleh pemimpin kebenaran dan dibawahnya terdapat barisan pengikutnya. Bendera itu dipasang dan dikibarkan berdasarkan kelompok atau golongan. Di antaranya adalah sebagai berikut:

  • Bendera kebenaran, bendera ini akan dikibarkan oleh Sayyidunâ Abû Bakr Al-Siddîq. Bagi semua orang yang benar dan jujur akan berada di bawah naungan panji-panji ini;

  • Bendera fuqaha’, bendera ini akan dikibarkan oleh Sayyidunā Mu‘âdz ibn Jabal r.a. Bagi semua manusia yang alim lagi faqîh (ahli agama) akan berada di bawah naungan bendera ini:

  • Bendera zuhd (zuhud), bendera ini akan dikibarkan oleh Sayyidunâ Abû Dhâr r.a. bagi semua manusia yang menjiwai dan hidup cara zuhud akan berada di bawah bendera ini;

  • Bendera dermawan, bendera ini akan dikibarkan oleh Sayyidunā Utsmân ibn ‘Affân r.a. bagi semua para dermawan akan berada di bawah bendera ini;

  • Bendera shuhadâ’, bendera ini akan dikibarkan oleh Sayyidunā ‘Alî r.a. bagi setiap yang mati syahid akan berada di bawah bendera ini;

  • Bendera qurrâ’, bendera ini akan dikibarkan oleh Ubai ibn Ka‘ab r.a. bagi setiap qâri’ akan berada di bawah bendera ini;

  • Bendera mu’adzdzin (muazin), bendera ini akan dikibarkan oleh Sayyidun Bilāl r.a. bagi semua orang yang muazin akan berada di bawah bendera ini.

  • Bendera orang-orang yang dibunuh secara aniaya, bendera ini dikibarkan oleh Sayyidunâ Hsain r.a. bagi orang yang dibunuh dengan aniaya akan berada di bawah bendera ini.

Seluruh manusia, setelah dikumpulkan akan digiring ke padang mahsyar sesuai dengan kondisinya masing-masing. Ada manusia yang digiring dengan berjalan kaki, ada juga yang berkendara dan bahkan ada yang diseret di atas wajah-wajahnya. Hal ini tergantung dari amalan yang dilakukannya selama hidup di dunia. Pada hari itu, matahari akan didekatkan hingga jaraknya hanya sepanjang satu mil saja. Bayangkan betapa panasnya hari itu, di mana seluruh manusia berkumpul di bawah terik matahari yang sangat panas.
Pada hari itu pula, manusia akan berkeringat karena panas yang sangat luar biasa. Bahkan ada juga yang tenggelam karena keringatnya sendiri, sesuai dengan amalan mereka. Namun Allah swt., memberikan naungan pada hamba-hambanya yang shaleh.

Ada tujuh orang yang akan mendapatkan naungan dari Allah swt., tersebut, di antaranya yaitu:

  • Imam yang adil;
  • Pemuda yang tumbuh besar selalu beribadah kepada Tuhannya;
  • Orang yang hatinya selalu terpaut pada masjid;
  • Pasangan yang mencintai karena Allah swt, di mana keduanya berkumpul dan berpisah adalah karena Allah swt;
  • Seorang pria yang diajak berzina oleh wanita (cantik dan berkedudukan) lalu ia mengatakan: “sungguh aku takut kepada Allah;”
  • Orang yang bersodakah lalu merahasiakannya;
  • Orang yang berdzikir kepada Allah swt., di saat sunyi dan berlinangan air mata.

Referensi :

  • Ali Muhammad Ash-Shallabi, Iman kepada Hari Akhir, cet. ke-1.
  • M. Ali Chasan Umar, Berita Gaib dan Alam Akhirat, (Semarang: Toha Putra, 1977).