Apa yang dimaksud dengan well logging?

image

Well logging adalah cara untuk mendeterminasi keberhasilan dalam upaya pemboran baik dalam pencarian minyak, gas, air ataupun bahan tambang lain.

Well Logging adalah kegiatan merekam karakteristik batuan sebagai fungsi kedalaman.

Ada dua macam pencatatan yang dibedakan menurut waktu pengambilan data, yaitu :

1. Selama kegiatan pengeboran berjalan.

  • Mud Logging atau Log Mekanis, media pengantarnya adalah lumpur.

  • Log While Drilling (LWD), tidak akan dibahas dalam buku ini.

2. Pencatatan setelah kegiatan pengeboran dihentikan pada target tertentu, dilakukan dengan media kabel, disebut “wireline log”

Data-data yang didapat antara lain : resistivitas, porositas, lapisan permeabel, mud cake pada dinding sumur, sifat radio aktif, sifat rambat suara, temperatur dan tekanan formasi, tekanan jenis fluida dalam formasi, lithologi, parameter drilling dll…

Tujuan Utama Well Logging


Tujuan utama well logging adalah mencari kandungan migas yang bisa diproduksikan secara ekonomis di dalam batuan.

Dari hasil well logging dapat dilakukan :

  1. Evaluasi formasi
  2. Korelasi antar sumur
  3. Deteksi daerah dengan tekanan
  4. Analisa Kualitas semen
  5. Pemeriksaan dan pemantauan reservoir
  6. Analisa Mekanika berlebihan
  7. Pemetaan Reservoir

Penjelasan:
1. Evaluasi formasi

Sifat petrofisik batuan seperti porositas, permeabilitas, dan resistivitas adalah data yang dapat direkam oleh log, yang kemudian dikorelasikan dengan hasil analisis di laboratorium. Well logging tidak hanya merekam sifat fisik tetapi juga sifat kimia dari batuan sedimen dan fluida yang dikandungnya.

Misalnya, SiO2 (Silikat) unsur utama dari sandstone, CaCO3 (kalsium karbonat) terbaca oleh log sebagai limestone. Shale adalah sedimen yang berbutir sangat halus yang terbentuk akibat konsolidasi clay dan silt.

Shale yang mengandung radioaktif, mudah terbaca oleh log gamma ray. Untuk formasi yang bersih, well log dapat membedakan air dan minyak di reservoir. Juga dapat menentukan densitas hidrokarbon di sekitar sumur selama di bawah 0.7 g/cc

2. Korelasi sumur

Sumur yang akan dibor, perlu diperkirakan sifat fisik batuan dan fluida yang terkandung di dalamnya berdasarkan korelasi sumur tersebut dengan data logging dari beberapa sumur di sekitarnya. Sehingga dapat diketahui kondisi geologi dari reservoir tersebut yang sangat dibutuhkan dalam perencanaan pengeboran .

3. Deteksi daerah dengan tekanan yang berlebihan

Log yang paling umum digunakan untuk mendeteksi zona tekanan abnormal adalah log resistivitas, akustik, dan densitas. Log lain seperti log neutron, bisa digunakan tetapi kurang sensitif. Deteksi zona tekanan abnormal ditunjukan adanya lapisan shale pada log. Di bawah tekanan kompaksi yang normal, porositas shale akan berkurang terhadap kedalaman, akibat peningkatan tekanan over burden secara bertahap.

Peningkatan porositas shale dalam zone bertekanan tinggi ditunjukkan oleh peningkatan porositas nyata dari shale pada log.

Resistivitas shale biasanya meningkat jika kedalaman bertambah, tetapi pada zona bertekanan tinggi justru resistivitas shale berkurang. Semakin besar penurunan resistivitas shale semakin besar pula peningkatan tekanan abnormal.

Interval transit time (log akustik) menurun terhadap kedalaman pada kondisi tekanan normal, tetapi pada tekanan abnormal, interval transit time meningkat terhadap kedalaman. Semakin besar tekanan abnormal semakin besar pula interval transit time. Densitas shale meningkat jika terkompaksi. Tekanan abnormal menghasilkan peningkatan porositas shale yang mencolok dan penurunan densitas shale.

4. Analisa Mekanika

Mekanika batuan dalam hal ini berkaitan dengan rekahan (fracture). Rekahan amat penting untuk meningkatkan produksi karena rekahan memiliki permeabilitas yang sangat besar yang dapat mengalirkan minyak dan gas dalam jumlah yang besar. Berdasarkan pengalaman di lapangan, rekahan dapat meningkatkan porositas formasi 0.5 s.d. 1.5 %. Deteksi rekahan dengan well logs umumnya dilakukan oleh log akustik. Log amplitudo akustik biasanya disertakan dengan acoustic velocity log sehingga peningkatan porositas, perubahan litologi dan lapisan shale dapat diidentifikasi. Menurunnya amplitudo akustik dengan sendirinya bukanlah indikasi positif adanya rekahan. Amplitudo akustik menurun jika melewati lapisan shale, perubahan bentuk litologi, atau ketika porositas meningkat. Indikasi positif adanya fracture adalah menurunnya amplitudo akustik secara signifikan dimana travel time tidak berubah.

5. Analisa Kualitas semen

Log-log yang berkaitan dengan analisa kualitas semen adalah :

  • Cement Bond Log (CBL)

  • Variable Density Log (VDL)

  • Cement Evaluation Log (CEL)

Cement Bond Log (CBL) digunakan untuk mengevaluasi ikatan antara semen dengan casing. Peralatan sonik digunakan untuk pengukuran ini. Sonic merekam amplitudo setengah cycle pertama dari sinyal sonik ke penerima yang berlokasi 3 ft dari transmitter. Amplitudo ini adalah amplitudo maksimum yang tidak mendukung pipa dan minimum dalam sumur dengan pipa yang tersemenkan. Amplitudo tersebut adalah fungsi dari ukuran dan ketebalan casing, kekuatan dan ketebalan penyemenan, derajat kekuatan ikatan semen.

Variable Density Log (VDL) digunakan untuk mengevaluasi kekuatan ikatan antara semen dengan formasi dan semen dengan casing. Amplitudo gelombang sonik terekam pada penerima sonic yang berjarak 5 feet dari transmitter.

Cement Evaluation Log (CEL) digunakan untuk mengevaluasi kekuatan ikatan semen dengan casing. Perbedaannnya dengan Cement Bond Log adalah CEL dapat mendeteksi hadirnya channel. CEL mengukur resonansi ketebalan casing dengan resolusi vertikal yang sangat baik. Log ini dapat dikalibrasi secara langsung hingga compressive strength semen sekitar 10.000 psi.

6. Pemeriksaan dan pemantauan reservoir

Misalnya koreksi kedalaman dari data seismik dengan log sonik dan sebagainya

7. Pemetaan reservoir

Dari spontaneous potensial log dan log porositas dapat diketahui ketebalan formasi produktif yang kemudian dapat dikorelasikan dengan log sumur lain. Hasil korelasi ini dapat menghasilkan peta korelasi ketebalan lapisan produktif dari suatu reservoir. Apakah bentuknya antiklin atau sinklin, daerah terjadinya sesar, patahan dll. Dengan log resistivitas diperoleh true resistivity yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan saturasi minyak formasi produktif yang dapat dikorelasikan dengan data saturasi minyak di sumur lain. Hasilnya didapat peta kesamaan saturasi atau peta iso-saturation . Batasan reservoir dapat ditentukan dari sumur-sumur delineasi.