Apa yang Dimaksud dengan Variasi Bahasa?


Ragam bahasa adalah keseluruhan pola-pola ujaran manusia yang
cukup dan serba sama untuk analisis dengan teknik-teknik pemerian
sinkronik yang ada dan memiliki perbendaharaan unsur-unsur yang cukup
besar dan penyatuan–penyatuannya atau proses-proses dengan cakupan
semantik yang cukup luas untuk berfungsi dalam segala konteks
komunikasi yang normal (Alwasilah, 2003: 55).

Apa yang dimaksud dengan variasi bahasa dalam linguistik?

Chaer dan Agustina (2004: 81) mendefinisikan variasi bahasa dalam dua pandangan. Pertama, variasi atau ragam bahasa dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Variasi atau ragam bahasa terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi atau ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Variasi atau ragam bahasa itu dapat diklasifikasi berdasarkan adanya keragaman sosial dan fungsi kegiatan di dalam masyarakat sosial.

Chaer dan Agustina (2005:81), membedakan variasi bahasa berdasarkan kriteria sebagai berikut:

  • Latar belakang geografi dan sosial penutur,
  • Medium yang digunakan
  • Pokok pembicaraan. Kemudian,

Preston dan Shuy dalam Chaer dan Agustina (2005:81) membagi variasi bahasa, khususnya untuk bahasa Inggris Amerika berdasarkan:

  • Penutur,
  • Interaksi,
  • Kode
  • Realisasi.

Sedangkan Mc David dalam Chaer dan Agustina (2005:81-82), membagi variasi bahasa ini berdasarkan:

  • Dimensi regional,
  • Dimensi sosial,
  • Dimensi temporal.

Chaer dan Agustina (2005:82-95), membedakan variasi bahasa berdasarkan segi penutur dan segi penggunaannya. Berdasarkan penuturnya dibagi menjadi:

  • Idiolek yaitu variasi bahasa yang bersifat perseorangan,
  • Dialek yaitu variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada satu tempat wilayah atau area tertentu,
  • Kronolek atau dialek temporal yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu,
  • Sosiolek atau dialek sosial, yaitu variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan dan kelas sosial para penuturnya. Variasi berdasarkan penggunaannya berdasarkan gaya, tingkat keformalan dan saran penggunaan.

Ada beberapa variasi bahasa yang disebutkan oleh Soeparno, (2003:71) antara lain:

  • Variasi kronologis yang disebabkan oleh faktor keurutan waktu atau masa, wujud nyata pemakaian bahasa dinamakan kronolek,
  • Variasi geografis yang disebabkan oleh perbedaan geografis atau faktor regional, wujud nyata pemakaian bahasa dinamakan dialek.
  • Variasi sosial yang disebabkan oleh perbedaan sosiologis, wujud nyata pemakaian bahasa dinamakan sosiolek,
  • Variasi fungsional yang disebabkan oleh perbedaan fungsi pemakaian bahasa, wujud pemakaian bahasanya dinamakan fungsiolek,
  • Variasi gaya/style yang disebabkan oleh perbedaan gaya, yaitu cara berbahasa seseorang dalam perpormansinya secara terencana maupun tidak, baik lisan atau tulis,
  • Variasi kultural yang disebabkan oleh perbedaan budaya masyarakat pemakainya,
  • Variasi individual yang disebabkan karena perbedaan perorangan, wujud pemakaian bahasanya dinamakan idiolek.

Maryono (dalam Purnanto 2002:18), membagi wujud variasi bahasa berupa idiolek, dialek, tingkat tutur (speech levels), ragam bahasa dan register. Penjelasan kelima variasi bahasa itu dapat dijelaskan seperti berikut ini.

  • Idiolek merupakan variasi bahasa yang sifatnya individual, maksudnya sifat khas tuturan seseorang berbeda dengan tuturan orang lain.
  • Dialek merupakan variasi bahaa yang disebabkan oleh perbedaan asal penutur dan perbedaan kelas sosial penutur. Oleh karena itu, muncul konsep dialek geografis dan dialek sosial (sosiolek).
  • Tingkat tutur (speech levels) merupakan variasi bahasa yang disebabkan oleh adanya perbedaan anggapan penutur tentang relasinya (hubungannya) dengan mitra tuturnya.
  • Variasi bahasa yang disebabkan oleh adanya perbedaan dari sudut penutur, tempat, pokok tuturan dan situasi. Dalam kaitan dengan itu akhirnya dikenal adanya ragam bahasa resmi (formal) dan ragam bahasa tidak resmi (santai, akrab).
  • Register merupakan variasi bahasa yang disebabkan oleh adanya sifatsifat khas keperluan pemakainya, misalnya bahasa tulis terdapat bahasa iklan, bahasa tajuk, bahasa artikel, dan sebagainya; dalam bahasa lisan terdapat bahasa lawak, bahasa politik, bahasa doa, bahasa pialang dan sebagainya.

Menurut Mansoer (2001:52), variasi bahasa dapat dilihat dari

  • Segi tempat, yaitu tempat yang dapat mengakibatkan variasi bahasa, bahasa daerah, kolokial, vernakuler
  • Segi waktu, yaitu variasi bahasa yang dilihat secara diakronik (dialek yang berlaku pada kurun waktu tertentu),
  • Segi pemakai, yaitu glosolalia, idiolek, kelamin, monolingual, rol, status sosial, umur,
  • Segi pemakaian, dapat terbagi atas diglosia, kreol, lisan, nonstandar, pijin, register, repertories, repotation, standar, tulis, bahasa tutur sapa, kan dan jargon,
  • Segi situasi, yaitu bahasa dalam situasi resmi dan bahasa tidak dalam situasi resmi,
  • Segi status, yaitu bahasa ibu, bahasa daerah, bahasa franca, bahasa nasional, bahasa negara, bahasa pengantar, bahasa persatuan, bahasa resmi.
Referensi

http://eprints.ums.ac.id/15565/4/Bab_2.pdf

Fungsi bahasa yang utama adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi dilakukan oleh manusia yang merupakan mahluk sosial. Manusia sebagai mahkluk sosial yang selalu dituntut untuk berinteraksi dengan manusia yang lain. Manusia merupakan mahkluk yang diciptakan untuk hidup berhubungan dengan orang lain. Proses interaksi tersebut membutuhkan alat bantu untuk berhubungan dengan individu yang lain. Atas dasar hal tersebut kemudian munculah apa yang disebut variasi bahasa. Variasi bahasa sendiri muncul karena proses interaksi sosial dari para pelaku bahasa yang beragam. Bahasa merupakan salah satu alat bantu untuk berinteraksi dengan manusia lain. Semua gagasan, ide, maupun maksud dari penutur disampaikan melalui bahasa.

Seiring dengan perkembangan zaman, bahasa tersebut juga mengalami perkembangan. Perkembangan teknologi juga ikut andil dalam perkembangan bahasa. Perbedaan golongan, pekerjaan, aktivitas, komunitas, juga memberikan andil terhadap keanekaragaman bahasa. Hal-hal tersebut bisa dikatakan sebagai salah satu penyebab munculnya variasi bahasa. Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa itu tidak hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak bisa hidup sendiri, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan berbeda-beda. Setiap orang mempunyai kegiatan yang berbeda-beda pula. Setiap individu penutur menyebabkan keberagaman bahasa tersebut. Penutur yang berada diwilayah yang sangat luas akan menimbulkan keberagaman bahasa yang lebih banyak.

Variasi bahasa adalah jenis ragam bahasa yang pemakaianya disesuaikan dengan fungsi dan situasi tanpa menghasilkan kaidah-kaidah pokok yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan (Suwito, 1985). Variasi bahasa berkenaan dengan penggunannya, pemakainya atau fungsinya disebut fungsiolek ragam atau register. Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan gaya atau tingkat keformalan dan sarana penggunaan (Nababan melalui Chaer, 1995).

Ciri variasi bahasa yang terjadi karena adanya perbedaan bidang pemakaian antara lain leksikogramatis, fonologis, ciri penunjuk yang berupa bentuk kata tertentu, penanda gramatis tertentu, atau bahkan penanda fonologi yang memiliki fungsi untuk memberi tanda kepada para pelaku bahasa bahwa inilah register yang dimaksud. Penanda atau ciri itu pulalah yang membedakan antara register satu dengan yang lainnya.

Variasi bahasa dapat juga dibedakan menjadi dua macam bentuk, yaitu register dan dialek. Dialek merupakan ragam bahasa berdasarkan pemakainya, sedangkan register merupakan ragam bahasa berdasarkan pemakaiannya. Dalam kehidupan, seseorang mungkin saja hidup dengan satu dialek, tetapi tidak hanya hidup dengan satu register, sebab dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat, bidang yang dilakukan pasti lebih dari satu. Adanya faktor-faktor sosial dan faktor situasional yang mempengaruhi pemakaian bahasa menimbulkan variasi-variasi bahasa. Dengan timbulnya variasi bahasa menunjukkan bahwa bahasa itu bersifat aneka ragam dan manasuka.
Dalam hal variasi atau ragam bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi atau ragam bahasa itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Kedua, variasi atau ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam (Chaer dan Agustina, 2004).

Hortman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004) membedakan variasi berdasarkan kriteria (a) latar belakang geografis dan sosial penutur, (b) medium yang digunakan, © pokok pembicaraan. Halliday dalam Chaer dan Agustina (2004) membedakan variasi bahasa berdasarkan (a) pemakaian yang disebut dialek, dan (b) pemakai yang disebut register.

Kemudian, Chaer dan Agustina (2004) membedakan variasi bahasa menjadi empat, yaitu variasi dari segi penutur, variasi dari segi pemakai, variasi dari segi keformalan, dan variasi dari segi sarana.Variasi bahasa dilihat dari segi penutur terdiri dari (1) idiolek yaitu variasi bahasa yang bersifat perseorangan yang berkenaan dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya, (2) dialek yaitu variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada dalam satu tempat, wilayah, atau area tertentu, (3) kronolek atau dialek temporal yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu, dan (4) sosiolek atau dialek sosial yaitu variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya (Chaer dan Agustina, 2004).

Variasi bahasa berkenaan dengan penggunaannya, pemakaiannya, atau fungsinya disebut fungsiolek, ragam, atau register. Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Variasi bahasa berdasarkan bidang kegiatan ini yang paling tampak cirinya adalah dalam bidang kosakata. Setiap bidang kegiatan ini biasanya memunyai sejumlah kosakata khusus atau tertentu yang tidak digunakan dalam bidang lain. Namun, variasi berdasarkan bidang kegiatan ini tampak pula dalam tataran morfologi dan sintaksis (Chaer dan Agustina, 2004)

Berdasarkan tingkat keformalannya, Martin Joos dalam Chaer dan Agustina (2004) membagi variasi atau ragam bahasa ini atas lima macam gaya (Style) yaitu gaya atau ragam baku (frozen), gaya atau ragam resmi (formal), gaya atau ragam usaha (konsultatif), gaya atau ragam santai (casual), dan gaya atau ragam akrab (intimate). Ragam baku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam situasi-situasi khidmat, dan upacara-upacara resmi, misalnya, dalam upacara kenegaraan, khotbah di masjid, tata cara pengambilan sumpah, kitab undang-undang, akte notaris, dan surat-surat keputusan. Ragam resmi atau formal adalah variasi bahasa yang digunakan dalam pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat dinas, ceramah keagamaan, buku-buku pelajaran, dan sebagainya. Ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim digunakan dalam pembicaraan biasa di sekolah, dan raat atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi. Ragam santai atau ragam kasual yaitu variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu beristirahat, berolah raga, berekreasi, dan sebagainya. Ragam akrab atau ragam intim adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh penutur yang hubungannya sudah akrab, seperti antaranggota keluarga atau antarteman yang sudah karib.

Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini, dapat disebut adanya ragam lisan dan ragam tulis atau juga ragam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu, misalnya dalam bertelepon dan bertelegraf (Chaer dan Agustina, 2004).