Apa yang dimaksud dengan Variabel Moderator?

Variabel Moderator

Variabel moderator, atau variabel independen kedua, adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat / memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

Apa yang dimaksud dengan Variabel moderator ?

Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi kuat lemahnya hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung.

Variabel moderator secara metodologis adalah bagian dari variabel bebas karena memberikan pengaruh baik langsung atau tidak langsung terhadap variabel tergantung.

Level data variabel moderator dapat berbentuk data nominal (misalnya jenis kelamin), ordinal atau interval. Untuk mempermudah pemahaman mengenai terhadap berlakunya variabel moderator, biasanya peneliti mengkategorikan variabel moderator menjadi dua level, misalnya tinggi-rendah. Pengkategorian ini tidak berlaku pada variabel moderator yang sejak awal sudah berbentuk kategori.

Dalam konsep korelasi, variabel moderator adalah variabel ketiga yang mempengaruhi korelasi dua variabel. Dalam konsep hubungan kausal (sebab-akibat), jika X adalah variabel prediktor dan Y adalah variabel penyebab, maka Z adalah variabel moderator yang mempengaruhi hubungan kasual dari X dan Y. Untuk mengetahui apakah sebuah variabel berfungsi sebagai moderator atau tidak, kita dapat mengujinya.

Efek Variabel Moderator

Kita tahu, bahwa variabel moderator membedakan jenis atau tingkat peranan prediktor (X) terhadap variabel keluaran (Y).

1. Membedakan arah peranan/hubungan X Y

Hubungan antara X dan Y menjadi berbeda ketika ditinjau dari moderator (Z). Ketika Z tinggi hubungan X dan Y adalah positif. Namun ketika Z adalah rendah maka hubungan antara X dan Y adalah negatif.

Contoh variabel moderator

Misalnya hubungan antara Rekayasa Manajerial dan Performansi Kerja tergantung pada Sikap Karyawan terhadap Perubahan. Kalau sikap karyawan terhadap perubahan itu positif, maka semakin banyak rekayasa menajerial dilakukan akan maka semakin tinggi performansi kerja karyawan.

Sebaliknya, jika sikap karyawan itu negatif, semakin banyak rekayasa dilakukan, performansi kerja karyawan akan menurun. Kita tahu, orang yang memiliki sikap negatif terhadap perubahan selalu menolak berbagai hal baru, termasuk rekayasa (re- enginering). Penolakan itu justru menurunkan performansi kerja mereka.

Hubungan antara ketika variabel tersebut bisa dilihat pada gambar di bawah ini.

Variabel moderator

Melalui hubungan di atas dapat disimpulkan bahwa Sikap terhadap Perubahan
memoderatori hubungan antara Rekayasa Manajerial dengan Performansi Kerja.

2. Membedakan kekuatan peranan / hubungan X Y

Variabel moderator dapat menyebabkan kekuatan peranan/hubungan antara X dan Y menjadi berbeda. Jumlah kuantatitas barang yang dimasukkan ke dalam perut
(X) akan berbeda dalam menghasilkan Tingkat Kekenyangan (Y) ketika Jenis Barang yang dimasukkan ke dalam perut berbeda (Z). Dengan kata lain jenis barang yang dimasukkan ke dalam perut merupakan variabel moderator.

Peranan jumlah barang yang dimasukkan ke dalam perut terhadap tingkat kekenyangan lebih besar ketika yang dimasukkan ke dalam perut adalah nasi dibanding dengan angin (lihat gambar). Meskipun nasi dan angin sama-sama menguatkan peranan X terhadap Y, namun nasi lebih menyebabkan X mempengaruhi Y lebih besar (lihat gambar) dibanding angin.

Variabel moderator

Contoh lainnya,

Variabel moderator

Kita tahu bahwa Tingkat Pendapatan karyawan akan meningkatkan Tingkat Kepuasan Kerja mereka. Tapi bisa jadi peranan itu tidaklah besar. Meningkatnya tingkat pendapatan akan diikuti meningkatnya kepuasan kerja jika diikuti dengan kejelasan karir karyawan. Sebaliknya, jika karir karyawan tidak jelas atau tidak pasti maka meningkatnya pendapatan tidak diikuti dengan peningkatan kepuasan kerja. Dalam hal ini kepuasan karir merupakan moderator peranan tingkat pendapatan terhadap kepuasan kerja, lihat Gambar dibawah ini.

Variabel moderator

Memformulasikan Hipotesis

Berikut ini beberapa contoh redaksional kalimat yang dapat dipakai untuk menjelaskan hipotesis penelitian yang melibatkan variabel moderator. Kita ingat, bahwa peranan X dan Y lebih tergantung pada variabel moderator (Z).

Kali ini kita meneliti bahwa besarnya peranan bekal yang dimiliki pria untuk menikah akan meningkatkan peluang dia diterima ketika melamar gadis, dengan dimoderatori oleh kesiapan untuk menikah. Peluang tersebut mengalami peningkatan ketika bekal tersebut meningkat dan dibarengi dengan kesiapan untuk menikah. Sebaliknya peluang tersebut tidak mengalami peningkatan jika bekal tersebut meningkat akan tetapi tidak dibarengi dengan kesiapan untuk menikah. Dalam hal ini kesiapan menikah menjadi moderator hubungan kedua variabel di atas. Variabel moderator ini kita pilah menjadi siap dan tidak siap menikah.

Variabel moderator

Dari desain ini kita dapat mengajukan hipotesis berikut:

Kesiapan Menikah memoderatori peranan Bekal Menikah terhadap Peluang Penerimaan Lamaran”.

Atau bisa juga kita tidak menggunakan kata teknis memoderatori.

Kesiapan Menikah mempengaruhi besar kecilnya peranan Bekal Menikah terhadap Peluang Penerimaan Lamaran

Atau …

“Signifikan tidaknya peranan Bekal Menikah terhadap Peluang Penerimaan Lamaran dipengaruhi oleh Kesiapan Menikah individu

Hipotesis ini belum memiliki arah (2-ekor) karena kita tidak menentukan bekal menikah akan meningkatkan (positif) atau menurunkan (negatif) peluang penerimaan. Berikut ini jika kita memiliki hipotesis yang berarah (1-ekor).

Kesiapan Menikah memoderatori peranan positif Bekal Menikah terhadap Peluang Penerimaan Lamaran”.

Atau dengan redaksi berbeda:

Bekal Menikah berperan terhadap peningkatan Peluang Penerimaan Lamaran, namun peranan tersebut dipengaruhi oleh Kesiapan Menikah”.

Atau

“Peranan Bekal Menikah dalam meningkatkan Peluang Penerimaan Lamaran, dimoderatori oleh Kesiapan Menikah”.

Kalimat ini masih belum cukup menjelaskan fungsi spesifik variabel moderator yang kita teliti, oleh karena itu perlu dijelaskan lebih lanjut. Untuk menjelaskan, kita pilah variabel moderator kita menjadi dua, bisa berdasarkan levelnya. Misalnya tinggi-rendah atau besar-kecil. Bisa juga dipiliah berdasarkan kategorinya ketika variabel moderator kita berbentuk kategorikal, misalnya pria-wanita, eksak-non eksak, manajer-non manajer, pegawai tetap-pegawai kontrak dsb.

Kali ini kita memilih kesiapan menikah dari sisi level atau tingkatannya, karena kesiapan menikah bukan variabel kategorikal. Jadi, kita pilih kesiapan tinggi dan rendah, alias siap dan tidak siap menikah.

“Pada pria yang telah siap menikah, peranan bekal menikah dalam meningkatkan peluang penerimaan lamaran lebih besar dibanding pada pria yang tidak siap menikah”.

Atau dengan redaksional yang berbeda …

“Peranan bekal menikah dalam meningkatkan peluang penerimaan lamaran, lebih besar pada pria yang telah siap menikah dibanding yang tidak siap menikah”

Atau…

Bekal menikah individu yang dimiliki individu yang siap menikah meningkatkan peluang penerimaan lamaran dibanding individu yang tidak siap menikah.

Jadi dalam penulisan hipotesis yang menggunakan variabel moderator, masing-masing peranan X terhadap Y perlu dijelaskan terpisah pada tiap kategori atau level/tingkat variabel moderator yang dihipotesiskan.

Berikut ini beberapa redaksional kalimat penyusunan hipotesis untuk penelitian yang melibatkan variabel moderator.

  • Peranan X1 terhadap Y dimoderatori oleh X2. Peranan X1 terhadap Y lebih tinggi ketika X2 pada kategori tinggi dibanding dengan X2 pada kategori rendah.

  • Peranan X1 terhadap Y tergantung pada X2 individu. Semakin tinggi tingkat X2 individu, semakin besar peranan X1 dalam meningkatkan Y. Sebaliknya semakin rendah tingkat X2 individu, semakin kecil peranan X1 terhadap peningkatan Y.

Contoh lainnya,

Variabel moderator

Hipotesis yang diajukan

Kejadian menekan yang dialami oleh individu yang memiliki sumber daya pribadi dan dukungan sosial yang optimal tidak memunculkan simtom depresi

Dari sini kita lihat bahwa kejadian menekan yang dialami individu akan menyebabkan munculnya depresi, kecuali jika individu tersebut memiliki sumber daya pribadi dan
dukungan sosial yang optimal.

Konsep ini dinamakan dengan stress buffering model, yang menjelaskan bahwa peranan stres akan ditahan oleh tameng atau penghalang (buffer) berupa sumber daya pribadi dan dukungan sosial. Akibatnya stres atau kejadian menekan yang dialami individu tidak memunculkan simtom patologis, misalnya simtom depresi.

Referensi :
Wahyu Widhiarso, Berkenalan dengan Variabel Moderator, Psikologi UGM , 2011

Moderator variable is a variable whose different values determine the nature of the relationship between two or other variables”. Schmitt & Klimoski (1991)

Sering kali terjadi pengujian hipotesis yang secara teoritis maupun hasil penelitian sebelumnya didukung, namun pada penelitian yang kita lakukan, hubungan antar variabel tersebut menjadi kurang jelas. Hal ini bukanlah suatu encouragement untuk segera menyimpulkan bahwa hubungan atau pengaruh antar variabel tersebut tidak terbukti, dan teori tersebut harus segera diubah.

Hubungan antar variabel tersebut mungkin bisa lebih jelas terlihat jika kita memasukkan beberapa elemen atribut atau sikap, atau karakter yang melekat pada variabel prediktor dengan cara memasukkan atribut, sikap atau karakter tersebut sebagai variabel moderator.

Azwar (1998) menyatakan bahwa perbedaan variabel kontrol dengan moderator adalah merupakan fungsi kebalikan. Variabel kontrol dimanipulasi agar variasinya menjadi minimal atau hilang sama sekali sehinga tidak ikut mempengaruhi variabel kriteria, sementara variabel moderator justru dibiarkan bervariasi agar pengaruhnya terhadap variabel kriteria dapat diamati dan diperhitungkan sehingga dapat memperoleh kesimpulan yang lebih cermat mengenai hubungan variabel prediktor dengan variabel kriteria.

Azwar (1998) juga menyatakan bahwa variabel moderator selalu berupa variabel kategorikal, yang variasinya berupa kategori atau klasifikasi. Variabel nonkategorikal bisa diperlakukan sebagaimana variabel moderator, yang disebut covariable.

Pengikutsertaan variabel moderator dalam suatu desain penelitian didasari asumsi bahwa masing-masing level pada variabel-variabel prediktor memiliki efek yang berbeda terhadap variabel kriteria.

Untuk menguji peranan variabel moderator, biasanya dinyatakan dua hipotesis, yaitu hipotesis pertama menunjukkan pengaruh variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (independen), hipotesis kedua menunjukkan pengaruh spesifik yang lebih jelas dengan memasukkan variabel moderator.