Apa yang dimaksud dengan urtikaria?

Urtikaria (dikenal juga dengan “hives, gatal-gatal, kaligata, atau biduran”) adalah kondisi kelainan kulit berupa reaksi vaskular terhadap bermacam-macam sebab, biasanya disebabkan oleh suatu reaksi alergi, yang mempunyai ciri-ciri berupa kulit kemerahan (eritema) dengan sedikit oedem atau penonjolan (elevasi) kulit berbatas tegas yang timbul secara cepat setelah dicetuskan oleh faktor presipitasi dan menghilang perlahan-lahan.

Apa yang dimaksud dengan Urtikaria ?

1 Like

Urtikaria adalah reaksi vaskular pada kulit akibat bermacam-macam sebab. Sinonim penyakit ini adalah biduran, kaligata, hives, nettle rash. Ditandai oleh edema setempat yang timbul mendadak dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit, sekitarnya dapat dikelilingi halo. Dapat disertai dengan angioedema.

Penyakit ini sering dijumpai pada semua usia, orang dewasa lebih banyak terkena dibandingkan dengan usia muda. Penderita atopi lebih mudah mengalami urtikaria dibandingkan dengan orang normal. Penisilin tercatat sebagai obat yang lebih sering menimbulkan urtikaria.

Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan

Pasien datang dengan keluhan biasanya gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Gatal sedang-berat di kulit yang disertai bentol-bentol di daerah wajah, tangan, kaki, atau hampir di seluruh tubuh. Keluhan dapat juga disertai rasa panas seperti terbakar atau tertusuk. Kadang-kadang terdapat keluhan sesak napas, nyeri perut, muntah- muntah, nyeri kepala, dan berdebar-debar (gejala angioedema).

Faktor Risiko

  1. Riwayat atopi pada diri dan keluarga.
  2. Riwayat alergi.
  3. Riwayat trauma fisik pada aktifitas.
  4. Riwayat gigitan/sengatan serangga.
  5. Konsumsi obat-obatan (NSAID, antibiotik – tersering penisilin, diuretik, imunisasi, injeksi, hormon, pencahar, dan sebagainya).
  6. Konsumsi makanan (telur, udang, ikan, kacang, dan sebagainya).
  7. Riwayat infeksi dan infestasi parasit.
  8. Penyakit autoimun dan kolagen.
  9. Usia rata-rata adalah 35 tahun.
  10. Riwayat trauma faktor fisik (panas, dingin, sinar matahari, sinar UV, radiasi).

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

Pemeriksaan Fisik

Lesi kulit yang didapatkan:

  1. Ruam atau patch eritema.
  2. Berbatas tegas.
  3. Bagian tengah tampak pucat.
  4. Bentuk papul dengan ukuran bervariasi, mulai dari papular hingga plakat.
  5. Kadang-kadang disertai demografisme, berupa edema linier di kulit yang terkena goresan benda tumpul, timbul dalam waktu lebih kurang 30menit.
  6. Pada lokasi tekanan dapat timbul lesi urtika.
  7. Tanda lain dapat berupa lesi bekas garukan.

Pemeriksaan fisik perlu dilengkapi dengan pemeriksaan lainnya, misalnya pemeriksaan gigi, THT, dan sebagainya untuk menyingkirkan adanya infeksi fokal.
Tempat predileksi

Bisa terbatas di lokasi tertentu, namun dapat generalisata bahkan sampai terjadi angioedema pada wajah atau bagian ekstremitas.

Pemeriksaan Penunjang

  1. Pemeriksaan darah (eosinofil), urin dan feses rutin (memastikan adanya fokus infeksi tersembunyi).
  2. Uji gores (scratch test) untuk melihat dermografisme.
  3. Tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan semua makanan yang dicurigai untuk beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu per satu.
  4. Tes fisik: tes dengan es (ice cube test), tes dengan air hangat

Urtikaria
Gambar Urtikaria

Penegakan Diagnostik (Assessment)

Diagnosis Klinis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Klasifikasi

  1. Berdasarkan waktu berlangsungnya serangan, urtikaria dibedakan atas urtikaria akut (< 6 minggu atau selama 4 minggu terus menerus) dan kronis (> 6 minggu).

  2. Berdasarkan morfologi klinis, urtikaria dibedakan menjadi urtikaria papular (papul), gutata (tetesan air) dan girata (besar-besar).

  3. Berdasarkan luas dan dalamnya jaringan yang terkena, urtikaria dibedakan menjadi urtikaria lokal (akibat gigitan serangga atau kontak), generalisata (umumnya disebabkan oleh obat atau makanan) dan angioedema.

  4. Berdasarkan penyebab dan mekanisme terjadinya, urtikaria dapat dibedakan menjadi:

    • Urtikaria imunologik, yang dibagi lagi menjadi:

      • Keterlibatan IgE : reaksi hipersensitifitas tipe I (Coombs and Gell) yaitu pada atopi dan adanya antigen spesifik.

      • Keikutsertaan komplemen : reaksi hipersensitifitas tipe II dan III (Coombs and Gell), dan genetik.

      • Urtikaria kontak : reaksi hipersensitifitas tipe 4 (Coombs and Gell).

      • Urtikaria non-imunologik : obat golongan opiat, NSAID, aspirin serta trauma fisik.

      • Urtikaria idiopatik : tidak jelas penyebab dan mekanismenya.


Gambar Tipe Urtikaria

Diagnosis Banding

Purpura anafilaktoid (purpura Henoch-Schonlein), Pitiriasis rosea (lesi awal berbentuk eritema), Eritema multiforme (lesi urtika, umumnya terdapat pada ekstremitas bawah).
Komplikasi

Angioedema dapat disertai obstruksi jalan napas.

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Prinsip penatalaksanaan

Tata laksana pada layanan primer dilakukan dengan first-line therapy, yaitu memberikan edukasi pasien tentang penyakit urtikaria (penyebab dan prognosis) dan terapi farmakologis sederhana.

Urtikaria akut

Atasi keadaan akut terutama pada angioedema karena dapat terjadi obstruksi saluran napas. Penanganan dapat dilakukan di Unit Gawat Darurat bersama-sama dengan/atau dikonsultasikan ke dokter spesialis THT.

Bila disertai obstruksi saluran napas, diindikasikan pemberian epinefrin subkutan yang dilanjutkan dengan pemberian kortikosteroid prednison 60-80 mg/hari selama 3 hari, dosis diturunkan 5-10 mg/hari.

Urtikaria kronik

  1. Pasien menghindari penyebab yang dapat menimbulkan urtikaria, seperti:

    • Kondisi yang terlalu panas, stres, alkohol, dan agen fisik.
    • Penggunaan antibiotik penisilin, aspirin, NSAID, dan ACE inhibitor.
    • Agen lain yang diperkirakan dapat menyebabkan urtikaria.
  2. Pemberian farmakoterapi dengan:

    • Antihistamin oral nonsedatif, misalnya loratadin 1 x 10 mg per hari selama 1 minggu. Bila tidak berhasil dikombinasi dengan Hidroksisin 3 x 25 mg atau Difenhidramin 4 x 25-50 mg per hari selama 1 minggu.
    • Urtikaria karena dingin, diberikan Siproheptadin 3 x 4 mg per hari lebih efektif selama 1 minggu terus menerus.
    • Antipruritus topikal: cooling antipruritic lotion, seperti krim menthol 1% atau 2% selama 1 minggu terus menerus.
    • Apabila terjadi angioedema atau urtikaria generalisata, dapat diberikan Prednison oral 60-80 mg mg per hari dalam 3 kali pemberian selama 3 hari dan dosis diturunkan 5-10 mg per hari.

Konseling dan Edukasi

Pasien dan keluarga diberitahu mengenai:

  1. Prinsip pengobatan adalah identifikasi dan eliminasi faktor penyebab urtikaria.
  2. Penyebab urtikaria perlu menjadi perhatian setiap anggota keluarga.
  3. Pasien dapat sembuh sempurna.

Kriteria Rujukan

  1. Rujukan ke dokter spesialis bila ditemukan fokus infeksi.
  2. Jika urtikaria berlangsung kronik dan rekuren.
  3. Jika pengobatan first-line therapy gagal.
  4. Jika kondisi memburuk, yang ditandai dengan makin bertambahnya patch eritema, timbul bula, atau bahkan disertai sesak.

Peralatan

  1. Tabung dan masker oksigen
  2. Alat resusitasi
  3. Peralatan laboratorium untuk pemeriksaan darah, urin dan feses rutin.

Prognosis
Prognosis pada umumnya bonam dengan tetap menghindari faktor pencetus.

Sumber :
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan primer

Referensi
  1. Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keenam. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
  2. James, W.D., Berger, T.G., Elston, D.M. 2000. Andrew’s Diseases of the Skin: Clinical Dermatology. 10th Ed. Canada. Saunders Elsevier.
  3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin.2011.Pedoman Pelayanan Medik. Jakarta.
1 Like

Urtikaria adalah erupsi pada kulit yang berbatas tegas dan menimbul (bentol), berwarna merah, memutih bila ditekan, dandisertai rasa gatal. Urtikaria dapat berlangsung secara akut (<6 minggu) atau kronik (>6 minggu). Urtikaria akut umumnya berlangsung 20 menit sampai 3 jam, menghilang dan mungkin muncul di bagian kulit lain. Satu episode akut umumnya berlangsung 24-48 jam. Urtikaria kronis berlangsung baik secara kontinu atau intermiten selama minimal 6 minggu.

Angioedema dapat muncul berupa pembengkakan jaringan dengan batas yang tidak jelas seperti daerah sekitar kelopak mata dan bibir. Bengkak juga dapat ditemukan pada wajah, badan, genitalia dan ekstremitas.Urtikaria bisa merupakan bagian reaksi anafilaksis.

Patogenesis


Terdapat banyak jenis urtikaria dan proses yang mendasarinya. Yang terbanyak adalah pelepasan histamine, bradykinin, leukotriene C4, prostaglandine D2 dan berbagai substansi vasoaktif dari sel mast dan basofil dalam dermis, sehingga terjadi ekstravasasi cairan kedalam dermis, dan terjadi urtikaria. Rasa gatal disebabkan oleh histamine, yang berefek akibat ikatan dengan reseptor Histamin 1 dan 2 yang terdapat pada berbagai sel. Aktivasi reseptor H1 pada sel endotel dan otot polos mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sedangkan aktivasi reseptor H2, mengakibatkan vasodilatasi venule dan arteriole .

Proses diatas didahului oleh antigen-mediated IgE immune complex yang berikatan ” cross linked” dengan reseptor Fc pada permukaan sel mas dan basofil, sehingga terjadi degranulasi dan pelepasan histamine. Pada reaksi tipe II, diperantarai sel T sitotoksik, mengakibatkan deposit immunoglobulin, komplemen, dan fibrin di sekitar pembuluh darah, mengakibatkan urticarial vasculitis . Tipe III biasanya didapatkan pada SLE dan autoimmune diseases lain.

Urtikaria diperantari komplemen terdapat pada infeksi virus dan bakteri, serum sickness dan reaksi transfusi. Reaksi transfusi terjadi saat bahan alergenik dalam plasma yang didonasikan bereaksi dengan IgE yang sudah ada pada darah penerima. Obat tertentu, seperti opioids, vecuronium , succinylcholine, vancomycin dan lainnya, juga zat kontras mengakibatkan urtikaria akibat degranulasi sel mast melalui mekanisme Non IgE. Urtikaria akibat obat antiinflamasi non steroid (AINS) bisa diperantarai IgE atau degranulasi sel mast. Terdapat reaksi silang bermakna antar AINS dalam mengakibatkan urtikaria dan anafilaksis.

Anamnesis


  • Riwayat keluhan gatal dan merah, riwayat demam, nyeri sendi atau tulang, riwayat pemakaian obat termasuk ACE inhibitor pada keadaan kronis

  • Riwayat atopi dalam keluarga.

  • Faktor lingkungan seperti debu rumah, tungau debu rumah, binatang peliharaan, tanaman, karpet, sengatan binatang serta faktor makanan termasuk zat warna, zat pengawet dan sebagainya

Pemeriksaan Fisik

Lesi khas yaitu bentol berwarna merah, berbatas tegas, gatal, dan memutih bila di tekan. Wajah dan bibir bengkak

Kriteria Diagnosis

  • Klinis: anamnesis dan pemeriksaan fisik
  • Kausal : Uji Kulit Alergen

Pemeriksaan Penunjang

Terutama bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab :

  • Pada urtikaria akut terutama yang berulang diperlukan uji kulit alergen.

  • Urinalisis, untuk mencari fokal infeksi di saluran kemih, feses rutin untuk mencari adanya parasit cacing.

  • Pemeriksaan darah tepi: LED dapat meningkat bila ada fokal infeksi kronik atau kelainan sistemik, hitung jenis: eosinofil, basofil.

  • Pemeriksaan kadar IgE total.

  • Pemeriksaan uji kulit alergen, dermografisme, uji tempel es atau IgE spesifik.

  • Kadar komplemen (C3,C4) untuk mencari kelainan sistemik yang mendasari urtikaria, pada pasien yang memiliki riwayat angioedema pada keluarga.

  • C1q dan antibodi C1 inhibitor jika dicurigai acquired angioedema.

Tatalaksana


  • Menghindari pencetus (yang bisa diketahui). Bila diduga penyebabnya adalah obat maka semua obat yang digunakan sebelumnya harus dihentikan.

  • Terapi untuk urtikaria akut digunakan Antihistamin H1 (Dipenhidramin dosis 1 mg/kgBB Intramuskular/Intravena) kombinasi dengan Antihistamin H2 (Ranitidine 1-2mg/kg/ dosis setiap 8 jam) meningkatkan efektifitas AH1 karena memiliki efek sinergis, dan memberikan hasil lebih cepat dan lebih baik.

  • Bila kombinasi AH1 dan AH2 tidak memberikan perbaikan atau urtikaria meluas,berikan injeksi larutan adrenalin 1/1000 dengan dosis 0.01 ml/kg intramuskular(maksimum 0.3 ml) sambil melanjutkan pemberian antihistamin.

  • Pemberian obat oral, dimulai setelah keadaan membaik, dengan Anti histamin 1 generasi 2 : Cetirizine, dosis 0,2 mg/ kg, 2 x sehari, pada anak usia 6 bulan-2 tahun. Untuk anak diatas >2 tahun, diberikan 1 kali sehari. Bila gatal sangat hebat, bisa diberikan tambahan CTM malam hari 0.1 mg/ kg/kali pemberian.

    Kortikosteroid hanya diberikan untuk urtikaria yang disertai angioedema (Prednison atau Methylprednisolon1mg/kg/ hari dibagi 3 dosis).

    Pada urtikaria kronis pendekatan bertingkat digunakan sebagai berikut:

    • Lini I: monoterapi antihistamin I generasi II.

    • Lini II: salah satu atau lebih dari berikut.

      1. Peningkatan dosis antihistamin I generasi II.

      2. Tambahkan antihistamin generasi II yang lain.

      3. Tambahkan antihistamin II.

      4. Tambahkan antagonis reseptor leukotrien (anti leukotrin).

      5. Tambahkan antihistamin I generasi I terutama diberikan saat malam hari.

    • Lini III: Peningkatan dosis antihistamin yang potent yaitu hydroxyzine atau doxepin jika ditoleransi

    • Lini IV: Tambahkan agen alternatif. Omalizumab atau cyclosporine

  • Obat antiinflamasi lain, imunosupresan atau agen biologi.

  • Bila urtikaria tidak membaik atau developing berulang, amati tanda-tanda infeksifokal atau infestasi parasit, dan berikan tata laksana tambahan yang sesuai.

  • Uji Kulit Alergen diperlukan pada urtikaria akut yang berulang atau kausal.

Sumber : Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Ilmu kesehatan anak : Buku panduan belajar koas, Udayana University Press

Referensi
  • Grattari CE. The urticaria spectrum: Recognition of Clinical Patterns Can Help Management . ClinExpDermatol 2004;29:217- 21.
  • Greaves MW. Chronic Urticaria in Childhood . Allergy 2000;55:309-20.
  • Linscott SM. Urticaria Diagnosis and Treatment . Diunduh dari http://www.emedicine.com//article/7629174.
  • Bernstain JA. The Diagnosis and Management of Acute and Chronic Urticaria: 2014 Update. Practice Parameter. 2014. J Allergy Clin Immunol. Volume 133. Number 5: 1270-1278.
  • Zuberbier T, Aberer W, Asero R, Jensen CB, Brozsa Z, Canonica GW, et al. The EAACI/GA 2LEN/EDF/WAO Guideline For The Definition, Classification, Diagnosis, And Management of Urticaria: The 2013 Revision and Update. 2014. Allergy; 69: 868-887

Urtikaria adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya edema kulit superfisial setempat dengan ukuran bervariasi sering dikelilingi oleh halo eritem yang disertai rasa gatal atau panas. Ruam urtikaria cepat timbul dan hilang perlahan-lahan dalam 1-24 jam.

Frekuensi urtikaria diperkirakan sebesar 20% dari seluruh populasi, dapat terjadi pada semua umur namun lebih sering pada wanita dan biasanya pada usia 20-40 tahun.

Klasifikasi

Urtikaria/angioedema dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi ataupun klinis, namun dalam praktek sehari-hari lebih mudah mengklasifikasikannya secara klinis daripada etiologi yang sulit untuk ditegakkan. Klasifikasi berguna dalam menentukan pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan yang tepat bagi pasien urtikaria/angioedema.

Berdasarkan etiologinya urtikaria dibagi menjadi 1) urtikaria imunologik : urtikaria autoimun, kontak alergi dan kompleks imun. 2) urtikaria nonimunologik: urtikaria fisik, karena obat-obatan dan kontak non-alergi. 3) Urtikaria idiopatik. Menurut European Academy of Allergology and Clinical Immunology (EAACI) tahun 2006 secara klinis urtikaria diklasifikasikan menjadi 1) urtikaria spontan: urtikaria akut dan urtikaria kronis. 2) Urtikaria fisik: dermografik, delayed pressure, panas, dingin, solar dan getaran. 3) Urtikaria spesifik: kolinergik, adrenergik, kontak (alergi/non alergi) dan aquagenik. Para ahli yang lain menambahkan klasifikasi dengan urtikaria yang berhubungan dengan penyakit lain seperti urtikaria pigmentosa (mastositosis) dan vaskulitis. Berikut akan dibahas satu-persatu mengenai jenis-jenis urtikaria/angioedema berdasarkan etiologi dan klinisnya :

  1. Urtikaria Akut
    Sekitar 65% urtikaria spontan adalah urtikaria akut (UA). Dikatakan UA jika urtika muncul secara spontan dengan durasi kurang dari 6 minggu. UA sering disebabkan oleh infeksi akut dari saluran pernafasan atas, saluran kemih atau reaksi non alergi (pseudoalergen) dari obat antiinflamasi non steroid sedangkan UA alergika diperantarai oleh IgE, contohnya alergi makanan yang banyak dijumpai pada orang atopi. Makanan yang sering menimbulkan urtikaria ialah telur, kacang, udang, coklat, tomat, keju, bawang, semangka, asam nitrat, asam benzoat dan ragi. Diagnosis UA ditegakkan hanya berdasarkan riwayat penyakit termasuk mencari faktor pencetusnya dan pemeriksaan fisik tapi pemeriksaan penunjang lain masih belum perlu dilakukan.

  2. Urtikaria Kronis
    Prevalensi urtikaria kronis (UK) sebesar 0,5% dari populasi umum dan sering mengenai wanita usia dewasa muda. Lesi muncul secara spontan, minimal 2 kali seminggu selama lebih dari 6 minggu. Jika lesi muncul kurang dari 2 kali seminggu maka disebut UK episodik. Pada UK selain anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap perlu juga dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menemukan faktor pencetusnya seperti infeksi, penyakit autoimun, reaksi alergi mapun non alergi.

  3. Urtikaria Autoimun
    Sekitar 50% pasien urtikaria kronis mempunyai histamin yang melepaskan autoantibodi. Sebagian besar IgG berikatan langsung dengan subunit α reseptor IgE pada permukaan sel mast dan basofil, hanya sedikit yang berikatan dengan IgE. Autoantibodi tersebut menyebabkan degranulasi sel mast melalui aktivasi komplemen jalur klasik. Ini dapat terlihat pada autologous serum skin test (ASST) dimana jika disuntikkan serum autolog secara intraepidermal maka akan muncul urtika. Namun pemeriksaan ASST belum menjadi pemeriksaan yang rutin dilakukan sehingga sering pasien didiagnosis sebagai urtikaria idiopatik.

  4. Urtikaria Kontak
    Urtikaria kontak alergi (UKA) merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I yang diperantarai oleh alergen IgE spesifik pada orang yang telah tersensitisasi sebelumnya. Alergen penyebab UKA antara lain dari bahan makanan (kacang, tomat, ikan), latex dan logam sedangkan riwayat atopi merupakan salah satu faktor predisposisinya. Lesi UKA muncul tidak hanya pada area yang terkena bahan alergen namun dapat generalisata bahkan mengenai organ dalam seperti saluran pernafasan atau pencernaan dan juga mengakibatkan syok anafilaktik. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis ini adalah pemeriksaan IgE spesifik dan tes tusuk.

    Urtikaria kontak non alergi (UKNA) terjadi tanpa adanya sensitisasi awal, hanya terjadi reaksi setempat tanpa reaksi sistemik. Penyebab UKNA diduga karena efek langsung terhadap dinding pembuluh darah dermal atau pelepasan substansi vasoaktif misalnya histamin, SRSA dan bradikinin tanpa pengaruh antibodi. Bahan-bahan penyebab UKNA antara lain bahan pengawet atau penyedap makanan, sabun, parfum dan produk farmasi seperti salep atau krim. Waktu optimum untuk melihat reaksi yang timbul adalah 40-45 menit setelah aplikasi bahan alergen.

  5. Urtikaria Kompleks Imun
    Aktivasi sistem komplemen melalui anafilatoksin C5a dapat memperantai dan meningkatkan pelepasan histamin dari sel mast. Mekanisme inflamasi ini terjadi karena adanya ikatan antara antigen dan antibodi yang membentuk kompleks imun, biasanya berhubungan dengan infeksi virus hepatitis B, hepatitis C dan infeksi oleh parasit sehingga dapat dilakukan pemeriksaan serologis sesuai dengan klinisnya.

  6. Urtikaria Fisik
    Sebesar 50% urtikaria kronik adalah urtikaria fisik yang terjadi karena adanya 1 atau lebih rangsangan fisik berupa trauma, suhu, sinar atau getaran. Patomekanisme urtikaria ini masih belum jelas namun diyakini bahwa faktor fisik tersebut merangsang terjadinya pelepasan histamine karena adanya degranulasi sel mast.

Referensi

http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/download/3408/3188