Apa yang dimaksud dengan Universal Diverse Orientation (UDO)?

Apa yang dimaksud dengan Universal Diverse Orientation (UDO)

Apa yang dimaksud dengan Universal Diverse Orientation (UDO) ?

Konsep Universal Diverse Orientation (UDO) berawal dari pemikiran Vontress (1988) yang mengatakan bahwa kesadaran dan apresiasi untuk perbedaan dan komunalistis antara kelompok budaya adalah hal yang penting dalam interaksi manusia. Miville (2001) memberikan perhatiannya pada pernyataan ini. Vontress dan Miville percaya bahwa perhatian dan penerimaan terhadap perbedaan antar kelompok adalah hal yang penting terutama bagi mereka yang bekerja dengan beragam orang dari latar belakang yang berbeda (Burk, Laux & Robert, 2009).

Hal ini kemudian mempengaruhi Miville, Gelso, Pannu, Holloway & Fuertes (Miville, Gelso, Pannu, Holloway & Fuertes , 1999) untuk memperkenalkan UDO. Menurut Miville, dkk (Miville, dkk, 1999) Universal Diverse Orientation (UDO) didefinisikan sebagai sikap terhadap orang lain yang inklusif sekaligus menganggap adanya keunikan pada setiap manusia dengan cara menyadari dan menerima bahwa setiap manusia memiliki kesamaan serta perbedaan, dimana pengalaman tersebut sebagai manusia menciptakan rasa keterhubungan antar satu sama lain sekaligus memberikan kesadaran bahwa terdapat keberagaman diantara manusia.

Berdasarkan definisi ini dapat terlihat adanya hubungan antara komponen kognitif, perilaku serta afektif dari Universal Diverse Orientation (UDO) itu sendiri. Bagaimana individu memahami, bersikap, dan berperilaku terhadap lingkungan serta orang-orang dengan beragam budaya. Adanya perbedaan (diversity) dan persamaan (universality) pada setiap manusia merupakan hal yang harus diterima dan dipahami. (Miville, dkk , 1999) mengatakan bahwa persamaan adalah aspek-aspek yang ada dalam diri manusia yang diartikan sebagai sesuatu yang sama-sama dimiliki. Sedangkan perbedaan dapat dipahami sebagai berbagai aspek yang khas atau unik yang ada dalam diri setiap manusia. Menurutnya aspek-aspek yang unik ini dapat muncul disebabkan perbedaan yang ada baik secara individual maupun budaya yang dimiliki.

Konsep Universal Diverse Orientation (UDO) sendiri menurut Vargas (Vargas , 2010) dapat memberi penjelasan lebih jauh mengenai kompetensi atau kemampuan multikultural yang meliputi kemampuan umum untuk menerima dan memahami perbedaan. Selain itu konsep Universal Diverse Orientation (UDO) dianggap dapat memberi arah baru yang penting dalam bidang konseling multikultural dan berbagai program pelatihan multikultural (Fuertes & Miville, 2000).

Menurut Miville (Miville , 1999) Universal Diverse Orientation (UDO) memberi refleksi mengenai kesadaran dan penerimaan pada perbedaan maupun persamaan yang ada di dalam diri setiap manusia. Apabila manusia dapat saling menyadari akan persamaan yang ada diantara mereka, hal ini dapat membuat individu merasakan adanya koneksi atau hubungan yang lebih dekat antar manusia. Sedangkan dengan memahami serta menyadari bahwa adanya perbedaan diantara manusia dapat membuat individu lebih menyadari kekhasan atau keunikan yang dimiliki.

Berdasarkan penjelasan di atas, definisi Universal Diverse Orientation (UDO) adalah suatu sikap inklusif yang melibatkan kesadaran individu untuk dapat menerima dan memahami adanya persamaan dan perbedaan pada setiap manusia. Penerimaan dan pemahaman mengenai persamaan yang ada dapat menciptakan rasa keterhubungan antar manusia serta melihat perbedaan sebagai suatu keunikkan yang dimilki setiap manusia.

Faktor - Faktor Pengaruh Universal Diverse Orientation (UDO)


Berbagai penelitian telah dilakukan sebelumnya, menemukan bebrapa faktor yang dapat mempengaruhi Universal Diverse Orientation (UDO). Faktor–faktor yang dapat mempengaruhi Universal Diverse Orientation (UDO) tersebut, ialah :

  1. Faktor Kepribadian
    Faktor kepribadian seperti selflessness, tolerance dan helpfulness yang ada pada tipe kepribadian agreeableness ditemukan berhubungan dengan Universal Diverse Orientation (UDO) (Strauss & Connely, 2003). Selain itu Thompson, dkk (Thompson, dkk , 2002) juga menemukan bahwa tipe keribadian openness to experience secara postif dan signifikan berhubungan dengan Universal Diverse Orientation (UDO). Individu yang memiliki sikap yang terbuka terhadap pengalaman, ide-ide baru membuatnya lebih terbuka dan cenderung menerima perbedaan serta persamaan yang ada diantara manusia.

  2. Faktor Demografis
    Faktor-faktor demografis seperti jenis kelamin, usia dan ras juga ditemukan memiliki hubungan dengan Universal Diverse Orientation (UDO). Menurut Strauss dan Connely (Strauss dan Connely , 2003) menemukan bahwa ras Afrika-Amerika sebagai ras minoritas di Amerika memiliki Universal Diverse Orientation (UDO) yang lebih tinggi dibandingkan ras kulit putih. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Singley & Seadlacek (Singley & Seadlacek , 2009) menemukan bahwa perempuan memiliki level Universal Diverse Orientation (UDO) yang lebih tinggi dari laki-laki.

  3. Faktor Kemampuan
    Menurut penelitian Constantine, dkk (Constantine, dkk , 2002) kemampuan untuk dapat menghargai dampak perbedaan (diversity) diri sendiri dan orang lain serta kemampuan secara umum seperti memberi perhatian, responsif terhadap orang lain juga memiliki hubungan dengan Universal Diverse Orientation (UDO).

  4. Faktor Interaksi
    Penelitian oleh Allenby (Allenby , 2009) menemukan bahwa keterlibatan siswa dalam organisasi dan aktivitas yang memungkinkan mereka bekerjasama dengan kelompok-kelompok yang memiliki latar belakang yang berbeda dapat meningkatkan level dengan Universal Diverse Orientation (UDO). yang dimiliki siswa.

  5. Faktor Pengetahuan
    Konsep dengan Universal Diverse Orientation (UDO). yang dibuktikan oleh penelitian berdampak pada pengetahuan dan kemampuan multikultural individu. Menurut Yeh & Aurora (2003) pengetahuan tentang multikultural yang didapatkan individu melalui pelatihan, seminar, ataupun berbentuk pelajaran di sekolah dapat meningkatkan level dengan Universal Diverse Orientation (UDO) individu.

Aspek-Aspek Universal Diverse Orientation (UDO)


Menurut Fuertes, Miville, Mohr, Sedlacek & Gretchen (2000), Universal Diverse Orientation (UDO) memiliki tiga aspek yaitu :

  1. Diversity of contact
    Diversity of contact adalah tingkat ketertarikan atau kecenderungan individu untuk berinteraksi dalam lingkungan sosial yang memiliki keragaman serta keikutsertaan dalam kegiatan-kegiatan lintas budaya. Aspek ini untuk melihat dan menekankan pada perilaku bagaimana individu secara aktif bersedia untuk berinteraksi dalam lingkungan yang beragam.

  2. Relativistic appreciation
    Aspek yang kedua ialah relativistic appreciation yaitu untuk melihat sejauh mana individu mampu mengakui, memberi nilai, dan menerima persamaan dan perbedaan yang ada diantara manusia. Aspek ini menjelaskan bagaimana tingkat apresiasi individu akan pentingnya untuk menyadari persamaan dan perbedaan yang ada, dimana adanya penghargaan terhadap persamaan dan perbedaan serta dampak baik hal tersebut pada perkembangan dirinya.

  3. Comfort with differences
    Aspek yang terakhir dari Universal Diverse Orientation (UDO) yaitu comfort with differences menjelaskan bagaimana individu merasa terhubung dengan manusia lain karena adanya pengalaman yang sama sebagai manusia. Ketika individu dapat merasa nyaman dengan gagasan untuk berinteraksi dalam lingkungan sosial yang memiliki beragam budaya

Universal Diverse Orientation (UDO) Miville (1999) mengajukan bahwa kepekaan dan penerimaan atas perbedaan dan persamaan lah yang krusial dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan multikultur. UDO kemudian muncul dengan berlandaskan pada tulisan konseling eksistensial dari Vontress (1988, 1996).

Lebih spesifik, Vontress (1996) mengajukan bahwa kemampuan untuk secara terus-menerus menerima dan mengapresiasi perbedaan dan persamaan budaya dengan orang lain merupakan hal yang penting dalam membangun hubungan antara orang-orang yang berbeda kebudayaan sama halnya dengan adaptasi individu dalam lingkungan multikultur. UDO dikembangkan oleh Miville, Gelso, Pannu, Liu, Touradji, Holloway, dan Fuertes (1999) yang didefinisikan sebagai,

“Sikap inklusif sekaligus menganggap unik setiap manusia dengan cara menyadari dan menerima bahwa setiap manusia memiliki kesamaan serta perbedaan; pengalaman serupa sebagai manusia menciptakan rasa keterhubungan antar satu sama lain sekaligus memberikan kesadaran bahwa terdapat keberagaman di antara manusia.”

Definisi ini merefleksikan interrelasi antara komponen kognitif, perilaku dan afektif dari UDO. UDO didefinisikan sebagai kesadaran dan penerimaan terhadap persamaan maupun perbedaan yang ada di antara setiap manusia. Kesadaran atas persamaan (universal), atau aspek yang dimiliki bersama oleh setiap manusia, dapat menyatukan orang-orang. Sementara itu, perbedaan (diverse) merupakan aspek unik yang dimiliki manusia tergantung pada budaya maupun faktor individual lainnya (ras, jenis kelamin, agama, orientasi seksual, nasionalisme, kepribadian). Faktor-faktor ini berdampak pada kemampuan individu untuk berinteraksi secara efektif di dalam kelompok maupun antar kelompok (Strauss & Connerley, 2003).

UDO muncul untuk memberi penjelasan lebih lanjut atas kompetensi multikultural yang mencakup kemampuan umum untuk menerima dan memahami perbedaan (Vargas, 2010). Miville (1999) menyatakan bahwa individu yang menempatkan diri sendiri pada beragam situasi merupakan individu yang mampu mengapresiasi perbedaan dan persamaan sehingga memiliki keterikatan emosi yang dapat memperkuat UDO mereka.
Konsep UDO dapat memberi arah baru yang penting dalam asesmen pada konseling multikultural maupun perancangan program diversitas (Fuertes dkk 2000; Miville dkk, 1999). Tak hanya sekedar ada tidaknya prasangka, UDO juga melihat apakah individu cenderung mendekati atau menghindari situasi keberagaman. Dengan mengetahui tingkat UDO, praktisi dan peneliti bisa menetapkan dasar dalam merancang program multikultural (Singley & Sedlacek, 2009).

UDO merefleksikan sikap kesadaran dan penerimaan pada adanya kesamaan maupun perbedaan di antara manusia (Miville dkk, 1999). Menyadari adanya persamaan universal di antara setiap manusia membuat individu mampu melihat adanya koneksi dengan setiap manusia yang ada di dunia. Sebaliknya, secara sadar mengakui bahwa masing-masing manusia juga memiliki perbedaan membuat individu mampu melihat sisi unik dari setiap manusia. Penerimaan akan kesamaan dan perbedaan ini membuat individu menjadi lebih menghargai keunikan yang ada pada masing-masing manusia karena perbedaan latar belakang namun di sisi lain tahu bahwa pada dasarnya setiap manusia memiliki persamaan (Yeh & Arora, 2003).
Miville (1999) mengartikan persamaan atau universalitas sebagai aspekaspek dalam diri manusia yang dianggap sama antara satu orang dengan orang lainnya. Sementara itu perbedaan atau diversitas dimaknai sebagai aspek-aspek unik dalam diri manusia yang muncul karena adanya perbedaan budaya dan perbedaan individual. Menurut Miville, kesadaran akan adanya persamaan dan perbedaan di antara manusia dapat membuat individu memiliki ikatan dengan orang lain yang memiliki kesamaan namun juga secara bersamaan mampu menerima, mengapresiasi, dan memahami orang lain yang memiliki perbedaan (dalam Yeh & Arora, 2003).

Referensi

Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/41165/Chapter%20II.pdf;sequence=3