Apa yang dimaksud dengan Trikiasis atau Trichiasis?

Trikiasis

Trikiasis (Trichiasis) adalah tumbuhnya bulu mata ke arah dalam dengan posisi palpebra yang normal. Pseudotrichiasis adalah tumbuhnya bulu mata ke arah dalam oleh karena palpebra yang entropion.

Penyebabnya adalah trachoma, blefaritis ulceratif, dan hordeolum eksterna.

Trichiasis dapat menyebabkan posterior lamellae scarring, epiblepharon dan distichiasis. Tidak ada predileksi jenis kelamin kejadiannya, dan dapat terjadi di semua usia. Seringnya usia dewasa.

Pasien dengan trichiasis merasakan sensasi benda asing, nyeri di mata, lakrimasi dan fotopobia. Tatalaksana dari trichiasis adalah epilasi bulu mata, elektrolisis, kriopilasi dan tatalaksana pembedahan.

Trikiasis

Trikiasis adalah kondisi di mana bulu mata tumbuh mengarah ke dalam, yaitu ke arah permukaan bola mata, sehingga dapat menggores kornea atau konjungtiva dan menyebabkan berbagai komplikasi, seperti nyeri, erosi, infeksi, dan ulkus kornea. Data mengenai tingkat prevalensi penyakit ini di Indonesia tidak ada.

Dokter di pelayanan kesehatan primer harus memiliki kompetensi menangani kasus trikiasis karena pasien-pasien yang mengalami tanda maupun komplikasi dari trikiasis sangat mungkin mencari pertolongan di layanan primer terlebih dahulu.

Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan

  1. Keluhan pasien dapat bermacam-macam, misalnya: mata berair, rasa mengganjal, silau bila terpapar cahaya, atau kelilipan. Penglihatan dapat terganggu bila sudah timbul ulkus pada kornea.
  2. Keluhan dapat dialami pada satu atau kedua mata.
  3. Bila telah terjadi inflamasi, dapat timbul keluhan mata merah.
  4. Terdapat riwayat penyakit yang berkaitan dengan faktor predisposisi, misalnya: blefaritis, trakoma, trauma mekanik atau kimiawi, herpes zoster oftalmik, dan berbagai kelainan yang menyebabkan timbulnya sikatriks dan entropion.
  5. Keluhan dapat dialami oleh pasien dari semua kelompok usia.

Trikiasis

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

  1. Beberapa atau seluruh bulu mata berkontak dengan permukaan bola mata.
  2. Dapat ditemukan entropion, yaitu terlipatnya margo palpebra ke arah dalam.
  3. Bila terdapat inflamasi atau infeksi, dapat ditemukan injeksi konjungtival atau silier.
  4. Kelainan pada kornea, misalnya: abrasi, ulkus, nebula / makula / leukoma kornea.
  5. Bila telah merusak kornea, dapat menyebabkan penurunan visus.
  6. Bila terdapat ulkus pada kornea, uji fluoresein akan memberi hasil positif.
  7. Pemeriksaan harus dilakukan pada kedua mata, terlepas dari ada tidaknya keluhan.

Penegakan Diagnosis (Assessment)

Diagnosis trikiasis ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisis sebagaimana disebutkan sebelumnya. Tes fluoresens dapat menunjukkan erosi atau ulkus kornea.
Diagnosis banding: Penyebab inflamasi lain pada mata

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Trikiasis

Penatalaksanaan

  1. Non-medikamentosa
    Epilasi, yaitu pencabutan bulu mata dengan pinset. Hal ini bertujuan mengurangi gejala dan mencegah komplikasi pada bola mata. Namun, bulu mata akan tumbuh kembali dalam waktu 4 – 6 minggu, sehingga epilasi perlu diulang kembali.

  2. Medikamentosa
    Pengobatan topikal diberikan sesuai indikasi, misalnya: salep atau tetes mata antibiotik untuk mengatasi infeksi.

Konseling dan Edukasi

  1. Pasien perlu diinformasikan untuk menjaga kebersihan matanya dan menghindari trauma pada mata yang dapat memperparah gejala.
  2. Dokter perlu menjelaskan beberapa alternatif pilihan terapi, mulai dari epilasi dan pengobatan topikal yang dapat dilakukan oleh dokter di pelayanan kesehatan primer hingga operasi yang dilakukan oleh spesialis mata di layanan sekunder. Terapi yang akan dijalani sesuai dengan pilihan pasien.

Kriteria Rujukan

  1. Bila tatalaksana di atas tidak membantu pasien, dapat dilakukan rujukan ke layanan sekunder
  2. Bila telah terjadi penurunan visus
  3. Bila telah terjadi kerusakan kornea
  4. Bila pasien menghendaki tatalaksana langsung di layanan sekunder

Peralatan

  1. Lampu senter
  2. Snellen Chart
  3. Pinset untuk epilasi
  4. Lup
  5. Dapat pula disediakan kertas fluoresein dan larutan NaCl 0.9% untuk ter fluoresein
  6. Lampu biru (bisa berasal lampu biru pada oftalmoskop)

Prognosis

  1. Ad vitam : Bonam
  2. Ad functionam : Dubia
  3. Ad sanationam : Malam

Referensi

  1. Carter, S.R., 1998. Eyelid Disorders: Diagnosis and Management. American Family Physician, 57(11), pp.2695–702. Available at: Eyelid disorders: diagnosis and management - PubMed.
  2. Ilyas, S., 2005. Ilmu Penyakit Mata 3rd ed., Jakarta: Balai Penerbit FKUI.