Tirotoksikosis atau thyrotoxicosis adalah lintasan metabolisme toksisitas yang dipicu oleh simtoma tingginya rasio plasma hormon tiroid di dalam tubuh, simtoma ini seperti yang terjadi pada patogenesis hipertiroidisme. Toksisitas yang terjadi merupakan kombinasi antara hiperglisemia, peningkatan sintesis glukosa, terutama pada lintasan glukoneogenesis, dan menginduksi resistansi insulin di dalam hati, serta hiperkalsemia seperti yang terjadi pada hipertiroidisme.
Modulasi tirotoksikosis dan hiperkalsemia lamban laun akan memicu peningkatan serum hormon paratiroid yang disebut simtoma hiperparatiroidisme. Simtoma hiperparatiroidisme akan menginduksi ekskresi magnesium berlebih melalui urin dan memicu simtoma hipomagnesemia.
Tirotoksikosis dipicu oleh hormon hCG berlebih hasil sekresi sel tumor trofoblastik, atau sekresi oleh plasenta pada masa kehamilan, oleh karena hormon hCG memiliki sifat tirotrofik selain gonadotrofik, sehingga dapat berfungsi layaknya hormon TSH. Lintasan glukoneogenesis yang dipicu hCG pada masa kehamilan diduga menimbulkan diabetes gestasional.
Tirotoksikosis adalah manifestasi klinis akibat kelebihan hormon tiroid yang beredar di sirkulasi. Data Nasional dalam Riskesdas 2013, hipertiroid di Indonesia, terdiagnosis dokter sebesar 0,4%. Prevalensi hipertiroid tertinggi di DI Yogyakarta dan DKI Jakarta (masing-masing 0,7%), Jawa Timur (0,6%), dan Jawa Barat (0,5%). Tiroktosikosis di bagi dalam 2 kategori, yaitu yang berhubungan dengan hipertiroidisme dan yang tidak berhubungan.
Tirotoksikosis dapat berkembang menjadi krisis tiroid yang dapat menyebabkan kematian. Tirotoksikosis yang fatal biasanya disebabkan oleh autoimun Grave’s disease pada ibu hamil. Janin yang dikandungnya dapat mengalami tirotoksikosis pula, dan keadaaan hepertiroid pada janin dapat menyebabkan retardasi pertumbuhanm kraniosinostosis, bahkan kematian janin.
Pasien dengan tirotoksikosis memiliki gejala antara lain:
Berdebar-debar
Tremor
Iritabilitas
Intoleran terhadap panas
Keringat berlebihan
Penurunan berat badan
Peningkatan rasa lapar (nafsu makan bertambah)
Diare
Gangguan reproduksi (oligomenore/amenore dan libido turun)
Mudah lelah
Pembesaran kelenjar tiroid
Sukar tidur
Rambut rontok
Faktor Risiko
Memiliki penyakit Graves (autoimun hipertiroidisme) atau struma multinodular toksik
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
Benjolan di leher depan
Takikardia
Demam
Exopthalmus
Tremor
Spesifik untuk penyakit Grave :
Oftalmopati (spasme kelopak mata atas dengan retraksi dan gerakan kelopak mata yang lamban, eksoftalmus dengan proptosis, pembengkakan supraorbital dan infraorbital)
Untuk hipertiroidisme diagnosis yang tepat adalah dengan pemeriksaan konsentrasi tiroksin bebas di dalam plasma (serum free T4 & T3 meningkat dan TSH sedikit hingga tidak ada).
Diagnosis tirotoksikosis sering dapat ditegakkan secara klinis melaui anamnesis dan pemeriksaan fisik tanpa pemeriksaan laboratorium, namun untuk menilai kemajuan terapi tanpa pemeriksaan penunjang sulit dideteksi.