Apa yang dimaksud dengan Tindakan atau Perilaku Prososial?

Perilaku prososial adalah perilaku yang menguntungkan orang lain yang dilakukan secara sukarela dan tanpa keuntungan yang nyata bagi orang yang memberikan bantuan sehingga perilaku ini memiliki konsekuensi positif pada orang lain.

Apa yang dimaksud dengan tindakan atau perilaku prososial ?

Berikut adalah beberapa definisi perilaku atau tindakan prososial menurut beberapa ahli :

  • Perilaku prososial merupakan salah satu bentuk perilaku yang muncul dalam kontak sosial, sehingga perilaku prososial adalah tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain tanpa mempedulikan motif-motif si penolong (Asih & Pratiwi,2010).

  • Chaplin dalam Asih dan Pratiwi (1995) memberikan pengertian sebagai segala sesuatu yang dialami oleh individu meliputi reaksi yang diamati.

  • Sedangkan Myers dalam Sarwono (2002) menyatakan bahwa perilaku prososial adalah hasrat untuk menolong orang lain tanpa memikirkan kepentingan-kepentingan sendiri. Perilaku prososial dapat dimengerti sebagai perilaku yang menguntungkan orang lain.

  • Secara konkrit, pengertian perilaku prososial meliputi tindakan berbagi (sharing), kerjasama (cooperation), menolong (helping), kejujuran (honesty), dermawan (generousity) serta mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain (mussen dalam Dayakisni, 1988).

  • Dahriani (2007) mengatakan bahwa perilaku prossosial adalah perilaku yang mempunyai tingkat pengorbanan tertentu yang tujuannya memberikan keuntungan bagi orang lain baik secara fisik maupun psikologis, menciptakan perdamaian dan meningkatkan toleransi hidup terhadap sesama, namun tidak ada keuntungan yang jelas bagi individu yang melakukan tindakan.

  • Eisenberg dalam Saripah, mengatakan perilaku prososial adalah tingkah laku seseorang yang bermaksud merubah keadaan psikis atau fisik penerima sedemikian rupa, sehingga penolong akan merasa bahwa penerima menjadi sejahtera atau puas secara material ataupun psikologis.

  • Tingkah laku prososial menurut Baron dan Byrne (2005) adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan mungkin mengandung suatu resiko bagi orang yang menolongnya tersebut.

  • Perilaku prososial bisa menjadi perilaku alturisme ataupun tidak alturisme. Wispe (dalam Hogg & Voughan, 2002) mendefinisikan perilaku prososial sebagai perilaku yang memiliki konsekuensi sosial positif yang menyambung bagi kesejahteraan fisiologis atau psikologis orang lain. Greener mendefinisikan secara ringkas perilaku sebagai perilaku suka rela (voluntary), dan bertujuan (intention) yang menghasilkan dampak yang menguntungkan bagi orang lain.

Dari berbagai penejelasan mengenai definisi perilaku prososial di atas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa perilaku prososial adalah perilaku menolong yang menguntungkan bagi orang lain tanpa mengharapkan sesuatu ibalan apa pun dan dilakukan secara sukarela tanpa adanya tekanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Myers hasrat untuk menolong orang lain tanpa memikirkan kepentingan-kepentingan sendiri

Dimensi Perilaku Prososial


Mussen dalam Tinne (2012), perilaku prososial mencakup hal-hal sebagai berikut :

  • Berbagi, artinya kesedihan seseorang untuk berbagi perasaan dengan orang lain, baik dalam suasana suka maupun duka suasana duka
  • Menolong, artinya kesedihan seseorang untuk memberikan bantuan kepada yang membutuhkan baik bantuan material maupun moral, termasuk di dalamnya menawarkan sesuatu yang dapat menunjang, terlaksananya kegiatan orang lain
  • Kerjasama, artinya kesediaan seseorang untuk melakukan kerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama, termasuk di dalamnya saling memberi, saling menguntungkan
  • Bertindak jujur, artinya kesediaan seseorang untuk bertindak dan berkata apa adanya, tidak membohongi orang lain dan tidak melakukan kecurangan terhadap orang lain
  • Berdarma, artinya kesediaan seseorang untuk memberikan sebagian barang yang dimilikinya secara sukarela kepada orang yang mebutuhkan

Tidak jauh berbeda dengan apa yang diungkapkan Schoeder dalam Bierhoff (2002), perilaku prososial dapat mencakup hal-hal sebagai berikut :

1. Menolong

artinya suatu tindakan yang memiliki konsekuensi memberikan keuntungan atau meningkatkan kesejahteraan orang lain. Menurut Mc Guire dalam Tinne (2012) menolong dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

  • Casual helping, artinya memberikan bantuan kecil kepada seseorang yang baru dikenal, sebagai contoh : mengambilkan barang yang jauh dan memberikannya kepada pemiliknya meskipun tidak mengenal pemiliknya.

  • Subtantial personal helping, artinya memberikan keuntungan yang nyata kepada seseorang dengan mengeluarkan usaha-usaha yang cukup dapat diperhitungkan, sebagai contoh : membantu teman mengangkut barang ketika akan pindah kos.

  • Emotional helping, artinya memberikan dukungan secara emosional dan personal pada seseorang, sebagai contoh : mendengarkan cerita seorang teman yang tengah menghadapi masalah

  • Emergency helping, artinya memberikan bantuan kepada seseorang (lebih kepada orang yang tidak kenal) yang tengah menghadapi masalah yang serius dan mengancam keselamatan jiwa, sebagai contoh : menolong korban kecelakaan.

2. Kerjasama

artinya hubungan antara dua orang atau lebih yang secar positif saling tergantung berkenaan dengan tujuan mereka, sehingga gerak seseorang dalam mencapai tujuan cenderung akan dapat meningkatkan gerak orang lain untuk mencapai tujuannya.

Dimensi perilaku prososial juga diungkapkan oleh Soekanto dalam Robbik (2011), yang mengatakan :

  • Simpati

    Simpati adalah satu sikap emosional yang dicirikan oleh perasaan ikut merasa terhadap pribadi lain yang mengalami satu pengalaman emosional. Dalam hal ini simpati bertujuan untuk mengurangi penderitaan orang lain dan ikut merasakan apa yang dirasakan oralng lain.

  • Kerja Sama

    Kerja sama adalah kegiatan dua orang atau lebih yang saling membantu dalam satu bidang kerja atau mencapai tujuan yang sama. Menurut Stewart kerja sama dapat diartikan sebagai collaboration, karena dalam bersosialisasi bekerja sama memiliki kedudukan yang sentral karena esensi dari kehidupan sosial dan berorganisasi adalah kesepakatan bekerja sama.

    Sedangkan dalam sudut pandang sosiologis, pelaksanaan kerjasama antar kelompok masyarakat ada tiga bentuk (Soekanto, 1986: 60-63) yaitu:

    1. bargaining yaitu kerjasama antara orang per orang dan atau antarkelompok untuk mencapai tujuan tertentu dengan suatu perjanjian saling menukar barang, jasa, kekuasaan, atau jabatan tertentu,

    2. cooptation yaitu kerjasama dengan cara rela menerima unsur-unsur baru dari pihak lain dalam organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya keguncangan stabilitas organisasi,

    3. coalition yaitu kerjasama antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama. Di antara oganisasi yang berkoalisi memiliki batas-batas tertentu dalam kerjasama sehingga jati diri dari masing-masing organisasi yang berkoalisi masih ada.

  • Berderma

    Berderma adalah memberikan sesuatu pada yang membutuhkan

  • Membantu

    Membantu adalah memberi sokongan atau tenaga supaya menjadi kuat. Wise (dalam zanden, 1984) menguraikan berbagai bentuk perilaku proposial yaitu:

    • simpati yaitu perilaku yang menunjukkan kepedulian terhadap rasa sakit atau kesedian orang lain,

    • bekerjasama, yaitu perilaku yang menunjukkan kemampuan dan kesediaan individu untuk bekerja bersama orang lain, tetapi biasanya tidak selalu untuk keuntungan bersama,

    • menyumbang, yaitu prilaku member hadiah, sumbangan atau kontribusi kepada orang lain, biasanya berupa amal,

    • menolong, yaitu perilaku member bantuan kepada orang lain, sehingga orang lain tersebut dapat mencapai tujuan tertentu atau mendapatkan sesuatu,

    • altruisme, yaitu perilaku menolong yang dilakukan untuk keuntungan orang lain, tanpa mengharapkan imbalan apapun, umumnya dalam bentuk penyelamatan orang lain dari bahaya yang mengancam.

Tindakan atau perilaku Prososial merupakan kebalikan dari Tindakan Bystander Effects

Perilaku prososial merupakan tindakan bertujuan untuk kepentingan orang lain (Kassin, Fein & Markus, 2011).

Lebih lanjut, perilaku prososial merupakan semua jenis tindakan yang dimaksudkan untuk memberikan manfaat bagi orang lain selain diri sendiri, seperti bekerja sama, berbagi, dan menghibur (Batson, dalam Sanderson, 2011).

Prososial diartikan sebagai sosial positif, sehingga perilaku prososial merupakan perilaku yang mempunyai akibat atau konsekuensi yang positif bagi orang lain, sehingga ketika seseorang melakukan bantuan terhadap orang lain, prososial memiliki arti sebagai sosial positif atau mempunyai konsekuensi positif (Fetchenhauer, dkk, 2006).

Sosial positif ini didasarkan atas nilai-nilai positif yang ada di masyarakat dan biasanya di tuntut untuk dilakukan (Staub, dalam Ma, Li, & Pow, 2011).

Definisi lain menurut Baumeister dan Bushman (2011), Perilaku prososial didefinisikan sebagai perilaku yang baik untuk orang lain atau bagi masyarakat secara keseluruhan. Perilaku prososial adalah perilaku baik yang memberikan kesejahteraan sosial. Hal ini bisa bermacam dari perilaku altruistik (sukarela), menjadi murah hati (seperti memberikan uang atau darah), atau perilaku sejenis lainnya (Bierhoff, 2002).

Perilaku altruistik dengan beberapa pengorbanan diri dan perilaku normatif (misalnya, menjadi pria dan wanita yang baik) dikatakan sebagai perilaku prososial (Radke- Yarrow, Waxler, & Chapman, 1983). dan perilaku prososial meliputi perilaku yang menghormati orang lain atau mengizinkan masyarakat untuk beroperasi.

William (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003) menjelaskan bahwa tujuan dari berperilaku prososial ini yaitu supaya seseorang dapat merubah keadaan psikis atau fisik penerima, sedemikian rupa, sehingga penolong akan merasa bahwa si penerima menjadi lebih sejahtera atau puas secara material ataupun psikologis.

Dari pemaparan berbagai definisi yang di kemukakan oleh para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku prososial adalah perilaku yang memiliki konsekuensi positif dan berperilaku normatif. Perilaku prososial sebagai tindakan yang ditujukan untuk memberi bantuan atau kebaikan pada orang lain atau kelompok, dengan cara-cara yang cenderung mentaati norma sosial demi meningkatkan kesejahteraan seseorang

Aspek perilaku prososial

Baron dan Byrne (2005) menyebutkan tiga aspek perilaku prososial, yang antara lain :

1. Menolong orang lain yang kesulitan (Helping A Stranger Distress)

Pengaruh kehadiran orang lain (bystander effect) membuat seseorang cenderung kurang memberikan bantuan pada orang asing yang mengalami kesulitan. Semakin banyak orang yang hadir, semakin kecil kemungkinan individu yang benar-benar memberikan pertolongan.

Terdapat dua variabel yang bias mendukung dan menghambat individu untuk menolong orang yang mengalami kesulitan, yaitu penyebaran tanggung jawab dan menghindari kesalahan.

  • Penyebaran tanggung jawab
    Bila tanggung jawab sosial merupakan keyakinan normative yang jelas bagi kelompoknya, maka kehadiran orang lain menyebabkan meningkatnya kemungkinan dalam berperilaku prososial.

  • Menghindari kesalahan
    Kehadiran orang lain bisa menjadi penghambat berperilaku prososial, karena individu yang berada dalam kelompok orang banyak takut apabila melakukan kesalahan sosial. Apabila individu sedang sendiri, maka tidak akan ragu-ragu dalam melakukannya. Namun, saat ada beberapa orang di tempat, kecenderungannya adalah menunggu perintah daripada membuat kesalahan dan terlihat kebodohannya. Individu yang menolong orang yang mengalami kesulitan juga mempertimbangkan hadiah dan kerugian yang diperoleh, suasana hati individu pada waktu itu, empati dan karakteristik individu.

2. Mengurangi suatu tindak pelanggaran (Deterring A Wrongdoer)

Adanya keinginan untuk menciptakan keamanan dengan mengurangi pelanggaran dan adanya rasa tanggung jawab untuk memberikan bantuan terhadap orang yang mengalami tindak pelanggaran. Komitmen utama terhadap tanggung jawabnya akan meningkatkan kemungkinan untuk ikut serta dalam berperilaku prososial.

3. Menahan godaan (Resist Temptation)

Individu seringkali dihadapkan pada pilihan antara melakukan apa yang diketahui dengan mempertahankan perilaku moral atau melakukan cara penyelesaian yang mudah melalui berbohong, berbuat curang, atau mencuri. Hal tersebut sangat menggoda individu untuk melanggar aturan yang ada agar memperoleh keuntungan dengan segera.

Misalnya, perawat yang mencuri waktu istirahat di luar izin antara 20-25 menit setiap minggunya atau seorang pegawai yang melakukan pencurian terhadap penyediaan barang bagi para pekerjanya. Individu nampaknya lebih menyukai melakukan kejahatan sederhana jika keuntungan yang diperoleh secara potensial tinggi dan jika kemungkinan diketahui atau ditangkap dan kerugian yang diperoleh rendah.

Meskipun ada sejumlah orang yang melakukan tindakan ilegal atau tidak bermoral namun masih banyak orang yang mampu menahan godaan tersebut.

Bentuk-bentuk perilaku prososial

Menurut Schoeder (dalam Bierhof, 2002) perilaku prososial dapat mencakup hal-hal sebagai berikut;

  • Menolong, artinya suatu tindakan yang memiliki konsekuensi memberikan keuntungan atau meningkatkan kesejahteraan orang lain.

  • Altruisme, artinya memberikan bantuan tanpa mengharapkan imbalan. Altruisme merupakan perilaku yang merefleksikan pertimbangan untuk lebih mengutamakan kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadi.

  • Kerja sama, artinya hubungan antara dua orang atau lebih yang secara positif saling tergantung berkenan dengan tujuan mereka. Sehingga gerak seseorang dalam mencapai tujuan cenderung dapat meningkatkan gerak orang lain untuk mencapainya.

Menurut Wispe (dalam Bierhoff, 2002), perilaku prososial meliputi berbagai bentuk, antara lain

  1. Simpati (Sympathy). Perilaku yang didasarkan atas perasaan positif terhadap orang lain, sikap peduli, serta ikut merasakan kesedihan dan penderitaan orang lain.

  2. Kerjasama (Cooperation). Kerjasama diartikan bahwa setiap orang mampu dan ingin bekerjasama dengan orang lain, meski bukan untuk keuntungan bersama.

  3. Membantu (Helping). Perilaku mengambil bagian atau membantu urusan orang lain sehingga orang tersebut dapat mencapai tujuannya.

  4. Berderma (Donating) Merupakan perilaku memberikan hadiah atau sumbangan kepada orang lain, biasanya berupa amal.

  5. Suka menolong (Altruisme) Mengambil bagian untuk menolong orang lain, yang dilakukan tanpa pamrih, dan biasanya dalam bentuk menyelamatkan orang lain dari ancaman bahaya.

Prosocial behaviour merupakan kategori yang luas dari helping behavior. Prosocial behavior didefinisikan oleh beberapa segmen yang signifikan dari masyarakat atau kelompok sosial yang secara umum menguntungkan bagi orang lain.

Penner et al dalam Mercer dan Debbie (2010) membagi prosocial literature dalam tiga kategori, yaitu:

  1. Meso level
    Tindakan menolong ditinjau dari segi tingkat interpersonal (contoh : spesifikasi dan situasi tindakan prososial diantara seseorang dengan lawannya). Faktor-faktor yang dikatakan dapat menghambat maupun meningkatkan perilaku prososial sebagai berikut;

    • Who need help
      Kita akan lebih membantu teman dengan cepat dibandingkan membantu orang lain yang tidak dikenal.

    • Similarity
      Kita akan lebih senang membantu orang yang terlihat sama atau mirip dengan kita. (Contoh : ras, gender)

    • Attribution of the cause of the distress
      Kita akan kurang membantu orang yang sudah seharusnya bertanggung jawab atas insiden secara personal. (Contoh : Pemabuk yang terjatuh di jalanan)

    • Alcohol
      Alkohol dapat mengurangi ketegangan situasi yang diakibatkan oleh orang-orang di sekitarnya, sehingga pada saat orang minum, mereka menunjukkan tingkat kecenderungan ingin membantu dikarenakan mereka tidak terpengaruh oleh kepanikan yang terjadi di sekitarnya.

    • Weighing up the costs and benefits
      Sebagai bagian dari decision-making process menyarankan bahwa agar para individu mempertimbangkan antara beban (waktu) yang dipakai jika membantu dengan beban (perasaan bersalah) jika tidak membantu.

  2. Micro level
    Terdapat dua pendekatan asal usul kecenderungan prosocial behavior yaitu : evolutionary theory dan social norm.

    • Pertama, pendekatan evolutionary theory ini berpendapat bahwa kita secara biologis cenderung untuk membantu mereka yang berbagi gen yang sama dengan kita. Hal ini dikenal sebagai inclusive fitness (kemampuan inklusif) yang merupakan kemampuan langsung dari keturunan.

    • Kedua, Gouldner dalam Mercer dan Debbie (2010) mengatakan bahwa norma timbal balik atau reciprocity merupakan bagian dari genetik bersama dan menyarankan bahwa norma timbal balik adalah norma budaya bersama. Nilai helping behavior dalam segi social psychology disebut sebagai social norm.

      Social norm adalah kepercayaan atau jenis perilaku yang dianggap normal dan dapat diterima dalam kelompok tertentu atau masyarakat. Melalui proses sosialisasi, menjadi keyakinan normatif yang secara internal diadakan yang dapat memiliki efek yang kuat terhadap cara kita berperilaku.

    Berkowitz dalam Mercer dan Debbie (2010) juga mengatakan bahwa beberapa orang akan membantu orang yang membutuhkan serta tidak mengekspetasikan pujian atau rasa terima kasih dari orang lain. Ini dikatakan memiliki relasi dengan norma dari social responsibility yang dikatakan membantu orang lain merupakan hal yang harus kita lakukan, baik tidak tergantung pada imbalan di masa yang akan datang maupun orang tersebut pernah membantu kita.

  3. Macro level
    Volunteering merupakan tipe yang beda dari helping behavior karena direncanakan, biasanya berjangka panjang, dan dianggap kurang karena lebih cenderung merupakan rasa kewajiban pribadi.

    Clary et al dalam Mercer dan Debbie (2010:101) mengembangkan volunteering functions inventory (VFI) dalam enam dimensi, sebagai berikut;

    • Values
      Untuk mengekspresikan atau bertindak dalam nilai yang penting (Contoh : paham kemanusiaan atau humanitarianism).

    • Understanding
      Untuk belajar lebih mengenai dunia atau melatih skill yang sering tidak dipakai.

    • Inventory enhancement
      Untuk meningkatkan dan mengembangkan psikologis pribadi (Contoh : terlibat dalam kegiatan sukarela).

    • Social
      Untuk memperkuat relasi sosial.

    • Career
      Untuk mendapatkan pengalaman yang berkaitan dengan karir.

    • Protective
      Untuk mengurangi perasaan negatif (Contoh : rasa bersalah, kesepian) atau untuk mengatasi masalah pribadi.

Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan (goal oriented) dengan kata lain, perilaku kita pada umumnya di motivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun tujuan spesifik, tidak senantiasa diketahui secara sadar oleh sang individu. Unit dasar perilaku adalah sebuah aktivitas, sesungguhnya kita dapat menyatakan bahwa perilaku merupakan suatu seri aktivitas-aktivitas.

Perilaku prososial menurut William yaitu perilaku yang memiliki intensi untuk mengubah keadaan fisik atau psikologis penerima bantuan dari kurang baik menjadi lebih baik, dalam arti secara mental maupun psikologis (Dayakisni & Hudaniah, 2003).

Menurut Shaffer (dalam Edwina, 2002), bahwa tindakan yang memberikan keuntungan bagi orang lain seperti berbagi dengan orang lain yang mendatangkan keuntungan bagi orang tersebut disbanding dengan dirinya sendiri, menghibur atau menolong orang lain untuk mencapai tujuannya atau bahkan membuat orang lain senang dengan memuji perilaku mereka atau prestasi disebut perilaku prososial.

Menurut Bartal mengartikan bahwa tingkah laku prososial adalah tingkah laku yang menimbulkan konsekuensi posotif bagi kesejahteraan fisik maupun psikis orang lain. Menurut Bringham (dalam Dayakisni, 2003) menyatakan bahwa perilaku prososial mempunyai maksud menyumbang kesejahteraan orang lain.

Dengan kedermawanan, persahabatan, kerjasama, menolong, menyelamatkan, dan pengorbanan merupakan bentuk-bentuk perilaku prososial. Prososial diartikan sebagai suatu tindakan heroik dengan tujuan untuk menolong orang lain (Passer & Smith, 2004).

Definisi dalam konteks psikologi sosial menyebutkan definisi prososial sebagai suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut. Istilah altruisme sering digunakan secara bergantian dengan prososial, tapi altruisme yang sebenarnya adalah hasrat untuk menolong orang lain tanpa memikirkan kepentingan sendiri (Sarwono, 2002).

Perilaku prososial adalah tindakan yang menguntungkan orang lain tetapi tidak memberikan keuntungan yang nyata bagi orang yang melakukan tindakan tersebut. Perilaku prososial kadang-kadang dapat melibatkan risiko di pihak orang yang memberikan bantuan. Istilah-istilah lain, seperti perilaku menolong, amal kebajikan, dan volunterisme juga digunakan untuk menggambarkan tentang hal-hal baik yang dilakukan orang untuk memberikan bantuan yang dibutuhkan kepada orang lain.

Dari beberapa pendapat para ahli tentang Perilaku Prososial diatas, maka ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan Perilaku Prososial dalam konteks penelitian ini adalah membantu orang lain dengan cara meringankan beban fisik atau psikologi orang tersebut, memperhatikan kesejahteraan orang lain tanpa memikirkan kepentingan sendiri, dan ikut menyokong dengan tenaga dan pikiran.

Jenis-jenis Perilaku Prososial


Mussen (dalam Nashori, 2008) mengungkapkan bahwa perilaku prososial meliputi :

  1. Menolong, yaitu membantu orang lain dengan cara meringankan beban fisik atau psikologi orang tersebut. Membantu untuk meringakan beban penderitaan, kesukaran (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005).

  2. Berbagi rasa, yaitu kesediaan untuk ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain. Orang menggunakan perasaannya dengan efektif di dalam situasi orang lain, didorong oleh emosinya seolah-olah dia ikut bengambil bagian dalam gerakan-gerakan yang dilakukan orang lain (Ahmadi, 1991).

  3. Kerjasama, yaitu melakukan pekerjaan atau kegiatan secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama pula. Kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang (badan, lembaga) untuk mencapai tujuan bersama (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005).

  4. Menyumbang, yaitu berlaku murah hati kepada orang lain. Ikut menyokong dengan tenaga dan pikiran, memberikan sesuatu kepada orang yang sedang tertimpa musibah (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005).

  5. Memperhatikan kesejahteraan orang lain. Hasrat untuk menolong orang lain tanpa memikirkan kepentingan sendiri (Sarwono, 2002).

Teori-teori Perilaku Prososial


Menurut Sarwono & Meinarno (2009) mengungkapkan bahwa teori-teori perilaku prososial, yaitu:

  1. Teori Evolusi
    Inti dari kehidupan adalah kelangsungan hidup gen. Gen dalam diri manusia telah mendorong manusia untuk memaaksimalkan kesempatan berlangsungnya suatu gen agar tetap lestari.

    • Perlindungan kerabat
      Orang tua mengutamakan kesejahteraan anak dibandingkan dengan kesejahteraan dirinya sendiri, gennya akan mempunyai peluang lebih besar untuk bertahan dan lestari dibandingkan orang tua yang mengabaikan anaknya. Kedekatan gen-gen secara biologis membuat manusia terprogram secara alami untuk lebih menolong orang yang masih tergolong kerabatnya.

    • Timbal balik biologik
      Seseorang menolong karena ia mengantisipasi kelak orang yang ditolong akan menolongnya kembali sebagai balasan, dan bila ia tidak menolong maka kelak ia pun tidak akan mendapat pertolongan.

  2. Teori Belajar

    • Teori belajar sosial
      Tingkah laku manusia dijelaskan sebagai hasil proses belajar terhadap lingkungan. Menurut teori belajar, orang dapat merasa lebih baik setelah memberikan pertolongan, atau menolong untuk menghindari perasaan bersalah atau malu jika tidak menolong.

    • Teori pertukaran sosial
      Interaksi sosial bergantung pada untung dan rugi yang terjadi. Tingkah laku menolong juga bisa semata-mata hanya untuk menutupi kepentingan pribadi seseorang.

  3. Teori Empati
    Seseorang dapat merasakan apa yang orang lain rasakan dan dengan komponen kognitif seseorang mampu memahami apa yang orang lain rasakan beserta alasannya.

    • Hipotesis empati-altruisme
      Perhatian yang empatik yang dirasakan seseorang terhadap penderitaan orang lain akan menghasilkan motivasi untuk mengurangi penderitaan orang tersebut.

    • Model mengurangi perasaan negatif
      Orang menolong 8untuk mengurangi perasaan negative akibat melihat penderitaan orang lain. Seseorang berada dalam suasana hati yang negative sebelum melihat orang yang sedang kesusahan dan dengan menolong diharapkan ia dapat mengurangi perasaan negatifnya tersebut.

    • Hipotesis kesenangan empatik
      Seseorang akan menolong bila ia memperkirakan dapat ikut merasakan kebahagiaan orang yang akan ditolong atas pertolongan yang diberikannya. Seseorang menolong karena percaya bahwa pertolongannya akan memberikan hasil yang positif.

  4. Teori Perkembangan Kognisi Sosial
    Dalam merespons suatu situasi darurat (situasi yang membutuhkan pertolongan), tentunya diperlukan sejumlah informasi yang harus diproses dengan cepat sebelum seseorang memutuskan untuk memberikan pertolongan.

  5. Teori Norma Sosial

    • Norma timbal-balik
      Seseorang harus menolong orang yang pernah menolongnya. Prinsip balas budi dalam kehidupan bermasyarakat. Seseorang harus menolong orang lain karena kelak di masa mendatang, akan ditolong oleh orang lain atau pernah ditolong orang pada masa sebelumnya.

    • Norma tanggung jawaban sosial
      Sesorang berbuat seimbang antara memberi dan menerima di dalam sebuah hubungan sosial. Memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan pertolongan tanpa mengharapkan balasan di masa datang.

Tahapan Perilaku Prososial


Latense dan Darley (dalam Mahmudah, 2011) menjelaskan bagaimana sebetulnya seseorang memberikan pertolongan kepada orang lain. Ada empat tahap, yaitu :

  1. Tahap perhatian
    Perhatian merupakan hal yang sangat penting dalam perilaku prososial. Perhatian ini bisa muncul oleh beberapa hal misalnya : terganggu oleh kesibukan, ketergesaan, terdesak oleh kepentingan lain.

  2. Interpretasi situasi
    Interpretasi atas situasi menentukan perilaku prososial seseorang. Ada dua macam yang ditunjukkan dalam menginterpretasi kejadian, yaitu :

    • Sesuatu yang perlu ditolong.
    • Sesuatu yang tidak perlu ditolong.
  3. Tanggung jawab sosial (orang banyak)
    Seseorang yang mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi akan mempunyai kecenderungan besar untuk menunjukkan perilaku prososial. Seseorang mungkin akan menolong orang yang dibencinya karena adanya rasa tanggung jawab yang tinggi.

  4. Mengambil keputusan
    Pengambilan keputusan untuk menolong atau tidak sangat ditentukan oleh berbagai faktor dalam ataupun luar.