Terumbu karang dibedakan antara binatang karang (reef coral) sebagai individu organisme atau komponen komunitas dengan terumbu karang (coral reef) sebagai suatu ekosistem, termasuk didalamnya organisme-organisme karang. individu karang yang disebut polip merupakan binatang sederhana berbentuk tabung dengan mulut berada diatas yang juga berfungsi sebagai anus. Di sekitar mulut terdapat tentakel yang berfungsi sebagai penangkap makanan. Jaringan tubuh karang terdiri dari ektoderm, mesoglea, dan endoderm. Ektoderm merupakan jaringan terluar yang mempunyai cilia, kantung lendir (mucus) dan sejumlah nematokis (nematocyst). Mesoglea adalah jaringan yang terletak antara ektoderm dan endoderm, bentuknya seperti agar-agar (jelly). Endoderm merupakan jaringan yang paling dalam dan sebagian besar berisi zooxanthellae (Nybakken, 1992; Suharsono, 1996).
Gambar Anatomi Polip Karang (Nybakken, 1992)
Karang mempunyai sistem syaraf, jaringan otot dan reproduksi yang telah berkembang dan berfungsi secara baik.
-
Jaringan syaraf tersebar baik di ektoderma maupun di endoderma serta mesoglea yang dikoordinasi oleh sel junction yaitu sel khusus yang bertanggung jawab memberikan respon baik terhadap mekanis maupun kimiawi serta cahaya (Suharsono, 1996).
-
Jaringan otot terdapat diantara jaringan mesoglea yang bertanggung jawab atas gerakan polip untuk mengembang atau mengkerut sebagai respon perintah jaringan syaraf (Suharsono, 1996).
-
Jaringan mesentrial filamen berfungsi sebagai otot pencerna yang berisi sel mucus yang berisi enzim untuk mencerna makanan. Lapisan luar dari jaringan mesentri filamen dilengkapi sel cilia yang halus (Suharsono, 1996).
Berdasarkan perkembangannya, karang dibagi menjadi dua kelompok yaitu hermatypic coral dan ahermatypic coral.
1. Hermatypic coral adalah binatang karang yang dapat membentuk bangunan karang dari kalsium karbonat. Binatang karang ini bersimbiosis dengan sejenis alga (zooxanthellae) yang hidup di jaringan (endoderm) polip karang dan melakukan fotosintesis. Hasil samping dari aktivitas fotosintesis tersebut adalah endapan kapur, kalsium karbonat yang struktur dan bentuk bangunannya khas. Ciri ini yang digunakan untuk menentukan spesies binatang karang (Supriharyono, 2000).
Gambar Hermatypic coral
Gambar Hermatypic coral
2. Ahermatypic coral adalah binatang karang yang tidak dapat membentuk bangunan karang.
Gambar Ahermatypic coral
Gambar Ahermatypic coral
Suatu jenis karang dari genus yang sama dapat mempunyai bentuk pertumbuhan (life form) yang berbeda pada suatu lokasi pertumbuhan. Bentuk- bentuk pertumbuhan karang dipengaruhi oleh beberapa faktor alam, terutama oleh intensitas cahaya dan tekanan gelombang.
Beberapa bentuk pertumbuhan karang antara lain:
1. Bentuk bercabang (branching), yang memiliki cabang lebih panjang dari pada diameternya. Banyak terdapat di sepanjang tepi terumbu dan bagian atas lereng, terutama yang terlindung atau setengah terbuka, memberikan tempat perlindungan bagi ikan dan invertebrata tertentu.
Gambar Terumbu Karang Bentuk bercabang
2. Bentuk padat (massive), yang berbentuk seperti bola dengan ukuran bervariasi, permukaannya halus dan padat. Biasanya ditemukan di sepanjang tepi terumbu karang dan bagian atas lereng terumbu dewasa yang belum terganggu atau rusak. Tinggi dan lebarnya dapat mencapai beberapa meter, memberikan perlindungan yang sangat baik serta berperan sebagai daerah pencarian makan (feeding ground) bagi ikan dan hewan lain.
Gambar Terumbu Karang Bentuk Padat
- Bentuk kerak (encrusting), yang tumbuh menyerupai dasar terumbu dengan permukaan yang kasar dan keras serta berlubang kecil-kecil. Banyak terdapat pada lokasi yang terbuka dan berbatu-batu, terutama mendominasi sepanjang tepi lereng terumbu.
Gambar Terumbu Karang Bentuk Kerak
4. Bentuk meja (tabulate), yang menyerupai meja dengan permukaan yang lebar dan datar. Karang ini ditopang dengan batang yang berpusat atau bertumpu pada satu sisi membentuk sudut atau datar.
Gambar Terumbu Karang Bentuk Meja
- Bentuk daun (foliaceous), yang tumbuh dalam bentuk lembaran-lembaran yang menonjol pada dasar terumbu, berukuran kecil dan membentuk lipatan atau melingkar. Terutama terdapat pada lereng terumbu dan daerah-daerah yang terlindung, memberikan perlindungan bagi ikan dan hewan lain.
Gambar Terumbu Karang Bentuk Daun
- Bentuk jamur (mushroom), yang berbentuk oval dan tampak seperti jamur, memiliki banyak tonjolan seperti punggung bukit beralur dari tepi hingga pusat mulut.
Gambar Terumbu Karang Bentuk Jamur
Ekologi Terumbu Karang
Terumbu karang tersebar pada laut dangkal, di laut tropis hingga subtropis yaitu di antara lintang 35 LU sampai 32 LS mengelilingi bumi. Pertumbuhan karang pembentuk terumbu tergantung pada kondisi lingkungannya yang selalu berubah. Faktor-faktor fisik dan kimiawi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan karang antara lain cahaya matahari, suhu, salinitas, arus dan sedimentasi. Faktor biologis yang berperan berupa predator atau pemangsa (Supriharyono, 2000).
Cahaya memegang peranan penting sebagai sumber energi bagi kelangsungan proses fotosintesis. Cahaya dibutuhkan zooxanthellae untuk berfotosintesis dalam jaringan karang. Tanpa cahaya yang cukup laju fotosintesis akan berkurang dan bersaman dengan itu kemampuan karang untuk menghasilkan kalsium karbonat dan membentuk terumbu akan berkurang pula (Nybakken, 1998).
Menurut Supriharyono (2000), suhu yang baik untuk pertumbuhan karang berkisar antara 25 derajat C sampai 29 derajat C. Batas minimum suhu berkisar antara 16 derajat sampai 17 derajat C dan batas maksimum sekitar 36 derajat C.
Perkembangan terumbu yang paling optimal terjadi pada perairan yang suhu rata- rata tahunannya 23 derajat C sampai 25 derajat C. (Nybakken 1992)
Salinitas merupakan faktor pembatas kehidupan binatang karang karena binatang karang pembentuk terumbu (hermatypic coral) adalah organisme laut sejati. Daya tahan setiap jenis karang berbeda-beda tergantung kondisi perairan laut setempat. Binatang karang dapat hidup pada kisaran salinitas 17,5-52,5 ‰ (Supriharyono, 2000).
Terumbu karang hidup subur pada kisaran salinitas 34 sampai 36‰ (Supriharyono, 2000).
Sedimentasi mengakibatkan pertumbuhan karang terganggu karena menurunnya ketersediaan cahaya, abrasi dan meningkatnya pengeluaran energi selama penolakan terhadap sedimen. Gangguan penetrasi cahaya akibat kekeruhan yang tinggi yaitu terbatasnya fotosintesis zooxanthellae dan secara tidak langsung membatasi pertumbuhan karang. Energi yang digunakan untuk pertumbuhan dan reproduksi berkurang karena dipindahkan untuk aktivitas-aktivitas penolakan terhadap sedimen sehingga polip karang tidak dapat menangkap plankton secara efektif (Connel dan Hawker 1992).
Arus dibutuhkan untuk mendatangkan makanan berupa plankton, disamping itu arus dapat membersihkan karang dari sedimen yang menutupi karang. Pertumbuhan karang pada daerah berarus lebih baik dibandingkan dengan perairan yang tenang (Nontji, 1987).
Kompleksnya tipe habitat yang ada di terumbu karang berhubungan dengan ketersediaan relung makanan dan ruang sebagai sumberdaya bagi karang dan hewan penghuni. Tiap-tiap tipe habitat mempunyai karakteristik sendiri untuk menunjang distribusi dan kelimpahan biota karang. terumbu karang tidak hanya terdiri dari binatang karang saja, tetapi juga daerah berpasir, berbagai teluk dan celah, daerah alga, dan juga perairan yang dangkal dan dalam, serta zona-zona yang berbeda (Nybakken, 1992).
Penggolongan komponen morfologis dan dasar penyusun ekosistem terumbu karang dan kode yang digunakan menurut Bradbury dan Young (1981) dalam Dartnall dan Jones (1986). Daftar penggolongan komponen morfologis dasar penyusun terumbu karang dan pengkodeannya adalah sebagai berikut :
Karang Batu
- Dead Coral (Karang mati), kode : DC
- Dead Coral Algae (Karang dengan penutupan alga), kode : DCA
- Acropora branching, kode : ACB
- Acropora encrusting, kode : ACE
- Acropora submassive, kode : ACS
- Acropora tabulate, kode : ACT
- Non Acropora branching, kode : CB
- Non Acropora encrusting, kode : CE
- Non Acropora foliose, kode : CF
- Non Acropora massive, kode : CM
- Non Acropora sub massive, kode : CS
- Non Acropora mushroom, kode : CMR
- Non Acropora millepora, kode : CME
- Non Acropora heliopora, kode : CHL
Fauna Lain
- Soft coral, kode : SC
- Sponges, kode : SP
- Zoanthids, kode : ZO
- Lain-lain (Acidian, Anemones, Gorgonians, Kimah), kode : OT
Algae
- Algae assemblage, kode : AA
- Corraline algae, kode : CA
- Halimeda, kode : HA
- Turf algae, kode : TA
Abiotik
- Sands (pasir), kode : S
- Rubble (pecahan karang), kode : R
- Silt (lumpur), kode : SI
- Water (air), kode : WA