Apa yang dimaksud dengan Terapi Reminiscence ?

Terapi Reminiscence

Terapi Reminiscence merupakan hasil langsung dari hipotesis teori life review (Butler, 1980).Terapi ini pada dasarnya menekankan individu untuk merefleksikan kehidupan mereka kembali atau mengulang kembali memori masa lalu. Melalui refleksi ini individu untuk menyelesaikan konflik, mengatasi pengalaman masa lalu yang menyakitkan sehingga individu tersebut mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi saat ini.

Apa yang dimaksud dengan Terapi Reminiscence ?

Terapi reminiscence merupakan terapi yang diberikan kepada lansia dengan mengenang kembali kejadian di masa lampau, perasaan, dan pikiran yang menyenangkan bertujuan untuk memfasilitasi kualitas hidup atau kemampuan beradaptasi terhadap perubahan dari suatu kejadian saat ini. Terapi ini dapat dilakukan secara perorangan maupun kelompok dan mampu memperbaiki perilaku, fungsi sosial dan fungsi kognitif (Wilkinson, 2012).

Terapi Reminiscence adalah terapi yang memberikan perhatian terhadap kenangan terapeutik lansia. Kenangan tersebut diingat secara spontan tanpa harus berurutan karena merupakan pengalaman yang paling berkesan atau menyenangkan.

Terapi Reminiscence merupakan salah satu terapi yang dapat dilakukan pada lansia untuk menurunkan depresi; harga diri rendah ketidakberdayaan, keputusasaan, dan isolasi sosial (Fontaine, 2009).

Terapi reminiscence juga terbukti efektif untuk mencegah dan mengurangi depresi, meningkatkan tingkat kepuasan dalam hidup, meningkatkan perawatan diri, meningkatkan harga diri, membantu lansia dalam krisis, kehilangan dan transisi (Cappeliez et al, 2012).

Dengan pemberian terapi reminiscence ini diharapkan dapat menurunkan harga diri rendah dan isolasi sosial serta meningkatkan kualitas hidup lansia, sehingga lansia bisa menjalani dan mengisi hari tuanya dengan kebahagiaan.

Prosedur Pelaksanaan


Kegiatan terapi reminiscence yang dilakukan ini mengacu kepada modul terapi yang telah disusun dan dikembangkan oleh Misesa, Keliat dan Wardani (2013).

Terapi Reminiscence dilaksanakan sebanyak 12 sesi dengan waktu 45 – 60 menit dengan jumlah peserta 6 – 12 orang. Sesi yang sama dapat diulang kembali bila tujuan sesi tersebut belum tercapai. Adapun sesi-sesi dalam pelaksanaan terapi meliputi:

  • Sesi 1: Pendahuluan;

  • Sesi 2: Kenangan menyenangkan pada masa kanak-kanak dan dalam kehidupan keluarga;

  • Sesi 3: Kenangan menyenangkan pada masa sekolah;

  • Sesi 4: Kenangan menyenangkan dalam pekerjaan;

  • Sesi 5: Kenangan menyenangkan saat pertemuan dengan pasangan atau teman dekat;

  • Sesi 6: Kenangan menyenangkan saat pernikahan;

  • Sesi 7: Kenangan menyenangkan tentang rumah, kebun, hewan piaraan;

  • Sesi 8: Kenangan menyenangkan dalam mengasuh anak;

  • Sesi 9 : Kenangan menyenangkan terhadap makanan / minuman favorit, memasak;

  • Sesi 10: Kenangan menyenangkan saat kegiatan liburan/tempat-tempat menyenangkan;

  • Sesi 11: Kenangan menyenangkan saat hari raya / acara perayaan

  • Sesi 12 : Evaluasi

Pelaksanaan terapi baik generalis maupun spesialis jika dilihat dari sudut pandang Peplau masuk dalam fase eksploitasi. Terapis membantu klien untuk mengenal dan mengerti masalah harga diri rendah dan isolasi sosial yang dialaminya dan menentukan kebutuhannya untuk bantuan. Pada fase ini Terapis berdiskusi dengan klien dalam memilih alternatif terhadap permasalahan yang dialami klien. Saat interaksi dengan pasien maka Terapis harus mengadaptasi untuk perubahan peran sesuai dengan kondisi yang dialamai oleh pasien (Forchuck,1991;Peplau 1997).

Terapis berperan sebagai pendidik yang mengajarkan klien tentang apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah harga diri rendah dan Isolasi Sosial. Terapis mengajarkan dan memberikan informasi kepada klien tentang cara mengatasi dan penyelesaian masalah bila munculnya perasaan tidak berharga dan perasaan tidak diterima dalam lingkungannya.

Fungsi Terapi Reminiscence


Stuart (2009) menyatakan bahwa terapi reminiscence dapat membantu individu mencapai integritas, meningkatkan harga diri, dan menstimulasi individu untuk berpikir tentang pengalaman dirinya yang positif. Fontaine (2009) bahwa terapi Reminiscence membantu individu untuk meningkatkan harga diri dan mencapai kesadaran diri serta memahami diri, beradaptasi terhadap stress, melihat bagian dirinya dalam konteks sejarah dan budaya. Bryant et al (2005) dalam penelitiannya pada 180 responden menemukan bahwa terapi reminiscence telah meningkatkan kebahagiaan responden. Arean et al (1993) bahwa terapi reminiscence dilakukan untuk lebih meningkatkan kesadaran diri lansia dengan menggali pengalaman-pengalaman yang menyenangkan selanjutnya terapis memaksimalkan hal positif yang menyenangkan dari pengalaman tersebut.

Menurut Manurung (2016) reminiscence adalah proses yang dikehendaki atau tidak dikehendaki untuk mengumpulkan kembali memori-memori seseorang pada masa lalu. Memori tersebut dapat merupakan suatu peristiwa yang mungkin tidak bisa dilupakan atau peristiwa yang sudah terlupakan yang dialami langsung oleh individu. Kemudian memori tersebut dapat sebagai kumpulan pengalaman pribadi atau “disharingkan” dengan orang lain.

Gibson (2011) medefinisikan reminiscence adalah proses mengingat kembali kejadian dan pengalaman masa lalu, dan telah dibentuk sebagai suatu topik utama baik dalam teori maupun aplikasi pada psikogerontologi.

Gibson (2011) menjelaskan bahwa Terapi reminiscence adalah suatu terapi pada orang yang didorong (dimotivasi) untuk mendiskusikan kejadian-kejadian masa lalu untuk mengidentifikasi ketrampilan penyelesaian masa lalu yang telah dilakukan mereka pada masa lalu.

Terapi reminiscence adalah suatu terapi yang dilakukan pada seorang individu dengan cara memotivasi individu untuk mengingat kembali kejadian dan pengalaman masa lalu serta kemampuan penyelesaian masalahnya kemudian disampaikan dengan keluarga, teman, kelompok atau staf.

Manfaat terapi reminiscence

Menurut Wu (2011), Terapi reminiscence bertujuan untuk meningkatkan harga diri dan membantu individu mencapai kesadaran diri dan memahami diri, beradaptasi terhadap stress dan melihat bagian dirinya dalam konteks sejarah dan budaya. Terapi reminiscence juga bertujuan untuk menciptakan kebersamaan kelompok dan meningkatkan keintiman sosial.

Chiang (2009) menyatakan bahwa Terapi reminiscence bertujuan tidak hanya untuk memberikan pengalaman yang menyenangkan untuk meningkatkan kualitas hidup, tetapi juga meningkatkan sosialisasi dan hubungan dengan orang lain, memberikan stimulasi kognitif, meningkatkan komunikasi dan dapat menjadi suatu terapi yang efektif untuk gejala depresi.

Menurut Wu (2011) tujuan Terapi reminiscence berguna untuk meningkatkan harga diri dan perasaan tidak berharga, membantu mencapai kesadaran diri, meningkatkan ketrampilan beradaptasi terhadap stress dengan mengadopsi ketrampilan penyelesaian masalah di masaa lalu serta meningkatkan hubungan sosial.

Tipe reminiscence terapi kelompok

Manurung (2016) mengatagorikan ada 3 tipe utama Therapy Reminiscence, yaitu :

  1. Simple atau Positive Reminiscence

Tipe ini untuk merefleksikan informasi dan pengalaman serta perasaan yang menyenangkan pada masa lalu cara menggali pengalaman tersebut dengan menggunakan pertanyaan langsung yang tampak seperti interaksi sosial antara klien dan terapi. Simple reminiscence ini bertujuan untuk membantu beradaptasi terhadap kehilangan dan memelihara harga diri.

  1. Evaluative Reminiscence

Tipe ini untuk mengevaluasi masa lalu dan digunakan sebagai pendekatan pemecahan konflik.

  1. Offensive Defensive Reminiscence

Tipe ini merupakan kegiatan pengulangan informasi yang tidak menyenangkan dan meningkatkan stress. Keluarga dan teman terdekat dapat memberikan informasi dan subjek penting yang menyedihkan bagi lanjut usia sehingga membutuhkan dukungan yang penuh dari perawat.

Media yang digunakan dalam terapi reminiscence

Media yang digunakan dalam kegiatan terapi reminiscence adalah benda-benda yang berhubungan dengan masa lalu klien. Menurut Manurung (2016) media yang dapat digunakan dalam kegiatan Terapi reminiscence adalah reminiscence kit, merupakan kotak yang diisi dengan berbagai barang-barang pada masa lalu seperti majalah, alat untuk memasak, pakaian, alat bermain, poto pribadi alat untuk memutar musik, video, dan kaset. Stimulus bau yang berbeda seperti coklat, jeruk dll. Bahan- bahan untuk menstimulasi sensori sentuhan seperti bulu binatang, wol dan flanel, pasir, lumpur, dll.

Benda-benda masa lalu ini digunakan sebagai media untuk membantu klien mengingat kembali masa lalunya berkaitan dengan benda tersebut. Media ini diharapkan akan mempercepat daya ingat klien untuk mengingat kembali pengalaman masa lalunya yang berkaitan dengan benda tersebut dan akan diceritakan pada orang lain sehingga proses dan tujuan terapi dapat tercapai.

Prosedur terapi reminiscence

Prosedur terapi reminiscence untuk mengatasi harga diri rendah pada lansia (Manurung, 2016).

1. Tujuan

  • Klien mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat

  • Klien mampu menceritakan pengalamannya yang menyenangkan di masa lalu

  • Klien mampu menyampaikan kegiatan yang telah dilakukan setalah diberikan terapi reminiscence

  • Klien mampu menyampaikan perasaannya stelah mengikuti kegiatan terapi reminiscence

  • Klien mampu menyebutkan manfaat yang diperoleh (dirasakan) setelah mengikuti kegiatan terapi reminiscence

  • Klien mampu menyampaikan harapannya setelah kegiatan terapi reminiscence

2. Setting

  • Pertemuan dilakukan di ruang perawatan

  • Suasana tenang

  • Klien duduk dan berhadapan dengan perawat

3. Media/ Alat

Benda-benda yang dimiliki klien yang berkaitan dengan masa lalu klien yang berkaitan dengan masa lalu klien pada waktu anak, remaja, dewasa dan pada saat bersama dengan keluarga dan di rumah yang masih dimiliki klien yang berhubungan dengan perayaan hari keagamaan bersama keluarga seperti foto, pakaian, dan lainnya.

4. Langkah-langkah pemberian terapi reminiscence

  • Menyepakati pelaksanaan kegiatan perawat dengan pasien sebelum pelaksanaan terapi

  • Mengingatkan pasien 30 menit sebelum pelaksanaan terapi.

  • Mempersiapkan tempat pertemuan

  • Mempersiapkan media/alat

  • Perawat meminta klien untuk membawa benda-benda yang masih dimiliki klien terkait dengan masa anak, remaja, dewasa dan pada saat bersama dengan keluarga dan di rumah. Alat-alat ini disediakan satu hari sebelum pelaksanaan terapi

  • Perawat mengevaluasi benda-benda yang masih dimiliki klien terkait dengan topik diskusi.

  • Perawat memperkenalkan diri : nama, nama panggilan, asal tempat tinggal dan status pendidikan.

  • Perawat meminta pasien memperkenalkan diri yang meliputi nama, nama panggilan yang disukai, usia dan asal tempat tinggal.

  • Perawat memimpin pasien untuk melakukaan teknik nafas dalam sebanyak 3 kali sambil menutup mata, kemudian perawat mengajak klien untuk mengingat pengalaman masa anak, masa remaja, dan masa dewasa dan kegiatan bersama keluarga yang dilaksanakan di rumah, kemudian apa yang klien lakukan bersama keluarga dalam merayakan hari raya keagamaan , jenis pakaian yang dipakai pada waktu merayakan hari raya keagamaan, hal yang terlucu dilakukan bersama sama dengan keluarga, hal yang paling berkesan yang pernah dialami bersama dengan keluarga. Kemudian klien diminta untuk membuka mata kembali sambil menarik nafas dalam sebanyak 3 kali.

  • Perawat memberikan kesempatan kepada klien untuk memperlihatkan benda-benda yang berkaitan dengan topik diskusi

  • Perawat memberikan kesempatan kepada klien untuk menceritakan pengalamannya yang paling menyenangkan yang berhubungan dengan pengalaman masa anak, masa remaja, dan masa dewasa dan kegiatan bersama keluarga yang dilaksanakan di rumah.

  • Perawat mendiskusikan perasaan klien setelah berbagi pengalaman yang menyenangkan apa yang dirasakan klien setelah menyampaikan pengalamannya, apakah ada manfaat yang dirasakan klien sehubungan dengan masa lalu dengan keadaan klien saat ini.

  • Perawat menganjurkan klien untuk menerima masa lalunya yang menyenangkan sebagai bagian yang berharga bagi dirinya.

  • Perawat menjelaskan hubungan mengingat kembali dan berbagi pengalaman yang menyenangkan dengan orang lain dan penerimaan diri pada saat ini.

  • Perawat memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sama dengan orang lain tampa terstruktur.

  • Perawat memberikan pujian atas komitmen dan semangat klien.

  • Perawat melakukan evaluasi dan dokumentasi keperawatan.