Apa yang dimaksud dengan Teori Tentang Roda Warna Cinta?

Cinta

Cinta merupakan sikap interpersonal yang dimiliki oleh seseorang terhadap orang lain yang melibatkan kecenderungan untuk berpikir, merasa dan berperilaku dengan cara tertentu. Apa yang dimaksud dengan Teori Tentang Roda Warna Cinta ?

Dalam bukunya yang berjudul The Colors of Love, pakar psikologi John Lee menganalogikan cinta dengan teori roda warna. Seperti dalam teori roda warna yang hanya terdapat 3 warna, Lee juga mengemukakan bahwa ada tiga jenis cinta. Diantaranya adalah :

  1. Eros
    Eros adalah tipe cinta yang paling ideal menurut Lee. Hal ini dikarenakan tipe cinta ini didasari pada komitmen dan keinginan yang tulus, baik itu dari raga maupun pikiran orang tersebut.

  2. Ludos
    Ludos adalah tipe cinta yang seperti main-main. Ludos dikatakan sebagai percintaan yang tidak siap dengan jenjang berikutnya, mereka hanya menganggap cinta sebagai permainan yang menyenangkan.

  3. Storge
    Storge lebih menjabarkan tipe cinta yang secara alamiah, seperti antara orang tua dan anak, kakak dan adik, dan sebagainya. Istilah kerena storge dalam masa kini adalah friendzone. Dimana mereka lebih dari sahabat tetapi kurang dari berpasangan. Sama sekali tidak ada cinta, yang ada hanyalah kasis sayang biasa.

Gaya cinta dianalogikan berdasarkan teori roda warna yang memiliki tiga warna primer yang mana hal ini terdiri dari gaya cinta eros, ludus, dan storge yang kemudian dapat menghasilkan warna sekunder yaitu gaya cinta pragma, mania, dan agape. Pada tiap-tiap gaya cinta ini merupakan sesuatu yang dimiliki oleh masing-masing individu yang mana pada tiap individu memiliki gaya cinta yang berbeda-beda dan juga dapat memiliki lebih dari satu gaya cinta (Hendrick & Hendrick, 1992).

Lee (Dayakisni & Hudaniah, 2009) membagi cinta dalam beberapa gaya cinta, yaitu :

  • Cinta Romantik atau Eros, cinta yang mengutamakan daya tarik fisik, cenderung mengalami pengalaman emosional dan mudah untuk merasa tertarik pada pandangan pertama. Contohnya memiliki standar fisik tertentu untuk pasangannya, ingin terlibat secara emosional dengan pasangan, merasa hubungan dirinya dengan pasangan sangat berarti, ingin memiliki kesesuian fisik yang sesuai satu sama lain.

  • Cinta Main-main atau Ludus, perasaan cinta yang tidak ada komitmen di dalamnya atau tidak serius ketika menjalin hubungan dan proses menjalani hubungan tidak akan bertahan lama. Contohnya tidak ingin pasangannya mengetahui dirinya sedang bersama dengan orang lain, memiliki dua atau lebih pasangan dalam menjalin hubungan percintaan, mudah untuk menjalin hubungan dengan orang baru, merasa senang jika memiliki banyak pasangan.

  • Cinta Kawan Baik atau Storge, perasaan cinta seseorang yang memperlakukan pasangannya seperti teman lama atau lebih mengutamakan rasa persahabatan dan saling menghormati. Contohnya saling menghormati satu sama lain, memiliki komitmen dengan pasangannya dan bukan hanya sekedar perasaan ingin memiliki, dan merasa akrab atau dekat dengan pasangannya.

  • Cinta Memiliki atau Mania, biasanya ada pada seseorang yang memiliki harga diri yang rendah dan ditandai dengan perilaku posesif pada pasangan. Contohnya cenderung ingin mengendalikan pasangannya, cemburu yang berlebihan, memaksa pasangan untuk menunjukkan rasa cinta, bergantung pada pasangan, dan sering tidak merasa bahagia.

  • Cinta Praktis atau Pragma, rasa cinta yang bersyarat di mana seseorang menuntut dalam hubungannya atau pasangannya untuk sesuai dengan kriteria yang diinginkan dan ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar. Contohnya memilih pasangan yang memiliki latar belakang yang sama dengan dirinya, memiliki karier yang setara, mempertimbangkan apakah pasangan mampu mencerminkan keluarganya, dan pasangannya harus memiliki tujuan yang sama dengan dirinya.

  • Cinta Altruisme atau Agape, cinta yang selalu peduli terhadap pasangan tanpa mengharapkan timbal balik dan tidak mementingkan diri sendiri, selalu memaafkan pasangannya, dan selalu percaya pada pasangan. Contoh lainnya mendahulukan kepentingan pasangan dibandingkan dirinya sendiri, merasa bahwa dirinya yang lebih baik menderita dibandingkan pasangannya, merasa bahwa kebagaian pasangan lebih penting dari pada dirinya.