Apa yang dimaksud dengan Teori Stres Lingkungan (Environment Stress Theory)?

teori stres lingkungan

Teori Stres Lingkungan (Environment Stress Theory) merupakan salah satu bagian dari teori Psikologi Lingkungan.

Bagaimana penjelasan detail terkait dengan Teori Stres Lingkungan (Environment Stress Theory) ?

image

Teori stres lingkungan pada dasarnya merupakan aplikasi teori stres dalam lingkungan. Berdasarkan model input – process – output, maka ada 3 pendekatan dalam stres yaitu stres sebagai stressor, stres sebagai respon/rekasi, dan stres sebagai proses.

Oleh karenanya, stres terdiri atas 3 komponen yaitu stressor, proses, dan respon.

  • Stressor merupakan sumber atau stimulus yang mengancam kesejahteraan seseorang, misalnya suara bising, panas, atau kepadatan tinggi.

  • Respon stres adalah reaksi yang melibatkan komponen emosional, fikiran, fisiologis, dan perilaku.

  • Proses merupakan proses transaksi antara stressor dengan kapasitas dengan kapasitas diri.

Oleh karenanya, istilah stres tidak hanya merujuk pada sumber stres, respon terhadap sumber stres saja, tetapi keterkaitan antara ketiganya (Prawitasari, 1989). Artinya, ada transaksi antara sumber stres dengan kapasitas diri untuk menentukan reaksi stres. Jika sumber stres lebih besar daripada kapasitas diri maka stres negatif akan muncul, sebaliknya jika sumber tekanan sama dengan atau kurang sedikit dari kapasitas diri maka stres positif akan muncul.

Dalam kaitannya dengan stres lingkungan, ada transaksi antara karakteristik lingkungan dengan karakteristik individu yang menentukan apakah situasi yang menekan tersebut menimbulkan stres atau tidak. Udara panas bagi sebagian orang menurunkan kinerja, tetapi bagi orang lain yang terbiasa tinggal di daerah gurun, udara panas tidak menghambat kinerja.

Fisher (1984) melakukan sintesa antara pendekatan stres fisiologis dari Hans Selye dan pendekatan psikologis dari Lazarus, yang terlihat dalam bagan berikut ini.

image
Gambar Skema model stres yang diadaptasi dari Selye dan Lazarus

Ada tiga tahap stres dari Hans Selye yaitu tahap reaksi tanda bahaya, resitensi, dan tahap kelelahan.

  • Tahap reaksi tanda bahaya adalah tahap dimana tubuh secara otomatis menerima tanda-tanda bahaya yang disampaikan indra. Tubuh siap menerima ancaman atau menghindar terlihat dari otot menegang, keringat keluar, sekresi adrenalin meningkat, jantung berdebar karena darah dipompa lebih kuat sehingga tekanan darah meningkat.

  • Tahap resistensi atau proses stres. Proses stres tidak hanya bersifat otomatis hubungan antara stimulus-respon, tetapi dalam proses di sini telah muncul peran-peran kognisi. Model psikologis menekankan peran interpretasi dari stressor (Prawitasari, 1989) yaitu penilaian kognitif apakah stimulus tersebut mengancam atau membahayakan. Proses penilaian terdiri atas 2 yaitu penilaian primer dan sekunder.

    • Penilaian primer merupakan evaluasi situasi apakah sebagai sesuatu yang mengancam, membahayakan, ataukah menantang.
    • Penilaian sekunder merupakan evaluasi terhadap sumber daya dimiliki, baik dalam arti fisik, psikis, sosial, maupun materi.

    Proses penilaian primer dan sekunder akan menentukan strategi koping. Strategi koping (Fisher, 1984) dapat diklasifikasikan dalam direct action (pencarian informasi, menarik diri, atau mencoba menghentikan stressor) atau bersifat palliatif yaitu menggunakan pendekatan psikologis (merasinalisasi, meditasi, menilai ulang situasi dsb).

  • Jika respon koping tidak adekuat mengatasi stressor, padahal semua enegi telah dikerahkan, orang akan masuk fase ketiga yaitu tahap kelelahan. Tetapi jika orang sukses, maka orang dikatakan mampu melakukan adaptasi. Dalam proses adaptasi tersebut memang mengeluarkan biaya dan sekaligus memetik manfaat.

Referensi :

  • Avin Fadilla Helmi, Beberapa Teori Psikologi Lingkungan, Buletin Psikologi. Tahun VII, No. 2 Desember
  • Fisher, A., Bell, P.A., & Baum, A., 1984. Environmental Psychology. New York: Holt, Rinehart, dan Wiston.