Teori atau Percobaan Milgram atau dikenal juga sebagai percobaan kepatuhan kepada otoritas adalah sebuah percobaan yang dilakukan oleh Stanley Milgram, seorang profesor psikologi dari Universitas Yale untuk mencari tahu sampai sejauh mana orang-orang akan mematuhi figur otoritas ketika disuruh untuk melakukan hal yang berlawanan dengan hati nurani dan berbahaya.
Penelitian Stanley Milgram (1963) tentang obedience menunjukkan bahwa individu cenderung patuh pada perintah orang lain meskipun orang itu relatif tidak memiliki power yang kuat.
Penelitian Migram (1963) juga menunjukkan bahwa individu dapat menuruti perintah yang sebenarnya membahayakan jiwa orang lain. Stanley Milgram adalah seorang psikolog sosial dari Yale University. Ia melakukan studi tentang konflik antara kepatuhan terhadap atasan (obedience toward authority) dan hubungannya dengan kesadaran individu.
Dalam eksperimennya, partisipan diminta berperan sebagai guru yang memberikan hukuman berupa kejutan listrik apabila muridnya tidak bisa menjawab dengan benar. Para “guru” diberitahu bahwa penelitian bertujuan menyelediki efek hukuman dalam tingkah laku belajar.
Murid sendiri sebenarnya adalah “aktor” yang berpura-pura kesakitan saat disetrum, dan kejutan listrik yang sesungguhnya tidak ada. Kejutan listrik yang diberikan dimulai dari 15 volts hingga 450 volts. Partisipan diminta untuk menaikkan voltase kejutan listrik setiap kali murid membuat kesalahan. Ini artinya, murid yang sering membuat kesalahan akan mendapatkan kejutan listrik dan merasakan rasa sakit yang meningkat. Dalam eksperimen ini, murid yang sebenarnya asisten Milgram berpura-pura kesakitan, melakukan kesalahan berulang kali, sehingga partisipan mengalami dilema. Apabila partisipan enggan memberikan hukuman, maka ia akan ditekan oleh eksperimenter untuk melanjutkan eksperimen.
65 % dari seluruh partisipan menunjukkan kepatuhan total di mana mereka menyelesaikan eksperimen hingga selesai dan memberikan hukuman kepada ’murid’ hingga 450 volt.
Eksperimen Milgram di atas adalah sebuah studi yang sangat kontroversial. Namun, eksperimennya menunjukkan hasil yang sangat penting dalam studi tentang pengaruh sosial. Ia menunjukkan bukti bahwa individu mematuhi perintah yang sebenarnya merusak, menyakiti, dan menghancurkan orang lain ketika berada dalam situasi diperintahkan untuk melakukannya. Bentuk kepatuhan ini dikenal sebagai destructive obedience merupakan bentuk ekstrim dari pengaruh sosial (Sarwono dan Meinarno, 2009).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa individu cenderung patuh pada perintah orang lain meskipun orang itu relatif tidak memiliki power yang kuat dan individu dapat menuruti perintah yang sebenarnya membahayakan jiwa orang lain.