Apa yang dimaksud dengan Teori Sistem Umum atau General System Theory ?

Teori Sistem Umum

Sistem adalah serangkaian metode, prosedur, atau teknik yang disatukan oleh interaksi yang teratur sehingga membentuk suatu kesatuan yang terpadu.

Apa yang dimaksud dengan Teori Sistem Umum atau General System Theory ?

Pelopor dari teori sistem umum adalah ahli biologi Ludwig von Bertalanffy. Pada 1945 ia memperkenalkan model, prinsip, dan hukum yang berlaku bagi sistem umum atau subclass mereka, terlepas dari jenis khusus mereka, sifat dari unsur-unsur komponen mereka, dan hubungan atau ‘kekuatan’ di antara mereka (Ludwig von Bertaflanny, 1968). Perkembangan yang signifikan dengan konsep sistem dilakukan oleh Norbert Wiener dan Ross Ashby yang memelopori penggunaan matematika untuk mempelajari sistem. Pada 1980-an sistem adaptif kompleks jangka diciptakan di Santa Fe Institute interdisipliner oleh John H. Holland, Murray Gell-Mann dan lainnya.

Teori Sistem umum hadir pertama kali di dahului dengan adanya teori sibernatika, sistem keteknikan dan bidang pengetahuan yang saling berhubungan. Pengertian sistem mempunyai sejarah panjang, walaupun kondisi sistem tidak mengutamakan sejarah dari pengertian yang meliputi banyak nama dan ilustrasi. Nicolas dari cusa’s Deludo globy, Bertalanffy dan Hermann Hasse’s Glasperlenspiel yang mengamati bahwa pengerjaan dunia direfleksikan dalam sebuah desain yang cakap dan permainan yang abstrak. Menurut Kohler sebuah teori sistem dimaksudkan untuk lebih mengerjakan sifat yang paling umum seperti properti organik daripada sistem organik untuk satu derajat, permintaan ini dipenuhi dengan teori sistem terbuka.

Seiring dengan perkembangan waktu keberadaan teori sistem mulai di perhitungkan, kemudian ada usaha untuk menginterpretasikan ilmu pengetahuan dan teori yang sebelumnya belum pernah dilakukan, dan generalisasi yang lebih tinggi daripada yang terdapat pada ilmu pengetahuan khusus. Teori Sistem umum ditanggapi sebagai sebuah trend rahasia dalam berbagai disiplin. Teori sistem sering diidentikkan dengan teori cybernatika dan control, hal ini tentu saja tidak benar. Sebab Cybernatika adalah berpikir kesisteman yang beranggapan bahwa manusia dan masyarakat dapat dipahami melalui kajian terhadap pesan fasilitas komunikasinya. Pemahaman akan peran umpan balik dan dampaknya merupakan titik sentral dari pembahasan teori sistem, Konsep kotak hitam (black box ) dan negative feed back yang dapat digunakan untuk memahami dan memperbaiki suatu sistem yang kompleks seperti organisasi, banyak dibahas dalam ilmu ini. Cybernatika merupakan sebuah bagian dari sebuah teori sistem umum dan sistem merupakan kasus spesial yang penting dari teori sistem

Upaya mendeskripsikan, menjelaskan dan memprediksi perilaku organisasi umumnya berasal dari teori sistem. Seorang biolog Ludwig von Bertalanffy menyatakan bahwa teori sistem dapat dianalogikan dengan sistem yang ada pada organisme. Organisme sel itu terdiri atas sel-sel, dan sel-sel membentuk suatu molekul. Tiap bagian yang ada membentuk sistem yang terintegrasi dan terdiri dari struktur yang saling bergantungan dan bekerja secara harmonis. Tiap molekul tahu tugas masing-masing dan harus dapat bekerjasama serta memenuhi aturan yang ada. Hukum keteraturan merupakan konsep yang bersifat menyeluruh. Ide tentang keteraturan merupakan ide dasar dalam memahami dan menganalisis situasi yang kompleks (Ludwig von Bertaflanny, 1968).

Teori sistem memiliki dua konsep dasar yaitu pertama, konsep subsistem yang melihat hubungan antar bagian sebagai hubungan sebab akibat. Konsep kedua memandang sebab jamak (multiple causation) sebagai hubungan yang saling berkaitan yakni tiap bagian merupakan kompleks (kumpulan) yang tiap faktornya saling berkaitan (Owens, 1987).

Konsekuensi dari kedua konsep tersebut adalah munculnya dua pola sistem dalam kajian teori sistem umum, yaitu open system (sistem terbuka) dan closed system (sistem tertutup) dalam konteks hubungan organisasi dengan lingkungan eksternal. Suatu sistem adalah “terbuka”, jika mempunyai transaksi dengan lingkungan dimana ia berada. Transaksi antara suatu organisasi dengan lingkungannya mencakup “input” dan “output”. Input biasanya dalam bentuk informasi, energi, uang, pegawai, material dan perlengkapan yang diterima organisasi dari lingkungannya. Output organisasi pada lingkungannya dapat berbentuk macam-macam tergantung pada sifat organisasi (Wexley, 2003).

Konsep input-output sering disebut sebagai model linear, yaitu teori yang menjelaskan bagaimana sistem dapat dijelaskan dalam konteks dunia nyata. Suatu teori yang beranjak dari konsep umum ke khusus yang tampak logis, rasional dan teratur berupaya untuk mencari jawaban terhadap upaya menghubungkan nilai input dan nilai output sehingga menghasilkan efisiensi biaya. Dalam konteks sekolah, siswa dan guru berupaya mencapai tujuan formal sekolah dengan keyakinan, tujuan dan harapan. Mereka akan mematuhi hukum, aturan dan disiplin agar dapat mempertahankan diri daripada memikirkan komitmen yang tidak jelas. Pendekatan lain dalam memahami organisasi sekolah dan perilaku anggotanya adalah dengan berfokus pada apa yang sebenarnya terjadi. Hal ini berpusat pada proses yang terjadi di dalam yaitu sistem organisasi yang dipandang sebagai sistem total dari konteks yang menggambarkan seluruh pola yang ada. Organisasi sebagai sistem yang menciptakan dan menjaga lingkungan di dalamnya memuat interaksi manusia yang kompleks (baik antar individu maupun dalam kelompok). Organisasi sekolah, misalnya, harus dipandang sebagai hubungan antara perilaku manusia dan konteksnya. Dengan demikian, perilaku organisasi difokuskan pada sekolah sebagai suatu sistem.

Organisasi dengan sistem terbuka dapat digambarkan seperti fenomena nyala api lilin, sinar yang dipancarkannya akan memengaruhi kondisi lingkungan di sekelilingnya. Daniel Griffiths mengatakan bahwa organisasi (sistem) berada dalam lingkungan (suprasistem) yang didalamnya memuat pula sub sistem (perangkat administrasi dalam organisasi). Batasan antar sub sistem dibuat dengan garis putus-putus yang berarti antar bagian dapat saling menembus ( permeable ). Antara subsistem yang terlibat dapat saling mempengaruhi lewat hubungan yang interaktif dan adaptif antar komponen. Masalah yang terjadi pada satu bagian dapat menjadi ancaman terhadap fungsi keseluruhan.

Teori Sistem Tertutup


Karakteristik dari sistem tertutup adalah adanya kecenderungan yang kuat untuk bergerak mencapai suatu keseimbangan dan entropi yang statis. Sifat ini menunjukkan adanya kebekuan atau tepatnya keseimbangan yang beku. Istilah entropi aslinya dipergunakan dalam ilmu-ilmu fisika. Ia mempunyai pengertian dipergunakan pada setiap sistem yang tertutup dengan tidak adanya potensi berikutnya untuk membangkitkan daya kerja atau usaha transformasi (Miftah, 2008).

Salah satu dampak penting dari muncul dan berkembangnya teori sistem umum adalah kemuculan teori peran yang dikembangkan dari sebuah pandangan pentingnya peran dar fungsi dari setiap bagian dalam sistem yang saling mempengaruhi dan ketergantungan serta menjamin berjalannya sistem secara keseluruhan. Erving Goffman menganalogikan situasi kehidupan sehari-hari dengan peran di panggung ketika menganalisis perilaku interpersonal manusia dalam organisasi. Tiap organisasi harus mengartikan peran individu yang terlibat yang dipengaruhi oleh interaksi dinamis dengan orang lain. Seperti aktor dan penonton, peran yang dijalani oleh pimpinan, misalnya dibentuk oleh harapan atasannya dan juga oleh kehadiran orang lain. Kehadiran orang lain (direktur dan orang lain) bertujuan untuk mengontrol situasi dan organisasi agar orang-orang yang terlibat berperilaku seragam ( conform ).

Adapun beberapa istilah mengenai peran adalah sebagai berikut:

  • Peran, adalah konsep psikologis tentang perilaku yang timbul dalam interaksi dengan manusia lain. Tiap posisi membawa harapan tertentu bagi pelaku dan organisasi lain.

  • Deskripsi peran, yaitu perilaku aktual yang ditunjukkan. Lebih tepat lagi berkaitan dengan lagi persepsi seseorang tentang perilaku yang harus dijalankan.

  • Peran preskriptif merupakan ide abstrak tentang norma umum yang terdapat dalam budaya tentang peran yang diharapkan.

  • Harapan peran, yaitu harapan orang lain terhadap peran yang harus dijalankan orang lain, misalnya guru terhadap kepala sekolah, kepala sekolah terhadap guru. Jika mereka berinteraksi artinya mereka memiliki harapan peran yang saling melengkapi (bersifat komplementer).

  • Persepsi peran, merupakan persepsi yang dimiliki seseorang terhadap peran yang seharusnya dilakukan orang lain.

  • Peran manifes (nyata) dan peran laten, hal ini berasal dari kenyataan bahwa seseorang mempunyai lebih dari satu peran. Peran manifes merupakan peran yang ditunjukkan, lainnya akan menjadi peran laten.

  • Konflik peran. Hal ini dapat terjadi dan merupakan sumber dari kinerja yang tidak baik. Contoh nyata dari konflik peran yaitu dua orang tidak mampu untuk membangun hubungan yang memuaskan secara timbal balik. Hal ini bisa berasal dari banyak sebab, yang menimbulkan kebingungan antara harapan peran dan persepsi peran. Konflik peran juga dapat terjadi pada individu yang sama: harapan peran berkonflik dengan kebutuhan pribadi misalnya konflik peran pada kepala sekolah .

  • Ambiguitas peran. Hal ini dapat terjadi ketika preskripsi peran mengandung elemen yang kontradiktif atau kabur

Sebagai contoh hal ini dapat dilihat pada perbedaan kerja antara bidang administrasi dan supervisi. Supervisor sering merasa memiliki otoritas hirarki di atas guru. Mereka terkadang harus melawan perannya saat harus melatih dan menghilangkan otoritasnya terhadap guru. Konflik peran dapat menimbulkan tekanan dan ketidakpastian, yaitu suatu ketidakkonsistenan dalam perilaku. Hal ini berdampak pada perilaku yang tidak bisa diprediksi dan tidak bisa diantisipasi terutama bila terjadi tekanan atau konflik interpersonal. Orang yang berada pada situasi ini akan menjadi tidak mampu menghadapi situasi tersebut. Menghadapi situasi yang demikian kadang dilakukan dengan penghindaran, misalnya menghindari diskusi dengan obrolan-obrolan biasa yang tidak penting.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta kontribusi teori sistem dalam pengembangan ilmu pengetahuan, telah muncul beberapa trend dalam perkembangan teori sistem umum. Ketika hal baru di serukan sebagai sesuatu yang revolusioner banyak orang memakai istilah ini untuk menandai perkembangan ilmu pengetahuan.Revolusi adalah proses menjebol tatanan lama sampai ke akar-akarnya, kemudian menggantinya dengan tatanan yang baru. Begitu juga yang di maksud dengan revolusi ilmu pengetahuan atau revolusi sains muncul jika paradigma yang lama mengalami krisis dan akhirnya orang mencampakkannya serta mencita-gunakan paradigma yang baru yang sekiranya lebih rasional dan logis.

Menurut pendapat Kuhn revolusi ilmu pengetahuan ditentukan oleh adanya paradigma yang mengakibatkan perubahan konsep, sehingga ilmu pun terus berubah. Peran paradigma dalam perkembangan ilmu penetahuan sangat penting, karena paradigma itulah yang menjiwai sebuah konsep. Dalam hal ini masalah sistem merupakan hal yang penting dalam pembatasan masalah pada prosedur analisis ilmu pengetahuan. Aplikasi prosedur analisis tergantung pada dua kondisi yang pertama interaksi antara bagian yang tidak ada atau cukup lemah untuk dibiarkan dalam tujuan penelitian tertentu. Yang kedua dalam hubungannya dengan menerangkan perilaku bagian haruslah linier.

Dalam perkembangan awalnya, Teori Sistem Klasik menambahkan matematika klasik seperti kalkulus dengan tujuan untuk menyatakan prinsip yang digunakan pada sistem umum atau sub kelas yang ditentukan (misalnya, sistem tertutup dan sistem terbuka), untuk menyediakan teknik dalam penelitian dan deskripsi, serta untuk menerapkan kasus-kasus konkret Karena sifat umum dari deskripsi tersebut. sehingga dapat dinyatakan bahwa sifat formal tertentu akan berlaku untuk setiap entitas sistem ( sistem terbuka, atau sistem hirarkis, dll).

Berbagai teori pendukungpun bermunculan untuk melengkapi pengaplikasian teori sistem umum antara lain : Teori Bagian, Teori Set, Teori Grafik, Teori Jaringan, Cibernetika, Teori Informasi, Teori Automata, Teori Permainan, Teori Keputusan, dan Teori Pengantrian.

Ilmu modern dikarakterkan oleh spesialisasinya yang pernah meningkat, diharuskan dengan banyaknya jumlah data, kompleksitas tehnik dan struktur teoritis di semua bidang. Pada acara ini, kita merumuskan disiplin ilmu baru yang disebut “Teori Sistem Umum”. Pemikiran teori ini mengenai pembangunan model teoritis model kesisteman yang dasarnya terletak diantara teori umum matematika murni dan teori disiplin ilmu tertentu. Pada teori sistem umum, subjek masalahnya adalah pada perumusan dan derivasi prinsip-prinsip yang valid untuk “sistem” secara umum. Arti disiplin ini dapat dikondisikan sebagai berikut : Fisika dihubungkan dengan sistem level-level generalitas yang berbeda. Ini diperluas dari sistem yang agak khusus, seperti yang diaplikasikan oleh insinyur pada konstruksi jembatan atau mesin, pada hukum khusus disiplin ilmu fisika seperti mekanik atau optik; pada hukum generalitas besar seperti prinsip termodinamika yang diaplikasikan pada sistem yang berbeda sifatnya secara intrisik, mekanik, kalorik, kimia atau yang lain. Dengan mendefinisikan konsep sistem, kita akan tahu bahwa model, prinsip dan hukum yang ada itu diaplikasikan pada sistem yang digeneralkan yang mengabaikan jenis, elemen dan “kekuatan” khusus yang terlibat.

Teori sistem umum merupakan keseluruhan yang sampai sekarang masih dianggap sebagai konsep yang semimetafisik dan tidak jelas. Dalam bentuk yang berelaborasi ini akan menjadi disiplin logis matematika secara formal tetapi dapat di aplikasikan pada berbagai ilmu empiris karena berhubungan dengan ‘’keseluruhan yang teroganisir’’ ini akan menjadi signifikasi yang hampir sama dengan yang dimiliki teori probabilitas untuk ilmu yang berhubungan dengan ‘’peristiwa kesempatan’’ yang berikutnya juga adalah disiplin matematika formal yang dapat diaplikasikan pada bidang yang paling berbeda, seperti termodinamika, percobaan biologi dan medis, genetik, statistik asuransi hidup dan sebagainya. Indikasi tujuan teori sistem umum, adalah sebagai berikut :

  • Ada tendensi umum melalui integrasi dalam berbagai ilmu alam dan sosial.

  • Beberapa integrasi nampaknya menjadi pusat dalam teori sistem umum.

  • Menjadi sarana penting untuk membidik pada teori yang tepat dalam bidang ilmu pengetahuan nonfisik

  • Mengembangkan prinsip kesatuan yang dijalankan secara vertikal melalui universalnya ilmu individu, teori ini membawa kita lebih dekat pada tujuan kesatuan ilmu.

  • Lebih mengarah pada dibutuhkannya integrasi dalam pendidikan ilmiah.

Fisika konvensional hanya berkenaan dengan sistem tertutup, yang terisolasi terhadap lingkungan. Dalam teori kimia fisis dijelaskan reaksi-reaksi, rata-rata dan kesetimbangan kimia yang ditetapkan dalam bejana tertutup dimana sejumlah reaktan dijadikan satu. Hukum termodinamika menyatakan bahwa hukum tersebut hanya diterapkan pada sistem tertutup saja. Sedangkan setiap organisme yang hidup pada dasarnya merupakan sistem yang terbuka. Mereka mempertahankan diri dalam sebuah pemasukan dan pengeluaran yang berkesinambungan, pembangunan dan kerusakan komponen-komponen, tidak pernah selama hidupnya berada dalam kesetimbangan kimiawi dan termodinamis, tapi tetap berada dalam sebuah keadaan tetap yang berbeda jauh dengan keadaan sebelumnya. Perumusan fisika yang terjadi tidak dapat dipakai oleh organisme hidup dengan sistem terbuka dan keadaan tetap, dan kita juga bisa menduga bahwa karakteristik sistem kehidupan yang beraneka ragam berlawanan asas dalam pandangan hukum-hukum fisika yang merupakan sebuah konsekuensi dari fakta ini.

Tujuan ilmu pengetahuan sepertinya menjadi analitis yaitu pemecahan realitas menjadi unit-unit yang lebih kecil dan isolasi deretan hubungan sebab akibat yang inidvidualis. Karakteristik ilmu pengetahuan modern yang dipolakan menjadi unit-unit yang dapat dijauhkan dari hubungan sebab akibat telah terbukti tidak mencukupi, oleh sebab itu realitas dalam semua bidang ilmu pengetahuan, gagasan seperti keseluruhan, holistik, organisme, gestalt dan sebagainya, semuanya menandakan bahwa kita harus berfikir dalam terminologi sistem-sistem elemen dalam interaksi satu sama lain.

Sama halnya, gagasan teologi, terlihat seperti di luar jangkauan ilmu pengetahuan dan menjadi tempat bermain bagi hal-hal yang misterius, supranatural, asing bagi pengalihan ilmu pengetahuan, pemusatan pikiran bagi para peneliti yang percuma pada alam yang diatur oleh hukum-hukum yang tidak jelas tujuannya

Teleologi merupakan sebuah studi tentang gejala-gejala yang memperlihatkan keteraturan, rancangan, tujuan, akhir, maksud, kecenderungan, sasaran, arah, dan bagaimana hal-hal ini dicapai dalam suatu proses

perkembangan. Dalam arti umum, teleologi merupakan sebuah studi filosofis mengenai bukti perencanaan, fungsi, atau tujuan di alam maupun dalam sejarah. Dalam bidang lain, teleologi merupakan ajaran filosofis-religius tentang eksistensi tujuan dan "kebijaksanaan" objektif di luar manusia.

Konsep sistem menyatakan bahwa sebuah sistem dapat ditetapkan sebagai sekumpulan elemen atau unsur yang berdiri di dalam interrelasi. Sistem dapat ditetapkan secara matematis dengan berbagai cara. Sebagai ilustrasi, dapat dipilih sistem dari persamaan-persamaan diferensial simultan. Tak ada pembicaraan masalah finalitas yang mendetail, tetapi dapat disampaikan tipe finalitas, antara lain :

  • Teleologi statis, berarti bahwa persesuaian berguna bagi tujuan tertentu.

  • Teleologi dinamis, berarti kelangsungan proses-proses.

Ada tiga prasyarat untuk keberadaan isomorfik dalam bidang dan ilmu pengetahuan yang berbeda, yaitu adanya analogis-analogis, homologis, dan penjelasan. Analogis secara ilmiah mungkin kurang bermanfaat, namun homologis sebaliknya seringkali menghadirkan model-model bernilai, sehingga secara luas dapat diterapkan dalam fisika. Sementara secara filsafat, bentuk teori sistem umum dalam perkembangannya akan menggantikan apa yang dikenal dengan teori kategori .

Selanjutnya seluruh hasil utama penyajian sebagai Kesatuan Ilmu Pengetahuan dapat kita rangkum sebagai berikut :

  • Analisis prinsip sistem umum memperlihatkan banyak konsep yang merupakan hasil dari definisi sistem atau hasil kondisi sistem tertentu.

  • Investigasi ini merupakan prasyarat bermanfaat yang berkaitan dengan masalah nyata dalam ilmu pengetahuan.

  • Investigasi sama pentingnya dengan filsafat ilmu pengetahuan.

  • Fakta bahwa prinsip-prinsip diterapkan dalam sistem secara umum.

Dari sudut pandang kita, Kesatuan dalam Ilmu Pengetahuan memang terbukti nyata pada saat yang sama juga merupakan aspek yang lebih kentara. Realita dalam gagasan modern merupakan suatu urutan hirarkhis yang besar dari entitas terorganisir, mencakup seluruh tingkat dari sistem fisika, kimia hingga biologi. Penjelasan teori sistem umum pada masa yang akan datang, akan menjadi langkah utama terhadap penyatuan ilmu pengetahuan, dan akan memainkan peranan sama dengan logika Aristoteles dalam ilmu pengetahuan antiquiti. Dalam ilmu pengetahuan modern, interaksi dinamis menjadi suatu masalah besar dalam seluruh bidang realita dan prinsip-prinsip umumnya harus ditetapkan dengan teori sistem.

Metode-metode Penelitian Sistem Umum, sebagaimana digarisbawahi oleh Ashby (1958) terdapat dua metode dalam studi sistem :

  • Metode pertama bersifat empiriko-intuitif, metode ini dikembangkan oleh Von Bartalanffy dan rekan-rekannya, dengan obyek amatannya yaitu zoologi dan psikologi. Metode ini dengan mengamati berbagai sistim yang terjadi dalam dunia yang diamati kemudian membuat pernyataan mengenai keteraturan yang telah diamati. Metode ini memiliki keunggulan yaitu mendekati dengan realita dan dapat dengan mudah diilustrasikan atau dijelaskan dengan contoh-contoh yang diambil dari bidang ilmu pengetahuan individual.

  • Metode kedua mempelajari dengan metode deduktif, metode ini mempelajari serangkaian sistim yang dapat mungkin dan kemudian mengurangi rangkaian tersebut menjadi ukuran yang dikehendaki. Metode ini diikuti oleh Ashby (1958). yang meneliti tentang konsep fundamental mesin dan menjawab pertanyaan dengan menyatakan kondisi internal dan kondisi lingkungannya akan menentukan kondisi selanjutnya yang akan ada. Jika variabel bersifat berkelanjutan, definisi ini berkoresponden dengan deskripsi suatu system dinamis oleh serangkaian persamaan diferensial dengan waktu sebagai veriabel bebas.

Teori Sistem terbuka


Selanjutnya, dalam perkembangan teori sistem umum juga dikenal teori sistem terbuka. Teori sistem terbuka merupakan generalisasi yang penting dari teori fisik kinetik dan thermodinamik. Teori ini telah menghasilkan suatu prinsip dan wawasan baru seperti misalnya prinsip equifinalitas, generalisasi prinsip thermodinamik kedua, peningkatan keteraturan yang mungkin dalam sistem terbuka terjadinya fenomena periodis, overshoot dan kesalahan permulaan dan lain-lain. Konsep sistem terbuka menemukan aplikasinya dalam ilmu pengetahuan tentang bumi, geomorphologi dan meteorologi dengan memberikan suatu perbandingan terperinci dari suatu konsep meteorologis dan konsep organismik Bertalanffy dalam bidang biologi.

Organisme sebagai sistem terbuka. Dengan memperhatikan organisme sebagai keseluruhan, ia menampakkan ciri-ciri sama dengan ciri sistem pada keseimbangan menurut Zwaardemaker . Menururt pendapat Hopkins , “Hidup adalah satu keseimbangan dinamis di dalam sistem polyfasik”. Oleh karena itu dibutuhkan definisi dari apa yang disebut keseimbangan tidak berubah. Jelas, prinsip-prinsip umum seperti yang sedang dikembangkan tak dapat memberikan penjelasan rinci tentang permasalahan tersebut, namun dapat menunjukkan dasar-dasar fisik umum dari ciri kehidupan yang hakiki, termasuk pengaturan diri metabolisme dan penetapan dalam perubahan komponen-komponen. Ciri-ciri umum sistem-sistem kimia terbuka, menunjukkan bahwa, ekuilibria nyata pada sistem tertutup dan ekuilibria tidak bergerak pada sistem-sistem terbuka memperlihatkan kesamaan tertentu. Sistem tertutup harus mempertahankan keadaan seimbang bebas waktu yang ditetapkan oleh maksimum entropy dan minimum bebas energi, dimana rasio antara dua fase tetap konstan.

Ada suatu perbedaan yang fundamental antara organisme yang hidup dan organisme yang mati. Biasanya kita tidak memiliki kesulitan dalam membedakan antara organisme hidup dan obyek yang mati. Dalam makluk hidup, proses kimia dan fisik yang tidak terbatas jumlahnya sangat “teratur/terarah”, sehingga memungkinkan suatu sistem yang hidup untuk bertahan, tumbuh, berkembang, dan bereproduksi.

Pada bagian ini akan kita bahas mengenai mesin hidup dan keterbatasannya. Pada abad tujuh belas, ketika Descartes mengenalkan konsep hewan sebagai mesin, diperkenalkan pula mesin uap dan thermodinamik yang menghasilkan adanya pandangan bahwa organisme dianggap sebagai mesin pemanas, sehingga menghasilkan gagasan perhitungan kalori dan hal-hal lainnya. Namun demikian organisme bukanlah suatu mesin pemanas yang mengubah energi bahan bakar menjadi panas dan kemudian menjadi energi mekanik. Organisme adalah suatu mesin chemodinamik yang secara langsung mengubah energi bahan bakar menjadi kerja yang efektif, yang merupakan suatu fakta bahwa teori tindakan otot ini didasarkan. Selanjutnya, mesin yang dapat mengatur sendiri kemudian dikenalkan, seperti thermostat. Sehingga organisme menjadi suatu mesin cibernetik, yang merupakan penjelasan dari homeostatis dan fenomena yang berkaitan.

Adanya pandangan dasar dunia sebagai organisasi dengan ditandai timbulnya paket disiplin ilmu baru seperti ciberkinetik, teori informasi, teori sistem general, teori permainan, keputusan, antrian, pada penerapan praktek, sistem analisis, sistem keteknikan, operasi penelitian dan lain-lain. Oleh karena itu munculnya sejumlah trend konsepsi baru mendatang perlu dipertimbangkan dan didorong oleh pandangan bahwa model robot adalah pandangan kenyataan empiris yang berbahaya terhadap ‘’keteknikan tingkah laku’’. Dalam penerapannya konsep robot sering di aplikasikan secara tertutup dan terbuka dan untuk lebih memahami tentang konsep robot ada beberapa prinsip tentang konsep yang dapat disampaikan sebagai berikut :

  • Satu tuntunan konsep yaitu skema respon-stimulus / rangsangan (skema S-R) perilaku hewan dan manusia, dianggap sebagai respon terhadap rangsangan yang datang dari luar.

  • Environmentalism menyatakan (menurut skema S-R) perilaku dan kepribadian dibentuk oleh pengaruh dari luar.

  • Prinsip keseimbangan menurut formula Freud merupakan ‘’prinsip stabilitas‘’ tentang pemeliharaan keseimbangan homeostatis.

  • Prinsip ekonomi, menurut faedahnya dan harus dilalui secara ekonomis yaitu pengeluaran minimum energi mental atau vital.

Berdasarkan uraian di atas Teori Sistem Umum sebagai sebuah trend rahasia dalam berbagai disiplin ilmu tidak muncul begitu saja tetapi melalui perjalanan yang panjang dengan bantahan-bantahan yang muncul dan bersifat menentang karena pada waktu itu ilmu fisika dan kimia dianggap memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan ilmu sosial. Masalah sistem itu penting dalam pembatasan masalah pada prosedur analisis ilmu pengetahuan. Hal ini seharusnya diungkapkan pertama kali berawal dari ilmu-ilmu metafisik dan pertama kali diperkenalkan oleh Von Bertalanffy melalui bukunya General System Theory pada tahun 1928 dan merupakan awal konsep untuk memandang dan memecahkan masalah secara integral dan holistik.

Memecahkan masalah hanya dengan satu ilmu pada waktu itu sudah tidak memadai, sehingga General System Theory sangat populer dan diakui oleh dunia. Teori sistem umum juga sering diidentifikasi dengan teori cibernetika, sebagai sebuah teori pengendalian mekanis dalam tehnologi dan alam, didirikan pada pengertian informasi dan feedback. Isomorfisme dalam Ilmu Pengetahuan, bermaksud menunjukkan tujuan umum dan beberapa konsep umum dari teori sistem umum. Pada kasus yang sederhana, tujuan isomorfisme telah dapat dilihat seperti pada hukum eksponensial maupun hukum logistik. Ada tiga prasyarat untuk keberadaan isomorfik dalam bidang dan ilmu pengetahuan yang berbeda, yaitu adanya analogis-analogis, homologis, dan penjelasan. Sementara model organisme sebagai sistem terbuka telah terbukti bermanfaat dalam penjelmaan dan perumusan matematika berbagai fenomena hidup. Model ini juga menghasilkan masalah-masalah alam yang fundamental. Di sisi lain, teori sistem dalam psikologi dan psikiatri bukanlah penemuan baru yang harus dikontradiksikan. Konsep sistem adalah pembalikan teori robotik secara radikal. Dalam kondisi tertentu sistem terbuka mendekati suatu kondisi yang bebas waktu yang disebut sebagai kondisi tetap/mantap.

Semenjak tahun 1950-an, perkembangan teknologi yang pesat telah banyak membawa pengaruh terhadap perkembangan organisasi. Teknologi tidak hanya menyebabkan kompleksitas organisasi menjadi makin berlipat ganda, tetapi juga memunculkan serangkaian masalah-masalah yang berkaitan dengan perkembangan organisasi yang tidak pernah muncul dalam masa-masa sebelumnya. Kondisi yang demikian telah mendorong berkembangnya usaha-usaha untuk memikirkan dan memformulasikan kembali teori organisasi.

Secara umum, para ahli teori organisasi pada masa itu melihat organisasi dari dua sudut pandang, yaitu :

  • Sudut pandang yang melihat organisasi sebagai satu kesatuan unit yang memiliki suatu tujuan. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang dianut oleh para ahli teori klasik dan neo klasik, yang melihat melihat organisasi sebagai satu kesatuan atau suatu unit yang memiliki suatu tujuan, oleh karena itu pendekatan ini seringkali juga disebut dengan pendekatan goalistic.

    Pendekatan ini memusatkan perhatiannya pada pembagian kerja dan prosedur-prosedur kerja yang ditetapkan untuk mencapai tujuan itu dan sebagainya. Analisisnya sangat ditandai oleh analisis alat-tujuan, serta penempatan rasionalitas yang mendasari bekerjanya berbagai aktifitas dalam organisasi. Meskipun penjelasan yang dibuat pada saat itu memberikan sumbangan bagi perkembangan teori organisasi, tetapi pendekatan ini memiliki beberapa kelemahan. Beberapa permasalahan yang berkaitan dengan hubungan dan saling pengaruh antar elemen dalam organisasi, hubungan antara organisasi dengan lingkungan sekitarnya tidak dapat dijelaskan oleh pendekatan ini.

  • Pendekatan yang lebih melihat hubungan antar elemen, baik yang ada di dalam organisasi, maupun dengan lingkungan sekitarnya. Pendekatan ini lebih melihat organisasi tersusun dari elemen-elemen yang saling berhubungan, oleh karena itu pendekatan ini sering dikatakan sebagai pendekatan yang sistemik. Pendekatan sistemik tidak hanya menaruh perhatian pada apa yang menjadi perhatian pendekatan yang melihat organisasi sebagai suatu unit yang memiliki tujuan, tetapi juga melihat organisasi dari sudut pandang proses atau hubungan antar elemen dalam organisasi dan melihat organisasi sebagai suatu sistem yang kompleks, bahkan menempatkan organisasi sebagai “sistem kehidupan” (living systems). Pendekatan sistem ini tidak hanya melihat organisasi sebagai suatu unit yang memiliki tujuan, tetapi secara lebih mendalam melihat hubungan antar elemen dalam organisasi, serta berbagai proses yang terjadi dalam hubungan antar elemen itu. Pendekatan sistem ini memungkinkan para ahli melihat organisasi secara menyeluruh, baik hubungan antar elemen dalam organisasi maupun hubungan antara organisasi dengan lingkungan sekitarnya.

Suatu sistem merupakan suatu keseluruhan yang terorganisasi secara teratur, dari dua atau lebih komponen, bagian atau subsistem yang saling berhubungan, yang berada dalam suatu lingkungan tertentu. Sistem merupakan himpunan dari bagian-bagian yang beroperasi sebagai suatu keseluruhan, bukan sekedar bagian-bagian itu beroperasi secara bersama secara sendiri-sendiri. Jadi dalam sistem, bagian-bagian merupakan suatu jaringan kerja yang sating berhubungan, sehingga hilang atau tidak berfungsinya suatu bagian akan mengganggu sistem itu sebagai suatu keseluruhan. Perilaku dari suatu organisasi sebagai suatu kesatuan, dengan demikian, menunjukkan suatu gabungan antara perilaku dari bagian-bagian itu secara individual dan saling ketergantungan diantara bagian-bagian dalam sistem tersebut.

Sistem pada dasarnya memiliki beberapa karakteristik umum sebagai berikut:

  • Sistem memiliki bagian-bagian. Bagian-bagian dari sistem ini selain bersifat dinamis juga berinteraksi satu sama lain, saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain. Saling ketergantungan dalam organisasi ini antara lain ditandai dengan adanya pembagian kerja, spesialisasi, penjadwalan kegiatan dan aktifitas dan sebagainya. Tugas atau pekerjaan dalam organisasi dilakukan melalui pembentukan bagian-bagian, sub bagian-sub bagian dan bagian yang lebih sempit lagi, dimana individu melakukan tugas atau bekerja yang terbatas tetapi terspesialisasi, namun secara keseluruhan dapat diintegrasikan untuk mencapai tujuan organisasi. Karena antara satu bagian dengan bagian lain memiliki keterkaitan dan sating tergantung maka perubahan pada satu bagian akan mempengaruhi semua bagian lain dari sistem tersebut.

  • Suatu sistem dapat tersusun dari beberapa sub sistem, suatu sub sistem dapat pula tersusun dari beberapa sub-sub sistem. Suatu sistem yang ada dalam sistem disebut dengan sub sistem, sedangkan sistem yang ada dalam sub sistem disebut dengan sub-sub sistem. Suatu sub sistem maupun suatu sub-sub sistem dapat dilihat sebagai suatu sistem tersendiri, tetapi secara keseluruhan harus dilihat sebagai bagian dari sistem.

  • Setiap sistem memiliki tujuan, proses, norma, perangkat peran, serta strukturnya sendiri. Sistem juga ditandai dengan adanya pola-pola yang teratur.

  • Sistem pada dasarnya bersifat terbuka (open system). Ciri umum dari sistem yang terbuka antara lain meliputi adanya masukan energi, keluaran, proses di dalam sistem, masukan informasi, umpan balik negatif dan sebagainya. Organisasi sebagai suatu sistem yang terbuka, menerima masukan energi dan informasi dari lingkungannya, kemudian masukan ini diproses dan ditransformasikan menjadi sesuatu produk atau jasa yang berguna, kemudian dikembalikan sebagai keluaran kepada lingkungan. Proses yang demikian ini merupakan proses melingkar yang berputar terus. Sebagai sistem terbuka, organisasi juga mengalami tekanan dan pengaruh dari lingkungannya. Menghadapi pengaruh dan tekanan ini, organisasi kemudian melakukan adaptasi dan penyesuaian terhadap pengaruh dan tekanan lingkungan ini.

Melihat organisasi sebagai suatu sistem, di dalamnya terdapat paling tidak tiga sub-sistem, yaitu sub sistem teknis, sub sistem sosial dan sub sistem kekuasaan. Sub sistem teknis menunjuk pada aspek formal dari organisasi. sedangkan sub sistem sosial dan sub sistem kekuasaan menunjuk pada aspek non formal dari organisasi. Sub sistem teknis menunjukkan bahwa suatu organisasi disusun dan dirancang sebagai suatu susunan formal, dimana aturan diberlakukan, distribusi wewenang dan tanggung jawab dilakukan, jenjang hirarkhi atas tugas-tugas disusun. Ini semua menunjukkan aspek formal dari suatu organisasi. Ketika suatu organisasi mulai berfungsi, beberapa penyesuaian atau modifikasi terjadi dalam organisasi, sebagai akibat dari bekerjanya sub sistem sosial dan sub sistem kekuasaan. Meskipun telah mengalami modifikasi, aspek formal dari organisasi tidaklah lenyap, tetapi tetap ada meski mengalami perubahan.

Untuk membuat organisasi berfungsi, energi dari sumber daya manusia dibutuhkan. Ini diperoleh melalui penerimaan dan penempatan personil yang sesuai dengan tugas dan aktifitas organisasi. Sudah barang tentu manusia yang masuk dalam organisasi ini memiliki perbedaan-perbedaan, baik dalam hal kepentingan, kapasitas dan kemampuan, sikap dan kepercayaan dan sebagainya. Segera setelah memasuki organisasi, tidak semua kebutuhan dari orang-orang itu dapat dipenuhi oleh organisasi kecuali kebutuhan untuk berorganisasi itu sendiri. Orang-orang dalam organisasi kemudian saling berinteraksi, baik sejajar maupun lintas hirarkhi. Orang-orang dalam organisasi mengembangkan perilaku. menunjukkan perilaku tertentu, membentuk dan menjadi anggota kelompok. Ini menunjukkan bahwa setelah organisasi mulai melibatkan orang-orang, mulailah berkembang interaksi sosial maupun pembentukan kelompok-kelompok sosial yang sifatnya spontan, tidak secara sengaja dibentuk dan tidak direncanakan. Kelompok-kelompok sosial ini memiliki tujuan, peran, struktur maupun normanya sendiri. Inilah yang dikenal dengan sub sistem sosial.

Orang-orang dalam organisasi juga memiliki perilaku yang secara jelas menunjukkan hubungan kekuasaan. Ketika organisasi mulai berfungsi, orangorang yang ada dalam organisasi itu saling menunjukkan arti penting dari tugas masing-masing, kelebihan pengalam masing-masing posisi penting dari jabatan yang diduduki, kemampuan membangun hubungan dengan pemegang kekuasaan yang lebih tinggi, kepribadian yang dimiliki dan sebagainya, yang kesemua ini menunjukkan bahwa setiap orang dalam organisasi berkecenderungan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan dan mengatur atau mempengaruhi perilaku orang lain. Tingkah laku orang-orang dalam organisasi ini sangat bervariasi, tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mempengaruhi dan mengatur orang lain. Ada yang lebih berkuasa dari orang lain, ada yang memiliki pengaruh lebih luas dari yang lain. Akibatnya diferensiasi kekuasaan yang berdasar pada besar kecilnya kekuasaan yang dimiliki terjadi dalam organisasi dan menciptakan struktur kekuasaan dalam organisasi. Inilah yang dikenal dengan sub sistem kekuasaan.

Pada kenyataannya, ketiga sub sistem tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi. Selain itu, tiap sub sistem ini saling tergantung dan menjadi bagian dari sistem yang lebih besar, yaitu organisasi. Di lain pihak, organisasi itu sendiri merupakan suatu sub sistem dari sistem yang lebih besar, yaitu masyarakat. Tiap sub sistem dalam organisasi itu menjadi lingkungan bagi lainnya. Selain itu, juga menjadi bagian dari lingkungan yang lebih luas. Kondisi ini menghasilkan interaksi antar sub sistem maupun antar sistem dan terbentuk pula perilaku dalam organisasi sebagai refleksi dari hasil pengaruh sub sistem dan sistem lain yang berbeda. Konsekuensinya, organisasi selalu mengalami pergeseran dari rancangan awalnya sebagai akibat dari bekerjanya sub sistem maupun sistem yang ada.

Meskipun tiap organisasi selalu mengalami perubahan sebagai akibat dari perubahan sub sistem maupun sistem yang mempengaruhinya dan selalu melakukan adaptasi atas perubahan-perubahan tersebut, namun hal ini tidaklah kemudian menciptakan suatu kondisi yang penuh ketidak pastian atau kondisi yang kacau balau. Setiap organisasi selalu berada dalam keteraturan tertentu dan selalu berusaha mencapai suatu tujuan tertentu. Sub-sub sistem yang ada dalam organisasi selalu akan melakukan perubahan-perubahan tujuan masingmasing dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Penyesuaian-penyesuaian ini juga kemudian diikuti oleh semua bagian dalam organisasi, sehingga semua bagian akan kembali mendukung upaya pencapaian tujuan umum dari organisasi. Dengan demikian organisasi selalu menanggapi perubahan situasi yang terjadi dengan menciptakan keseimbangan. Ini merupakan suatu proses yang konstan dan selalu terjadi dalam menanggapi perubahan yang terjadi. Jadi, keseimbangan yang terjadi itu merupakan keseimbangan yang dinamis, bukan suatu keseimbangan yang statis.

Perkembangan dalam masyarakat sejalan dengan kemajuan teknologi adalah berkembangnya organisasi sebagai entitas yang kompleks. Organisasi yang demikian ditandai dengan sejumlah ciri, antara lain berskala besar, memiliki berbagai tujuan, mempunyai tingkat spesialisasi yang tinggi, teknologinya cangging, menggunakan banyak sumber daya manusia yang tersebar dalam suatu wilayah yang luas sehingga tidak selalu dapat melakukan interaksi temu muka (face to face relation), serta memiliki latar belakang, persepsi, kepercayaan, sikap yang berbeda, dan perbedaan lainnya. Kompleksitas organisasi ini akan bertambah jika dikaitkan dengan kondisi lingkungan dimana organisasi itu berada. Karena organisasi pada dasarnya merupakan bagian dari lingkungan yang lebih luas, maka menjadi makin sukar menentukan batas-batas dari organisasi itu. Selain itu, kondisi lingkungan dimana organisasi itu berada merupakan suatu lingkungan yang selalu berubah dengan cepat. Ini semua menunjukkan bahwa organisasi merupakan suatu sistem (atau sub sistem) yang kompleks dan tidak lagi dapat dipahami dengan sekedar memahami ukuran, fungsi maupun strukturnya secara terpisah. Analisis organisasi akan mengalami kegagalan dan tidak valid jika mengabaikan hal-hal tersebut di atas.

Teori sistem berkembang tidak hanya sebagai apresiasi terhadap bagaimana fungsi-fungsi organisasi berkembang tetapi juga memahami bagaimana organisasi berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam pandangan teori sistem, organisasi merupakan suatu sistem dari berbagai sumber daya yang dikombinasikan dalam suatu susunan tertentu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam pandangan yang demikian, organisasi tersusun atas berbagai komponen yang terintegrasi dimana masing-masing komponen melakukan suatu aktifitasnya masing-masing.
Dalam pandangan teori sistem, suatu sistem dapat dipilah menjadi dua yaitu sistem tertutup (Closed system) dan sistem terbuka (open system).

Suatu sistem tertutup merupakan suatu sistem yang beroperasi tanpa adanya pengaruh dari lingkungannya. Jadi sistem tertutup merupakan suatu unit yang tidak mempertimbangan atau mengabaikan pengaruh-pengaruh dari luar. Dalam studi organisasi, pandangan dari para ahli teori klasik merupakan contoh dari pandangan yang melihat organisasi sebagai suatu sistem tertutup. Analisis organisasi yang dilakukan oleh para ahli teori klasik memusatkan perhatiannya pada struktur formal dan peranan dari struktur formal dari suatu organisasi tanpa mempertimbangkan bagaimana lingkungan organisasi itu berpengaruh dan dipengaruhi oleh organisasi tersebut. Sistem terbuka melihat adanya pengaruh timbal balik antara organisasi dengan lingkungannya. Analisis organisasi yang melihat organisasi sebagai sistem terbuka menempatkan lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh dan dipengaruhi oleh organisasi.

Dalam usahanya untuk memperoleh penjelasan yang lebih baik dan lebih menyeluruh, para ahli dari pendekatan sistem ini mengembangkan berbagai model, seperti misalnya model dari Tavistock, model dari Homans, Model “overlapping group” dari Likert, model “overlapping role-set” dari Kahn, model yang dikembangkan oleh para ahli aliran neo strukturalis dan sebagainya. Model-model penjelasan yang dikemukakan oleh para ahli ini semuanya mengkaji hubungan antara organisasi dengan lingkungannya. Model-model ini melihat bahwa bagian, subsistem maupun organisasi itu sendiri merupakan suatu sistem dan saling mempengaruhi serta berinteraksi dengan lingkungannya sebagai sistem yang lebih besar. Dengan demikian, terdapat saling hubungan antara organisasi sebagai suatu sistem dengan lingkungan sebagai lingkungan yang lebih besar. Oleh sebab itu, setiap analisis mengenai organisasi yang mengabaikan saling hubungan ini pada dasarnya tidak lengkap dan tidak memadai, sehingga akan memberikan gambaran yang tidak benar mengenai organisasi sebagai suatu realitas.

Model-model tersebut secara garis besar menghasilkan beberapa penjelasan sebagai berikut:

  • Perubahan pada suatu bagian dari sistem atau subsistem akan selalu membawa pengaruh terhadap bagian atau subsistem yang lain dari sistem tersebut.

  • Organisasi merupakan suatu sistem yang terbuka dimana mekanisme masukan- proses-keluaran berlangsung dan itu berarti terdapat
    ketergantungan terhadap lingkungannya, baik dalam hal penerimaan masukan maupun penyetoran keluaran dari proses yang terjadi dalam organisasi.

  • Suatu jaringan kerja dari kegiatan, interaksi dan perasaan dari orang-orang dalam organisasi terbentuk oleh karena bekerjanya sistem internal, yaitu hubungan- hubungan informal dalam organisasi, maupun sistem eksternal, yaitu lingkungan organisasi, yang keduanya menyebabkan organisasi dapat berfungsi.

  • Kelompok-kelompok dalam organisasi saling tumpang tindih dan berkait satu sama lain, melalui hubungan antar individu.

  • Terdapat perangkat peran yang saling tumpang tindih dan saling kait mengkait, dimana setiap individu memainkan peran masing-masing sesuai dengan yang diharapkan dari masing-masing orang.

  • Prinsip-prinsip organisasi diikuti lebih patuh pada industri-industri dengan teknologi yang stabil dari pada dalam industri-industri dengan teknologi yang dinamis.

  • Masing-masing bagian dari organisasi sifatnya fungsional, bekerja dengan dan berreaksi terhadap suatu bagian tertentu saja dari lingkungan, yang berbeda dari bagian yang lain dari organisasi. Ini menunjukkan adanya diferensiasi dari bagian-bagian organisasi. Akan tetapi, bagian-bagian yang berbeda dan fungsional ini sebagai suatu sistem dikoordinasikan sebagai suatu kesatuan. Ini menunjukkan adanya integrasi dari bagian-bagian dalam organisasi. Dengan demikian setiap organisasi akan mengembangkan suatu pola yang secara optimal diferensiasi dan integrasi dari bagian-bagiannya dalam menghadapi situasi lingkungan yang berubah-ubah.

Model-model yang dikembangkan di atas menunjukkan bahwa organisasi merupakan suatu sistem yang kompleks, dimana organisasi menerima masukan dari lingkungan dan kemudian mentransformasikannya menjadi keluaran untuk kembali disodorkan pada lingkungan. Proses ini merupakan proses berulang atau melingkar (recycling process) yang tiada henti. Dengan demikian, keterikatan antara organisasi dengan lingkungannya merupakan ikatan yang mendasar dan signifikan.

Teori Sistem Umum


Pendekatan sistem memberikan sumbangan yang besar dalam evolusi perkembangan teori organisasi modern. Perkembangan teori sistem sebagai teori organisasi modern yang dikenal dengan teori sistem umum atau “General System Theory” yang dikembangkan oleh Ludwig von Bertalanffy dan Kenneth Boulding. Pada prinsipnya, “General System Theory” menggunakan sistem sebagai dasar pemahamannya terhadap fenomena organisasi dan tidak hanya memahami bagaimana organisasi berfungsi, tetapi juga memahami bagaimana organisasi berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut teori ini, organisasi tersusun dari suatu himpunan komponen atau bagian yang terintegrasi dan masing-masing melakukan tugas atau fungsinya secara khusus. Selain itu, organisasi sebagai suatu sistem juga berada dalam suatu lingkungan yang lebih luas. Terhadap lingkungan yang lebih luas ini, setiap organisasi selalu melakukan interaksi sehingga terdapat hubungan dan saling pengaruh antara organisasi dengan lingkungannya.

Beberapa inti dari General System Theory ini antara lain meliputi:

  1. Bagian dari sistem
    Organisasi sebagai suatu sistem memiliki bagian-bagian sebagai berikut:

    • Individu Dalam Organisasi.
      Individu atau orang merupakan bagian yang penting dari setiap organisasi sebagai suatu sistem. Dengan adanya individu atau orangorang dalam organisasi aktivitas dalam organisasi dapat dijalankan. Setiap individu memiliki latar belakang, sikap, motivasi yang berlainan dan bersama-sama berada dalam suatu organisasi, sating berinteraksi dan sating mempengaruhi satu sama lain. Selain itu, individu juga dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungannya.

    • Asek Formal dari Organisasi.
      Setiap organisasi selalu tersusun berdasarkan prinsip-prinsip, peraturan dan prosedur tertentu untuk dapat menjalankan fungsinya secara baik. Ini berkaitan dengan formalisasi organisasi. Susunan formal suatu organisasi sangat dibutuhkan agar suatu organisasi dapat berfungsi dan mencapai tujuan yang ditentukan.

    • Aspek Informal dari Organisasi.
      Individu atau orang-orang dalam organisasi sating berinteraksi dalam suatu wahana formal. Interaksi sosial diantara individu dalam wahana formal (organisasi) ini pada gilirannya akan menghasilkan berbagai bentuk hubungan sosial yang tidak selalu formal sifatnya. Perilaku sosial yang berkembang dalam organisasi ini tumbuh secara spontan, perlahan namun memiliki pola yang tertentu. Munculnya kelompok informal merupakan bukti adanya aspek informal dalam organisasi, yang dibutuhkan oleh orang-orang dalam organisasi untuk memenuhi kebutuhan sosialnya, yang tidak dapat dipenuhi oleh organisasi sebagai suatu wahana formal.

    • Status dan Peran dalam Organisasi.
      Setiap organisasi memiliki sistem hirarkhis atau sistem berjenjang, yang berbentuk piramida. Tiap lapisan dalam hirarkhi ini menunjuk pada posisi sosial individu dalam organisasi. Posisi dalam sistem berjenjang ini memberikan peran dan status tertentu, baik terhadap atasan, bawahan maupun sejajar. Status yang dimiliki setiap orang dalam posisinya pada s- usunan hirarkhis ini menunjuk pada bagaimana kekuasaan atau otoritas terdistribusi secara proporsional dalam organisasi.

    • Lingkungan Fisik Organisasi
      Situasi lingkungan kegiatan atau aktifitas dari organisasi dapat terdiri dari berbagai macam, misalnya teknologi yang digunakan, susunan tempat kerja, susunan pekerjaan dan sebagainya. Lingkungan phisik ini selain dibutuhkan juga memfasilitasi berbagai interaksi sosial yang terjadi dalam organisasi. Lingkungan phisik memberikan pengaruh yang besar terhadap ketrampilan, motivasi dan persepsi orang-orang dalam organisasi, yang berpengaruh pula terhadap prestasi kerja maupun kepuasan kerja.

  1. Hubungan Antar Bagian Dari Sistem.
    Sebagai suatu sistem, bagian-bagian dari organisasi saling berhubungan satu sama lain. Antara satu bagian atau komponen dengan bagian atau komponen lain dari sistem itu saling tergantung, masing-masing memiliki tugas yang khusus, terspesialisasi dan berlainan. Terdapat pembagian kerja yang terintegrasi diantara bagian-bagian atau komponen-komponen dari suatu organisasi sebagai suatu sistem. Semua ini menunjukkan adanya hubungan antar bagian dalam sistem.

  2. Proses Saling Hubungan Antar Bagian
    Bekerjanya masing-masing bagian dan saling hubungan antar bagian dalam organisasi itu menunjuk pada suatu proses yang saling berkaitan (linking processes). Hal ini berarti bahwa tidak ada bagian yang dapat berfungsi tanpa adanya pengaruh atau memiliki akibat dari bagian yang lain. Hal yang demikian nampak misalnya dari bekerjanya proses pengambilan keputusan dalam organisasi dimana komunikasi dan pelaksanaan dari keputusan serta proses penyeimbangannya merupakan proses yang saling berkaitan.

  3. Tujuan dari Sistem.
    Setiap sistem senantiasa memiliki tujuan tertentu, demikian juga organisasi sebagai suatu sistem juga memiliki tujuan tertentu. Oleh karena adanya upaya pencapaian tujuan ini maka setiap organisasi selalu terdapat interaksi, kestabilan, kemampuan beradaptasi dan mengalami perkembangan. Interaksi selalu terjadi dalam organisasi, dimana bagian-bagian dari organisasi itu mesklipun saling terpisah dan saling bebas, sebenarnya saling tergantung dan saling berhubungan. Untuk dapat menjalankan fungsinya, setiap organisasi memerlukan suatu bentuk kestabilan. Dalam menghadapi pengaruh lingkungan, organisasi selalu memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan dengan demikian, akan mengalami perkembangan. Kemampuan beradaptasi dan perkembangan merupakan ciri dari setiap sistem yang terbuka.

Teori ini juga melihat arti penting dari pengawasan atau kontrol sebagai mekanisme untuk menciptakan keseimbangan dari organisasi. Pelaksanaan dari fungsi pengawasan atau - kontrol ini nampak secara jelas dalam konsep cybernetics, salah satu komponen yang penting dari teori sistem. Aplikasi atau penerapan dari konsep cybernetics ini antara lain dikemukakan oleh Norbert Weiner dan Stafford Beer, yang menekankan aspek pengawasan atau kontrol dari suatu sistem melalui penggunaan umpan balik dari lingkungan sistem itu sendiri. Sebagai misal, suatu alat pendingin suhu ruangan yang dilengkapi dengan alat pengatur suhu secara otomatis berdasarkan suhu ruangan itu sendiri. Dengan menentukan suhu yang diinginkan, maka pendingin suhu ruangan itu akan bekerja pada suhu yang ditentukan. Jika kemudian suhu telah mencapai tingkat yang diinginkan maka alat itu secara otomatis akan berhenti, dan baru akan bekerja lagi jika suhu ruangan telah berubah menjadi lebih panas dari suhu yang ditentukan. Jadi pengatur suhu itu bekerja atas dasar umpan balik dari lingkungannya, yaitu suhu ruangan itu.

Perkembangan teori sistem umum ini diperluas oleh banyak ahli melalui penelitian dan pengujian-pengujian berbagai metode yang dipandang tepat bagi teori ini. Sebagai misal apa yang dilakukan oleh Jay Forrester yang melakukan banyak penelitian mengenai organisasi melalui berbagai bentuk simulasi kerja mengenai organisasi. Demikian pula yang dilakukan Martin Starr yang telah memperkenalkan penggunaan teknik matematis untuk pemecahan beberapa masalah organisasi. Semua ini dan banyak lagi upaya yang dikembangkan para ahli dari pendekatan sistem ini telah mengakibatkan secara akumulatif terjadinya perkembangan teori sistem yang makin pesat.