Apa yang dimaksud dengan Teori Segitiga Cinta atau Triangular Model of Love Relationship?

Teori segitiga cinta

Teori Segitiga Cinta dari Robert Sternberg, cinta memiliki tiga dimensi, yaitu hasrat (passion), keintiman/kedekatan (intimacy), dan komitmen (commitment). Apa yang dimaksud dengan Teori segitiga cinta (Triangular Model of Love Relationship)?

Teori segitiga cinta (Triangular Model of Love Relationship) menurut Sternberg (1988) mengemukakan bahwa cinta memiliki tiga bentuk utama (tiga komponen), yaitu: keintiman (intimacy), gairah (passion), dan keputusan atau komitmen (decision/commitment).

Keintiman (intimacy)

Keintiman (intimacy) adalah perasaan dalam suatu hubungan yang meningkatkan kedekatan, keterikatan, dan keterkaitan. Dengan kata lain bahwa intimacy mengandung pengertian sebagai elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya.

Hasil penelitian Sternberg dan Grajeg (dalam Sternberg dan Barnes, 1988) menunjukkan keintiman mencakup sekurang-kurangnya sepuluh elemen, yaitu :

  1. Keinginan meningkatkan kesejahteraan dari yang dicintai
  2. Mengalami kebahagiaan bersama yang dicintai
  3. Menghargai orang yang dicintainya setinggi-tingginya
  4. Dapat mengandalkan orang yang dicintai dalam waktu yang dibutuhkan
  5. Memiliki saling pengertian dengan orang yang dicintai
  6. Membagi dirinya dan miliknya dengan orang yang dicintai
  7. Menerima dukungan emosional dari orang yang dicintai
  8. Memberi dukungan emosional kepada orang yang dicintai
  9. Berkomunikasi secara akrab dengan orang yang dicintai
  10. Menganggap penting orang yang dicintai dalam hidupnya.

Gairah (passion)

Gairah (passion) meliputi rasa kerinduan yang dalam untuk bersatu dengan orang yang dicintai yang merupakan ekspresi hasrat dan kebutuhan seksual. Atau dengan kata lain bahwa passion merupakan elemen fisiologis yang menyebabkan seseorang merasa ingin dekat secara fisik, menikmati atau merasakan sentuhan fisik, ataupun melakukan hubungan seksual dengan pasangan hidupnya.

Komponen passion juga mengacu pada dorongan yang mengarah pada romance, ketertarikan fisik, konsumsi seksual dan perasaan suka dalam suatu hubungan percintaan.

Dalam suatu hubungan (relationship), intimacy bisa jadi merupakan suatu fungsi dari seberapa besarnya hubungan itu memenuhi kebutuhan seseorang terhadap passion. Sebaliknya, passion juga dapat ditimbulkan karena intimacy.

Dalam beberapa hubungan dekat antara orang-orang yang berlainan jenis, passion berkembang cepat sedangkan intimacy lambat.

Passion bisa mendorong seseorang membina hubungan dengan orang lain, sedangkan initmacy-lah yang mempertahankan kedekatan dengan orang tersebut.

Dalam jenis hubungan akrab yang lain, passion yang bersifat ketertarikan fisik (physical attraction) berkembang setelah ada intimacy.

Dua orang sahabat karib lain jenis bisa tertarik satu sama lain secara fisik kalau sudah sampai tingkat keintiman tertentu. Terkadang intimacy dan passion berkembang berlawanan, misalnya dalam hubungan dengan wanita tuna susila, passion meningkat dan intimacy rendah.

Namun bisa juga sejalan, misalnya kalau untuk mencapai kedekatan emosional, intimacy dan passion bercampur dan passion menjadi keintiman secara emosional. Pada intinya, walaupun interaksi intimacy dan passion berbeda, namun kedua komponen ini selalu berinteraksi satu dengan yang lainnya di dalam suatu hubungan yang akrab.

Keputusan atau Komitmen (decision/commitment)

Komponen keputusan atau komitmen dari cinta mengandung dua aspek, yang pertama adalah aspek jangka pendek dan yang kedua adalah aspek jangka panjang.

  • Aspek jangka pendek adalah keputusan untuk mencintai seseorang.
  • Aspek jangka panjang adalah komitmen untuk menjaga cinta itu.

Komitmen adalah suatu ketetapan seseorang untuk bertahan bersama sesuatu atau seseorang sampai akhir.

Kedua aspek tersebut tidak harus terjadi secara bersamaan, dan bukan berarti bila kita memutuskan untuk mencintai seseorang juga berarti kita bersedia untuk memelihara hubungan tersebut, misalnya pada pasangan yang hidup bersama. Atau sebaliknya, bisa saja kita bersedia untuk terikat (komit) namun tidak mencintai seseorang.

Komitemen sangat diperlukan untuk melewati masa-masa sulit.

Commitment berinteraksi dengan intimacy dan passion. Untuk sebagian orang, commitment ini adalah merupakan kombinasi dari intimacy dan timbulnya passion. Bisa saja intimacy dan passion timbul setelah adanya komitmen, misalnya perkawinan yang diatur (perjodohan).

Keintiman dan komitmen nampak relatif stabil dalam hubungan dekat, sementara gairah atau nafsu cenderung relatif tidak stabil dan dapat berfluktuasi tanpa dapat diterka.

Dalam hubungan romantis jangka pendek, nafsu cenderung lebih berperan. Sebaliknya, dalam hubungan romantis jangka panjang, keintiman dan komitmen harus memainkan peranan yang lebih besar (Sternberg, dalam Strernberg & Barnes, 1988).

Ketiga komponen yang telah disebutkan di atas haruslah seimbang untuk dapat menghasilkan hubungan cinta yang memuaskan dan bertahan lama.

Sumber : Sternberg, R. J., & Barnes, M. L. (1988). The psychology of love. New Haven & London: Yale University Press.

Teori segitiga cinta (Triangular Model of Love Relationship) menurut Sternberg (1988) mengemukakan bahwa cinta dapat dimengerti dalam bentuk tiga komponen yang secara bersama dapat dilihat sebagai pembentuk sudut dari sebuah segitiga, dimana besaran yang berbeda dari tiap komponen cinta akan mempengaruhi bentuk dari segitiga cinta tersebut.

Ketiga komponen ini adalah keintiman (sudut bagian atas dari segitiga), gairah (sudut bagian kiri dari segitiga), dan keputusan/komitmen (sudut bagian kanan dari segitiga).

  • Keintiman adalah perasaan emosional yang berhubungan dengan kehangatan, kedekatan, dan berbagi dalam hubungan.

  • Gairah berhubungan dengan daya tarik fisik dan seksual terhadap pasangan.

  • Keputusan/ komitmen merupakan penilaian kognitif atas hubungan dan keinginan untuk mempertahankan hubungan.

Komponen keintiman, gairah, dan komitmen, memegang peranan kunci dalam cinta, melebihi atribut-atribut lainnya dari cinta. Beberapa alasan dari dipilihnya ketiga komponen ini sebagai komponen-komponen yang membangun dari tiap-tiap komponen cinta ini berbeda di dalam hubungan yang satu dengan di dalam hubungan yang lain.

Ketiga komponen ini bervariasi dalam jenis hubungan yang berbeda dan sepanjang waktu di dalam hubungan. Dari kombinasi berbagai komponen-komponen cinta ini, dapat diperoleh 8 jenis cinta, yakni:

  • non-love,
  • liking,
  • infatuated love,
  • empty love,
  • romantic love,
  • companionate love,
  • fatous love,
  • consummate love.

Bagi Sternberg, jenis cinta yang paling kuat, yakni cinta yang sempurna (consummate love), jenis cinta ini hanya dapat tercipta apabila terdapat ketiga komponen cinta di dalam hubungan, yakni keintiman, gairah, dan komitmen.

Di dalam teori cinta Sternberg, setiap komponen melingkupi beberapa aspek di dalamnya. Pada komponen keintiman, di dalamnya terdapat perasaan berupa keinginan untuk mendukung kesejahteraan pasangan, mengalami kebahagiaan dengan pasangan, menghormati pasangan, kemampuan untuk

Ketiga komponen dari cinta juga berbeda dalam hal kemiripannya dengan hubungan-hubungan cinta lainnya. Komponen keintiman secara umum dapat terlihat terdapat pula di dalam inti dari banyak hubungan cinta (Sternberg & Grajek, 1984, dalam Sternberg, 1986), entah hubungan itu terhadap orang tua, saudara, kekasih, ataupun teman dekat.

Komponen gairah cenderung terbatas hanya pada beberapa bentuk hubungan cinta, terutama hubungan yang romantis, sedangkan komponen komitmen dapat bervariasi derajatnya di seluruh bentuk hubungan cinta.

Contohnya, komitmen cenderung sangat tinggi di dalam cinta terhadap seorang anak, namun relatif rendah di dalam cinta terhadap teman yang datang dan pergi di sepanjang kehidupan.

Cinta merupakan konsep yang sangat abstrak. Sebagai konsep yang abstrak, cinta biasanya dianggap sebagai perwakilan dari berbagai macam emosi manusia, mulai dari perasaan puas yang sederhana sampai kepada rasa ketertarikan kepada orang lain yang luar biasa dan tidak dapat dilukiskan (Ahmetoglu, Swami, & Chammoro-Premuzic, 2009).

Cinta memiliki banyak sekali definisi.

Rubin (1970, dalam Van Epp, 2006) mendefinisikan cinta sebagai sikap interpersonal yang dimiliki oleh seseorang terhadap orang lain yang melibatkan kecenderungan untuk berpikir, merasa dan berperilaku dengan cara tertentu. Cinta merupakan topik yang menarik perhatian. Beberapa tokoh kemudian mengembangkan teori-teori mengenai cinta, salah satunya yaitu Robert J. Sternberg.

Menurut Robert J. Sternberg, cinta terdiri dari tiga komponen utama, yaitu keintiman, gairah dan komitmen. Ketiga komponen ini diibaratkan sebagai sebuah bangunan segitiga. Oleh sebab itu maka teori cinta yang dikemukakan oleh Sternberg tersebut dikenal dengan sebutan teori segitiga cinta (Sternberg, 1988).

Triangular Theory of Love

Pada awal tahun 1980-an Sternberg bersama dengan Susan Grajek melakukan penelitian untuk menentukan apakah cinta merupakan sesuatu hal yang bersifat tunggal atau terdiri dari berbagai macam hal yang terpisah yang apabila digabungkan akan membentuk sesuatu yang dinamakan cinta.

Dari penelitian tersebut, Sternberg menyimpulkan bahwa ketika individu mengalami atau merasakan cinta, maka individu tersebut merasakan rangkaian perasaan, hasrat, dan pemikiran yang sangat luas yang menuntun individu tersebut untuk menyimpulkan bahwa dirinya mengalami cinta (Sternberg 1988).

Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut Sternberg kemudian membagi cinta ke dalam tiga komponen cinta, yaitu komponen keintiman, gairah dan komitmen.

Ketiga komponen ini diibaratkan oleh Sternberg sebagai bagian yang membangun sebuah bangun segitiga, oleh sebab itu Sternberg menyebut teori cinta yang dikembangkan olehnya sebagai teori segitiga cinta (Triangular Theory of Love).

  • Keintiman merupakan komponen emosional yang mengacu pada perasaan dekat, terhubung dan terikat dalam suatu hubungan percintaan.

  • Komitmen merupakan komponen kognitif, yang secara sederhana dapat dijelaskan sebagai keputusan untuk mencintai dan mempertahankan hubungan percintaan.

  • Gairah merupakan komponen motivasional, merupakan dorongan pada asmara, romantisme, ketertarikan fisik, hubungan seksual, serta fenomena lain yang berhubungan dengan hubungan percintaan (Sternberg, 1986).

Ketiga komponen tersebut dipilih oleh Sternberg dengan alasan banyak aspek-aspek dalam pembuktian cinta yang merupakan bagian atau manifestasi dari ketiga komponen tersebut dan berdasarkan hasil tinjauan pustaka yang dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa ketiga komponen tersebut bersifat umum di semua tempat dan waktu (Sternberg, 1988).

Walaupun dinamakan sebagai komponen, tetapi dalam teori ini dinyatakan bahwa ketiga komponen tersebut terpisah walaupun saling berhubungan, seseorang dapat memiliki salah satunya tanpa adanya kehadiran kedua komponen lainnya.

Dari ketiga komponen cinta ini dapat terbentuk delapan jenis cinta, antara lain :

  • Liking (terdiri dari intimasi saja);
  • Infatuated love (terdiri dari gairah saja);
  • Empty love (terdiri dari komitmen saja);
  • Romantic love (terdiri dari keintiman dan gairah);
  • Companionate love (terdiri dari keintiman dan komitmen);
  • Fatuos love (terdiri dari gairah dan komitmen)
  • Consummate love (terdiri dari ketiga komponen cinta).

Menurut Sternberg, consummate love adalah jenis cinta yang paling diharapkan ada pada pasangan yang menikah. Akan tetapi consummate love merupakan jenis cinta yang mudah untuk diraih namun sangat sulit untuk dipertahankan (Sternberg, 1987).

Terdapat beberapa penelitian mengenai cinta dan pernikahan, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Deeb (1989), Silberman (1995) dan Lewis (2011). Penelitian yang dilakukan oleh Deeb (1989) menunjukkan hasil bahwa cinta berkorelasi positif dengan kepuasan pernikahan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Silberman (1995) didapatkan hasil bahwa keintiman dan gairah merupakan prediktor dari kepuasan pernikahan, sementara komitmen berkorelasi positif dengan durasi pernikahan.

Sementara itu, dari penelitian yang dilakukan oleh Lewis (2011), didapatkan hasil bahwa ketiga komponen cinta, keintiman, gairah dan komitmen, merupakan prediktor kepuasan hubungan pada pasangan.

Komponen Cinta dalam segitiga cinta adalah sebagai berikut :

  • Komponen Intimacy

    Intimacy dijelaskan oleh Sternberg (1988) sebagai perasaan dalam suatu hubungan yang mendorong adanya kedekatan, keterikatan, dan kelekatan hingga menimbulkan rasa hangat dalam hubungan cinta. Intimacy tumbuh dari hubungan yang kuat, berulang-ulang, dan beragam antara individu yang satu dengan yang lainnya. Keintiman ini membutuhkan proses untuk tumbuh berkembang sejalan dengan berjalannya hubungan sehingga tidak dapat muncul secara langsung. Intimacy dianggap sebagai fondasi dalam cinta.

    Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sternberg dan Grajek (dalam Sterberg, 1988) diindikasikan bahwa intimacy mencakup 10 elemen, antara lain:

    1. Keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan orang yang dicintai
    2. Mengalami kebahagiaan dengan orang yang dicintai
    3. Menjunjung tinggi orang yang dicintai
    4. Dapat mengandalkan seseorang yang dicintai pada saat dibutuhkan
    5. Saling pengertian dengan orang yang dicintai
    6. Berbagi berbagai hal dengan orang yang dicintai, seperti keadaan diri dan harta
    7. Menerima dukungan emosional dari orang yang dicintai
    8. Memberi dukungan emosional untuk orang yang dicintai
    9. Menjalin komunikasi yang intim dengan orang yang dicintai
    10. Menghargai orang yang dicintai dalam kehidupannya
  • Komponen Passion

    Komponen passion mengacu pada dorongan yang mengarah ke percintaan, ketertarikan fisik, hubungan seksual, dan fenomena yang terkait dalam hubungan percintaan. Passion merupakan komponen motivasional dan bersifat candu pada individu. Komponen inilah yang menjadi motivator bagi individu untuk dapat terus berada bersama pasangannya. Komponen ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan intimacy. Kedua komponen ini saling bergantian muncul terlebih dahulu dalam suatu hubungan percintaan.

  • Komponen Commitment

    Komitmen dalam The Triangular Theory of Love merupakan komponen kognitif yang secara sederhana dapat dijelaskan sebagai keputusan untuk mencintai dan mempertahankan hubungan percintaan. Komponen ini memiliki dua aspek, yaitu aspek jangka pendek dan aspek jangka panjang. Pada aspek jangka pendek, mengandung arti bahwa seseorang memutuskan untuk mencintai orang lain. Sedangkan aspek jangka panjang merupakan komitmen utuk mempertahankan cinta tersebut. Kedua aspek ini tidak selalu sejalan karena jika seseorang memutuskan untuk mencintai orang lain, bukan berarti harus mengembangkan dan memelihara cinta tersebut.