Apa yang dimaksud dengan Teori Reader Response Criticism?

Responscriticism

Teori Reader Response Criticism atau Teori Kritik Tanggapan-Pembaca adalah teori sastra yang berfokus pada pembaca (atau “penonton”) dan pengalaman mereka tentang karya sastra, berbeda dengan teori lain yang memusatkan perhatian terutama pada penulis atau konten dan bentuk dari sastra tersebut.

Apa yang dimaksud dengan Teori Reader Response Criticism ?

Reader response atau reader response criticism merupakan sebuah teori yang di kembangkan oleh berbagai macam ahli dan kritikus sastra. Teori ini mempunyai berbagai macam makna tergantung pada orang yang mengembangkannya. Meskipun demikian secara umum teori ini menawarkan sebuah teori tentang bagaimana mendapatkan makna dari sebuah text oleh pembaca, serta bagaimana pembaca menginterpretasikan text tersebut.

Dalam teori ini hubungan antara pembaca dengan text sangat penting – karena text tanpa pembaca akan tidak berarti atau dalam kata lain text tidak ada tanpa pembaca. Sebuah text tidak akan hidup tanpa pembaca. Banyak yang miss interpretasi mengenai teori reader response. Banyak yang mengatakan bahwa teori ini memberikan jalan bagi berbagai macam (semua) interpretasi akan text. Meskipun interpretasi dalam teori ini sangat dibuka lebar dibandingkan pada teori formalis dan strukturalis, bukan berarti setiap interpretasi itu valid.

Pendekatan reader-oriented berkembang pada 1960-an sebagai reaksi atas dominasi pendekatan text-oriented, seperti new critism. Pendekatan reader-oriented ini dinamakan dengan teori resepsi, reader response atau aesthetic response. Dalam penggunaan, ketiga istilah tersebut hampir bersinonim (Klarer, 2004).

Akan tetapi, Adi (2011) membedakan istilah pendekatan reader response dengan pendekatan resepsi. Pendekatan reader response menitikberatkan pada pembentukan estetika dalam sebuah teks, sedangkan pendekatan resepsi lebih berfokus pada dampak yang timbul, senang tidaknya pembaca, dan latar belakang penilaian pembaca. Dengan kata lain, resepsi merupakan reader judgment.

Namun demikian, hakikatnya pendekatan reader response dan resepsi sama-sama mengacu pada keterlibatan pembaca dalam membangun sebuah makna pada suatu teks. Pendekatan reader response memiliki cakupan yang lebih luas dari resepsi karena tidak hanya membicarakan penerimaan pembaca, melainkan juga melibatkan interpretasi pembaca.

Pendekatan ini dapat “disandingkan” dengan beberapa pendekatan lainnya, seperti psikoanalisis, kritik feminis, kritik struturalis, dan lain sebagainya. Misalnya, apabila dalam kajian psikoanalisis, dilakukan penelitian mengenai motif psikologis pada beberapa jenis interpretasi teks sastra, maka itu merupakan salah satu bentuk kritik reader response (Tyson, 2006).

Tokoh Teori Pokok Pendekatan Reader Response

Beberapa Tokoh teori pokok pendekatan Reader Response antara lain :

  1. Hans Robert Jauss

    Tanggapan seorang pembaca tentu akan berbeda satu sama lain. Perbedaan tanggapan itulah yang disebut oleh Hans-Robert Jauss sebagai horizon of expectation (horizon harapan) dari pembaca tersebut. Pradopo (2007) menyatakan bahwa horizon harapan adalah harapan-harapan pembaca sebelum membaca sebuah karya sastra. Horizon harapan seseorang ditentukan oleh tingkat pendidikan, pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan dalam menanggapi sebuah karya sastra.

    Horizon harapan (horizon of expectation) ditentukan oleh :

    • Norma-norma umum yang keluar dalam teks;
    • Pengetahuan dan pengalaman pada teks yang sudah dibaca sebelumnya;
    • Kontradiksi antara fiksi dengan kenyataan.
  2. Wolfgang Iser

    Wolfgang Iser memperkenalkan konsep efek (wirkung), yakni cara sebuah karya mengarahkan reaksi pembaca terhadapnya. Dalam suatu karya sastra, terdapat kesenjangan antara teks dan pembaca. Di sanalah, terjadi kekosongan atau tempat terbuka (open plak) yang kemudian diisi oleh pembaca. Respon pembaca yang mengisi tempat terbuka tersebut bersifat berbeda-beda satu sama lain.

    Menurut Iser, sebagaimana dikutip Adi (2011), karya sastra memiliki dua kutub, yaitu kutub artistik dan estetik. Kutub artistik merupakan teks penulis, sedangkan kutub estetik adalah realisasi yang dicapai oleh pembaca.

  3. Norman Holland

    Pemikiran Norman Holland berawal dari kajiannya terhadap karya sastra dengan pendekatan psikoanalisis. Di dalamnya, Holland juga berbicara mengenai proses pembacaan. Sebagaimana dikutip Adi (2011), Holland berargumentasi bahwa setiap pembaca memasukkan fantasinya dalam teks dan memodifikasinya dengan mekanisme pertahanan (defense mechanism).

    Holland meyakini bahwa motif pembaca sangat memengaruhi cara mereka membaca. Metode Holland disebut juga metode analisis transaktif karena ia percaya bahwa proses membaca mencakup transaksi antara pembaca dan teks asli (Tyson, 2006).

    Holland juga berpendapat bahwa di dalam pikiran setiap individu terdapat identity theme, yaitu pembaca memiliki gaya tertentu dalam kehidupan dan pembacaannya. Tanda-tanda, komunitas pembaca, dan gaya membaca yang bervariasi itulah yang membangun sebuah reader response (Tyson, 2006: 183).

Pembaca dalam Pendekatan Reader Response

Dalam pendekatan reader response, dikenal beberapa istilah pembaca. Pembaca yang dimaksud adalah sebagai berikut:

  1. Pembaca biasa, yaitu pembaca dalam arti sesungguhnya. Pembaca biasa adalah orang yang membaca suatu karya sastra sebagai karya biasa, bukan dengan tujuan penelitian.

  2. Pembaca ideal, yaitu pembaca yang membaca karya sastra sebagai bahan penelitian.

  3. Pembaca implisit, yaitu peranan bacaan yang terletak di dalam teks itu sendiri, yakni keseluruhan petunjuk tekstual bagi pembaca sebenarnya.

  4. Pembaca eksplisit, yaitu dapat pembaca yang dapat disebut juga pembaca fiktif, imajiner, atau imanen.

  5. Pembaca terinformasi (informed readers), yaitu pembaca yang memiliki kemampuan literasi yang cukup.