Apa yang dimaksud dengan Teori Psikoanalisis?

Psikoanalisis

Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia.

Pada mulanya istilah psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja, sehingga “psikoanalisis” dan “psikoanalisis” Freud sama artinya. Bila beberapa pengikut Freud dikemudian hari menyimpang dari ajarannya dan menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka juga meninggalkan istilah psikoanalisis dan memilih suatu nama baru untuk menunjukan ajaran mereka.

Contoh yang terkenal adalah Carl Gustav Jung dan Alfred Adler, yang menciptakan nama “psikologi analitis” (bahasa Inggris: analitycal psychology) dan “psikologi individual” (bahasa Inggris: individual psychology) bagi ajaran masing-masing.

Psikoanalisis memiliki tiga penerapan :

  • suatu metode penelitian dari pikiran.
  • suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia.
  • suatu metode perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional.

Teori Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis dapat dipandang sebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi. Sebagai aliran psikologi, psikoanalisis banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur, dinamika, dan perkembangannya.

Struktur Kepribadian

Menurut Freud (Alwisol, 2005), kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur tersebut. Baru pada tahun 1923, Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya (Awisol, 2005).

Freud berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 unsur, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich (dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan the Id, the Ego, dan the Super Ego), yang masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri. Ketiga unsur kepribadian tersebut dengan berbagai dimensinya disajikan dalam tabel berikut.

NO. UNSUR DIMENSI DAS ES ( the Id ) DAS ICH ( the Ego ) DAS UEBER ICH ( the Super Ego )
1. ASAL pembawaan hasil interaksi dengan lingkungan Hasil internalisasi nilai-nilai dari figur yang berpengaruh
2. ASPEK biologis psikologis sosiologis
3. FUNGSI mempertahankan konstansi mengarahkan individu pada realitas 1) Sebagai pengen- dali Das Es. 2) Mengarahkan das Es das Ich pada perilaku yang lebih bermoral.
4. PRINSIP OPERASI pleasure principle reality principle morality principle
5. PERLENGKAPAN 1) refleks 2) proses primer proses sekunder 1) conscientia 2) Ich ideal

Dinamika Kepribadian

Distribusi energi

Dinamika kepribadian, menurut Freud, adalah bagaimana energi psikis didistribusikan dan dipergunakan oleh das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Freud menyatakan bahwa enerji yang ada pada individu berasal dari sumber yang sama yaitu makanan yang dikonsumsi.

Bahwa energi manusia dibedakan hanya dari penggunaannya, energi untuk aktivitas fisik disebut energi fisik, dan energi yang dunakan untuk aktivitas psikis disebut energi psikis.

Freud menyatkan bahwa pada mulanya yang memiliki energi hanyalah das Es saja. Melalui mekanisme yang oleh Freud disebut identifikasi, energi tersebut diberikan oleh das Es kepada das Ich dan das Ueber Ich.

Mekanisme perpindahan energi psikis dari das Es ke das Ich dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut.


Gambar perpindahan energi psikis dari das Es ke das Ich

Mekanisme pertahanan ego

Menurut Freud, mekanisme pertahanan ego (ego defence mechanism) sebagai strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorngan das Es maupun untuk menghadapi tekanan das Uber Ich atas das Ich, dengan tujuan kecemasan yang dialami individu dapat dikurangi atau diredakan (Koeswara, 1991).

Freud menyatakan bahwa mekanisme pertahanan ego itu adalah mekanisme yang rumit dan banyak macamnya. Berikut adalah 7 macam mekanisme pertahanan ego yang menurut Freud umum dijumpai (Koeswara, 2001):

  1. Represi, yaitu mekanisme yang dilakukan ego untuk meredakan kecemasan dengan cara menekan dorongan-dorongan yang menjadi penyebab kecemasan tersebut ke dalam ketidak sadaran.
  2. Sublimasi, adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitif das Es yang menjadi penyebab kecemasan ke dalam bentuk tingkah laku yang bisa diterima, dan bahkan dihargai oleh masyarakat.
  3. Proyeksi, adalah pengalihan dorongan, sikap, atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan kepada orang lain.
  4. Displacement, adalah pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan kepada objek atau individu yang kurang berbahaya dibanding individu semula.
  5. Rasionalisasi, menunjuk kepada upaya individu memutarbalikkan kenyataan, dalam hal ini kenyataan yang mengamcam ego, melalui dalih tertentu yang seakan-akan masuk akal. Rasionalissasi sering dibedakan menjadi dua: sour grape technique dan sweet orange technique.
  6. Pembentukan reaksi, adalah upaya mengatasi kecemasan karena individu memiliki dorongan yang bertentangan dengan norma, dengan cara berbuat sebaliknya.
  7. Regresi, adalah upaya mengatasi kecemasan dengan bertingkah laku yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Perkembangan Kepribadian

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian Perkembangan kepribadian individu menurut Freud, dipengauhi oleh kematangan dan cara-cara individu mengatasi ketegangan.

Menurut Freud, kematangan adalah pengaruh asli dari dalam diri manusia.

Ketegangan dapat timbul karena adanya frustrasi, konflik, dan ancaman. Upaya mengatasi ketegangan ini dilakukan individu dengan: identifikasi, sublimasi, dan mekanisme pertahanan ego.

Tahap-tahap perkembangan kepribadian

Menurut Freud, kepribadian individu telah terbentuk pada akhir tahun ke lima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu. Selanjutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung melalui 5 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif terhadap rangsangan.

Kelima fase perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut (Sumadi Suryabrata, 2005).

  1. Fase oral (oral stage): 0 sampai kira-kira 18 bulan.
    Bagian tubuh yang sensitif terhadap rangsangan adalah mulut.
  2. Fase anal (anal stage) : kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun.
    Pada fase ini bagian tubuh yang sensitif adalah anus.
  3. Fase falis (phallic stage) : kira-kira usia 3 sampai 6 tahun. Bagian tubuh yang sensitif pada fase falis adalah alat kelamin.
  4. Fase laten (latency stage) : kira-kira usia 6 sampai pubertas Pada fase ini dorongan seks cenderung bersifat laten atau tertekan.
  5. Fase genital (genital stage) : terjadi sejak individu memasuki pubertas dan selanjutnya. Pada masa ini individu telah mengalami kematangan pada organ reproduksi.

Sumber : Drs. Kuntjojo, M.Pd, “Psikologi Kepribadian”

Pokok-pokok Teori Carl Gustav Jung

Salah satu penggagas teori psikologi analitis yang terkenal adalah Carl Gustav Jung. berikut penjelasan dari teori Carl Gustav Jung.

Struktur kepribadian

Kepribadian atau psyche (istilah yang dipakai Jung untuk kepribadian) tersusun dari sejumlah sistem yang beroperasi dalam tiga tingkat kesadaran :

  • ego beroperasi pada tingkat sadar,
  • kompleks beroperasi pada tingkat tak sadar pribadi, dan
  • arsetip beroperasi pada tingkat tak sadar kolektif.

Disamping sistem-sistem yang terkait dengan daerah operasinya masing-masing, terdapat sikap jiwa (introvert dan ekstravert) dan fungsi jiwa (pikiran, perasaan, pengidraan, dan intuisi).

  1. Sikap jiwa, adalah arah enerji psikis (libido) yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Sikap jiwa dibedakan menjadi :
    • Sikap ekstrovert
      • libido mengalir keluar
      • minatnya terhadap situasi sosial kuat
      • suka bergaul, ramah, dan cepat menyesuaikan diri
      • dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain berkipun ada masalah.
    • Sikap introvert
      • libido mengalir ke dalam, terpusat pada faktor-faktor subjektif
      • cenderung menarik diri dari lingkungan
      • lemah dalam penyesuaian sosial
      • lebih menyukai kegiatan dalam rumah
  1. Fungsi jiwa, adalah suatu bentuk aktivitas kjiwaan yang secara teoritis tetap meskipun lingkungannya berbeda-beda. Fungsi jiwa dibedakan menjadi dua ;
    • Fungsi jiwa rasional, adalah fungsi jiwa yang bekerja dengan penilaian dan terdiri dari :
      • pikiran : menilai benar atau salah
      • perasaan : menilai menyenangkan atau tak menyenangkan
    • Fungsi jiwa yang irasional, bekerja tanpa penilaian dan terdiri dari :
      • pengideraan : sadar indrawi
      • intuisi : tak sadar naluriah

Menurut Jung pada dasarnya setiap individu memiliki keempat fungsi jiwa tersebut, tetapi biasanya hanya salah satu fungsi saja yang berkembang atau dominan. Fungsi jiwa yang berkembang paling meonjol tersebut merupakan fungsi superior dan menentukan tipe individu yang bersangkutan.

Dinamika kepribadian

Jung menyatakan bahwa kepribadian atau psyche bersifat dinamis dengan gerak yang terus-menerus. Dinamika psyche tersebut disebabkan oleh enerji psikis yang oleh Jung disebut libido. Dalam dinamika psyche terdapat prinsip-prinsip sebagai berikut (Alwisol, 2005 : 65).

  1. Prinsip oposisi
    Berbagai sistem, sikap, dan fungsi kepribadian saling berinteraksi dengan tiga cara, yaitu : saling bertentangan (oppose), saling mendukung (compensate), dan bergabung mejnadi kesatuan (synthese).

    Menurut Jung, prinsip oposisi paling sering terjadi karena kepribadian berisi berbagai kecenderungan konflik. Oposisi juga terjadi antar tipe kepribadian, ekstraversi lawan introversi, pikiran lawan perasaa, dan penginderaan lawan intuisi.

  2. Prinsip kompensasi
    Prinsip ini berfungsi untuk menjada agar kepribadian tidak mengalami gangguan. Misalnya bila sikap sadar mengalami frus-trasi, sikap tak sadar akan mengambil alih. Ketika individu tidak dapat mencapai apa yang dipilihnya, dalam tidur sikap tak sadar mengambil alih dan muncullah ekpresi mimpi.

  3. Prinsip penggabungan
    Menurut Jung, kepribadian terus-menerus berusaha menyatukan pertentangan-pertentangan yang ada agar tercapai kepribadian yang seimbang dan integral.

Perkembangan kepribadian

Carl Gustav Jung menyatakan bahwa manusia selalu maju atau mengejar kemajuan, dari taraf perkembangan yang kurang sempurna ke taraf yang lebih sempurna. Manusia juga selalu berusaha mencapai taraf diferensiasi yang lebih tinggi.

  1. Tujuan perkembangan : aktualisasi diri
    Menurut Jung, tujuan perkembangan kepribadian adalah aktuali-sasi diri, yaitu diferensiasi sempurna dan saling hubungan yang selaras antara seluruh aspek kepribadian.

  2. Jalan perkembangan : progresi dan regresi
    Dalam prose perkembangan kepribadian dapat terjadi gerak maju (progresi) atau gerak mundur (regresi). Progresi adalah terjadinya penyesuaian diri secara memuaskan oleh aku sadar baik terhadap tuntutan dunia luar mapun kebutuhan-kebutuhan alam tak sadar.
    Apabila progesi terganggu oleh sesuatu sehingga libido terha-langi untuk digunakan secara progresi maka libido membuat regresi, kembali ke fase yang telah dilewati atau masuk ke alam tak sadar.

  3. Proses individuasi
    Untuk mencapai kepribadian yang sehat dan terintegrasi secara kuat maka setiap aspek kepribadian harus mencapai taraf diferensiasi dan perkembangan yang optimal. Proses untuk sampai ke arah tersebut oleh Jung dinamakan proses individuasi atau proses penemuan diri.

Sumber : Drs. Kuntjojo, M.Pd, “Psikologi Kepribadian”

Teori Psikoanalisis dapat didefinisikan dalam dua pengertian, yaitu sebagai teori kepribadian dan sebagai suatu cara terapi. Sebagai teori kepribadian, psikoanalisis seperti dikemukan Brunner (1969) diartikan sebagai disiplin ilmu yang di mulai tahun 1900-an oleh Sigmund Freud. Teori ini berhubungan dengan fungsi dan perkembangan mental manusia. Sigmund Freud menjelaskan bahwa perkembangan mental manusia berdasarkan psikoanalisis terdiri atas struktur pikiran yang terdiri atas alam kesadaran dan alam ketidaksadaran.

Sigmund Freud menyatakan bahwa pikiran manusia lebih dipengaruhi oleh alam bawah sadar ketimbang alam sadar. Ia melukiskan bahwa pikiran manusia seperti gunung es yang sebagian besar berada di dalam, maksudnya di alam bawah sadar. Ia mengatakan kehidupan seseorang dipenuhi oleh berbagai tekanan dan konflik; untuk meredakan tekanan dan konflik tersebut manusia dengan rapat menyimpannya di alam bawah sadar. Oleh karena itu, menurut S. Freud alam bawah sadar merupakan kunci memahami perilaku seseorang (Engleton dalam Minderop, 2013). Selanjutnya S. Freud menghubungkan karya sastra dengan teori mimpi. Sastra dan mimpi dianggap memberikan keuasan secara tak langsung. Mimpi dalam sastra adalah angan-angan halus. Intinya bahwa sastra lahir dari mimpi dan fantasi.

Teori Sigmund Freund Mengenai Kepribadian

Sigmund Freud menjelaskan teori kepribadian dalam konsep psikoanalisis mengambarkan kepribadian manusia melalui tiga hal, yaitu struktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian antara lain :

  1. Struktur Kepribadian
    Kepribadian terdiri dari tiga aspek, yakni Das Es (the id), yaitu aspek biologis, DasIch (the ego), yaitu aspek psikologis, dan Das Ueber Ich (the super ego), yaitu aspek sosiologis.

    • Das Es (The Id)
      Das Es adalah aspek biologis, berisi hal-hal yang dibawa sejak lahir atau bawaan sejak lahir, termasuk di dalamnya adalah instink-instink. Das Es merupakan “reservior” energi psikis yang menggerakkan Das Ich dan Das Ueber Ich. Energi psikis di dalam das Es dapat meningkat karena ada rangsangan dari luar maupun dari dalam. Bila energi ini meningkat, maka akan menimbulkan tegangan dan menimbulkan pengalaman tidak enak atau tidak menyenangkan. Hal ini tidak bisa dibiarkan, maka das Es mereduksi energi ini untuk menghilangkan rasa tidak enak. Jadi, yang menjadi pedoman dalam berfungsinya das Es ialah menghindarkan diri dari ketidakenakan menjadi keenakan. Untuk menghilangkan ketidakenakan menjadi keenakan itu das Es melalui dua proses, yaitu:

      • refleks dan reaksi-reaksi otomatis, seperti bersin, kedip mata, dan sebagainya.
      • proses primer. seperti orang lapar yang membayangkan makanan enak-enak, dan sebagainya (Suryabrata, 2012).
    • Das Ich (The Ego) Das Ich adalah aspek psikologis kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan atau realita. Orang yang lapar mesti perlu makan untuk menghilangkan tegangan yang tidak ada di dalam dirinya. Hal ini berarti bahwa organisme harus dapat membedakan antar khayalan tentang makanan dan kenyataan tentang makanan. Di sinilah letak perbedaan yang pokok antara das Es dengan das Ich, kalau das Es hanya mengenal dalam dunia batin( dunia subyektif)sedangkan das Ich berpegang pada prinsip realitas yang behubungan dengan dunia luar (Suryabrata, 2012).

      Ego adalah perasaan tentang “aku” atau “identias diri” yang merupakan pusat dari kepribadian. Erikson mendefinisikan ego adalah suatu kekuatan positif, yaitu kekuatan yang membentuk identitas diri dan juga beradaptasi dengan berbagai konflik dan krisis kehidupan. Ego juga sebagai kapasitas seseorang untuk mempersatukan pengalaman-pengalamannya dan tindakan-tindakan dalam cara yang adaptif. Selanjutnya ego sebagai agen pengatur yang sebagiannya tak sadar yang meyatukan pengalaman-pengalaman sekarang dengan diri-diri masa lampau dan juga dengan diri-diri yang diharapkan (Semiun, 2012).

      Das Ich ( the ego) bagian jiwa yang berhubungan dengan dunia luar, dan menjadi bagian dari kepribadian yang mengambil keputusan (eksekutif kepribadian). Jadi, ego akan menjadi pengontrol pintu ke arah tindakan, memilih lingkungan mana yang akan direspons dan mengambil keputusan dari insting-insting mereka. Ego menjalankan prinsip realitas dengan cara proses sekunder. Tujuan ‘realitatsprinzip’ adalah mencari obyek yang tepat untuk mereduksi tegangan yang timbul dalam organisme. Dengan menggunakan proses sekunder ini ego dapat merencanakan untuk pemuasan kebutuhan dengan diujikan melalui tindakan, agar mengetahui apakah rencana tersebut berhasil atau tidak (Suryabrata, 2012).

    • Das Ueber Ich (The Super Ego) Das Ueber Ich adalah aspek sosiologi kepribadian, merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya, yang diajarkan atau dimasukkan dengan berbagai perintah dan larangan. Super ego merupakan kesempurnaan dari kesenangan, karena dapat dianggap sebagai aspek moral kepribadian. Fungsinya adalah menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak, dan dengan demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat ( Suryabrata, 2012).

  2. Dinamika Kepribadian Freud sangat terpengaruh oleh filsafat determinisme dan positifisme abad XIX dan menganggap organisme manusia sebagai suatu kompleks sistem energi yang memperoleh energinya dari makanan serta menggunakannya untuk bermacam-macam hal seperti, sirkulasi pernafasan, gerakan otot-otot, mengamati, mengingat, berpikir, dan sebagainya.

  3. Perkembangan Kepribadian
    Kepribadian itu berkembang hubungan dengan empat macam sumber tegangan pokok, yaitu:

    • proses pertumbuhan fisologis,

    • frustasi,

    • konflik, dan

    • ancaman.

      Sebagai akibat dari meningkatnya tegangan keempat sumber itu, maka orang harus belajar cara-cara yang baru untuk mereduksi tegangan. Belajar mempergunakan cara-cara baru dalam mereduksi tegangan inilah yang disebut dengan perkembangan kepribadian. Identifikasi dan pemindahan objek adalah cara-cara atau metode-metode yang dipergunakan oleh individu untuk mengatasi frustasi, konflik, dan kecemasan-kecemasannya.

Psikoanalisis adalah disiplin ilmu yang dimulai sekitar tahun 1900-an oleh Sigmund Freud. Teori psikoanalisis berhubungan dengan fungsi dan perkembangan mental manusia. Ilmu ini merupakan bagian dari psikologi yang memberikan kontribusi besar dan dibuat untuk psikologi manusia selama ini (Minderop, 2013). Penemuan psikoanalisis telah memperkenalkan Freud menjadi seorang yang berpengaruh dalam zamannya. Istilah psikoanalisis sendiri muncul pada tahun 1896.

Sigmund Freud tidak memberikan penjelasan pada teori psikoanalisisnya karena penjelasan dari Freud selalu berubah-ubah. Tahun 1923, dalam sebuah jurnal di Jerman, dia menjelaskan pengertian dari psikoanalisis, yaitu :

  1. Pertama, istilah ini digunakan untuk menunjukkan satu metode penelitian terhadap proses-proses psikis (seperti mimpi) yang selama ini tidak bisa terjangkau secara ilmiah.

  2. Kedua, psikoanalisis juga digunakan sebagai satu metode untuk menyembuhkan gangguan-gangguan psikis yang diakibatkan oleh pasien neurosis.

  3. Ketiga, istilah ini dipakai untuk menunjukkan seluruh pengetahuan psikologis yang diperoleh melalui metode dan teknik yang telah dilakukan. Psikoanalisis memusatkan perhatiannya pada satu konsep, yakni ketidaksadaran (Susanto, 2012).

Hal tersebut semakin diperjelas oleh Hall & Lindzey (1993), yang menyebutkan bahwa dalam daerah ketidaksadaran yang sangat luas ini ditemukan dorongan-dorongan, nafsu-nafsu, ide-ide dan perasaan-perasaan yang ditekan, suatu dunia bawah yang besar berisi kekuatan-kekuatan vital dan tidak kasat mata yang melaksanakan kontrol penting atas pikiran-pikiran dan perbuatan-perbuatan sadar individu.

Psikoanalisis diartikan sebagai sebuah teori psikologi dan teknik terapi. Gagasan pokok pada psikoanalisis adalah meyakini bahwa semua orang memiliki pikiran, perasaan, kemauan, dan ingatan yang ia tidak disadari.

Ketika membawa isi alam bawah sadar ke dalam kesadaran, orang kemudian dapat mengalami katarsis dan mendapatkan wawasan tentang keadaan pikiran mereka saat ini.

Psikoanalisis adalah metode menganalisis fenomena psikis dan mengobati gangguan emosional yang melibatkan sesi perawatan di mana pasien didorong untuk berbicara secara bebas tentang pengalaman pribadi dan terutama tentang anak usia dini dan mimpi

Awalnya istilah psikoanalisis hanya dipergunakan jika hubungan dengan Freud saja, sehingga “psikoanalisis” dan “psikoanalisis Freud” tidak ada bedanya

Psikoanalisis mempunyai banyak orientasi teoretis yang membahas mengenai pemahaman aktivitas mental manusia dan perkembangan manusia. Adapun pendekatan dalam perlakuan yang disebut “psikoanalitis” berbeda-beda seperti teori – teori pada umumnya. Psikoanalisis Freudian , baik teori maupun terapi berdasarkan ide-ide Freud telah menjadi Landasan bagi terapi-terapi modern dan menjadi salah satu aliran terbesar pada bidang Psikologi.

Psikoanalisa dikenal adanya tiga aspek yaitu psikoanalisa sebagai teori kepribadian, psikoanalisa sebagai teknik evaluasi kepribadian dan psikoanalisa sebagai teknik terapi (penyembuhan).

Psikoanalisa Sebagai Teori Kepribadian

a. Struktur kepribadian

Menurut Freud kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek yaitu: id (aspek biologis), ego (aspek psikologis) dan superego (aspek sosiologis). Untuk mempelajari dan memahami sistem kepribadian manusia, Freud berusaha mengembangkan model kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan antara satu dengan yang lainnya. Konflik dasar ketiga sistem kepribadian tersebut dapat menciptakan energi psikis individu dan memiliki sistem kerja, sifat serta fungsi yang berbeda. Meskipun demikian antara satu dengan yang lainnya merupakan satu tim yang saling bekerja sama dalam mempengaruhi perilaku manusia.

Id merupakan lapisan psikis yang paling dasariah, kawasan eros dan thanos berkuasa. Dalam id terdapat naluri-naluri bawaan biologis (seksual dan agresif, tidak ada pertimbangan akal atau etika dan yang menjadi pertimbangan kesenangan) serta keinginankeinginan yang direpresi. Hidup psikis janin sebelum lahir dan bayi yang baru dilahirkan terdiri dari id saja. Jadi id sebagai bawaan waktu lahir merupakan bahan dasar bagi pembentukan hidup psikis lebih lanjut.

Sedangkan naluri id merupakan prinsip kehidupan yang asli atau pertama, yang oleh Freud dinamakan prinsip kesenangan, yang tujuannya adalah untuk membebaskan seseorang dari ketegangan atau mengurangi jumlah ketegangan sehinga menjadi lebih sedikit dan untuk menekannya sehingga sedapat mungkin menjadi tetap. Ketegangan dirasakan sebagai penderitaan atau kegerahan sedangkan pertolongan dari ketegangan dirasakan sebagai kesenangan.

Id tidak diperintahkan oleh hukum akal atau logika dan tidak memiliki nilai etika ataupun akhlak. Id hanya didorong oleh satu pertimbangan yaitu mencapai kepuasan bagi keinginan nalurinya, sesuai dengan prinsip kesenangan.

Menurut Freud ada dua cara yang dilakukan oleh id dalam memenuhi kebutuhannya untuk meredakan ketegangan yang timbul yaitu melalui reflek seperti berkedip dan melalui proses primer seperti membayangkan makanan pada saat lapar. Sudah pasti dengan membayangkan saja kebutuhan kita tidak akan terpenuhi melainkan hanya membantu meredekan ketegangan dalam diri kita. Agar tidak terjadi konflek maka dari itu diperlukan sistem lain yang dapat merealisasikan imajinasi itu menjadi kenyataan sistem tersebut adalah ego.

Ego adalah sistem kepribadian yang didominasi kesadaran yang terbentuk sebagai pengaruh individu kepada dunia obyek dari kenyataan dan menjalankan fungsinya berdasarkan pada prinsip kenyataan berarti apa yang ada. Jadi ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun proses yang dimiliki dan dijalankan ego sehubungan dengan upaya menawarkan dengan kebutuhan atau mengurangi ketegangan.

Ego merupakan pelaksanaan dari kepribadian, yang mengontrol dan memerintahkan id dan superego serta memelihara hubungan dengan dunia luar untuk kepentingan seluruh kepribadian yang keperluannya luas. Jika ego melakukan faal pelaksanaannya dengan bijaksana akan terdapat keharmonisan dan keselarasan. Kalau ego mengarah atau menyerahkan kekususannya terlalu banyak kepada id, kepada superego ataupun kepada dunia luar akan terjadi kejanggalan dan kesadarannya pun tidak teratur.

Selain itu ego juga merupakan hasil dari tindakan saling mempengaruhi lingkungan garis perkembangan idividu yang ditetapkan oleh keturunan dan dibimbing oleh proses-proses pertumbuhan yang wajar. Ini berarti bahwa setiap orang memiliki potensi pembawaan untuk berpikir dan menggunakan akalnya.39 Sehingga dapat dikatakan bahwaa kebanyakaan ego bekerja di bidang kesadaran, terkadang juga pada alam ketidaksadaran dan melindungi individu dari gangguan kecemasan yang disebabkan oleh tuntutan id dan superego.

Superego merupakan sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai moral bersifat evaluatif (memberikanbatasan baik dan buruk). Menurut Freud superego merupakan internalisasi idividu tentang nilai masyarakat, karena pada bagian ini terdapat nilai moral yang memberiakan batasan baik dan buruk. Dengan kata lain superego dianggap pula sebagai moral kepribadian. Adapun fungsi pokok dari superego jika dilihat dari hubungan dengan ketiga aspek kepribadian adalah merintangi impuls-impuls ego terutama impuls-impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat dan mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralistis daripada yang realistis serta mengejar kesempurnaan yang diserap individu dari lingkungannya. Sedangkan dalam superego yang bersifat ideal, Freud membaginya kedalam dua kumpulan yaitu suara hati (cansience) dan ego ideal. Kata hati didapat melalui hukuman oleh orang tua, sedangkan ego ideal dipelajari melalui penggunaan penghargaan. Superego dapat obyektif dan lingkungan proses rohaniah yang lebih tinggi maka superego dapat dianggap sebagai hasil sosialisasi dengan adat tradisi kebudayaan. Superego dalam peranannya sebagai penguasa dari dalam dirinya kemudian mengambil tindakan serangan terhadap ego. Setiap kali ego mengandung pikiran untuk memusuhi atau membrontak terhadap seorang yang berkuasa di luar. Oleh karena itu ego merupakan agen dari penghidupan superego dengan jalan berusaha untuk menghancurkan ego mempunyai tujuan yang sama dengan keinginan mati yang semula dalam id. Itulah sebabnya maka superego dikatakan menjadi agen dari naluri-naluri kematian.

b. Dinamika kepribadian

Freud sangat terpengaruh oleh filsafat determinisme dan positivisme abad XIX dan menganggap organisme manusia sebagai suatu kompleks sistem energi, yang memperoleh energinya dari makanan serta mempergunakannya untuk bermacam-macam hal: sirkulasi, pernafasan, gerakan otot-otot, mengamati, mengingat, berpikir dan sebagainya. Sebagaimana ahli-ahli ilmu alam abad XIX yang mendefinisikan energi berdasarkan lapangan kerjanya, maka Freud menamakan energi dalam psike ini “energi psikis”. Menurut hukum “penyimpangan tenaga” maka energi dapat berpindah dari satu tempat ketempat lain, tetapi tidak dapat hilang. Berdasarkan pemikiran itu Freud berpendapat, bahwa energi psikis dapat dipindahkan keenergi pisioligis dan sebalikya. Jembatan antara energi tubuh dengan kepribadian ialah id dengan instink-instingnya.