Apa yang dimaksud dengan Teori Motivasi Prestasi (D. McClelland)?

image

Mc.Clelland’s Achievment Motivation Theory atau Teori Motivasi Prestasi McClelland mengemukakan bahwa individu mempunyai cadangan energi potensial, bagaimana energi ini dilepaskan dan dikembangkan tergantung pada kekuatan atau dorongan motivasi individu dan situasi serta peluang yang tersedia.

Teori ini memfokuskan pada tiga kebutuhan yaitu kebutuhan akan prestasi (achiefment), kebutuhan kekuasaan (power), dan kebutuhan afiliasi.

Apa yang dimaksud dengan Teori Motivasi Prestasi (D. McClelland) ?

David McClelland memelopori motivasi kerja berpikir, mengembangkan pencapaian berbasis teori dan model motivasi, dan dipromosikan dalam perbaikan metode penilaian karyawan, serta advokasi berbasis kompetensi penilaian dan tes. Ide nya telah diadopsi secara luas di berbagai organisasi, dan berkaitan erat dengan Teori Dua Faktor dari Frederick Herzberg.

David McClelland dikenal menjelaskan tiga jenis motivasi, yang diidentifikasi dalam buku ”The Achieving Society”:

  1. Motivasi untuk berprestasi (n-ACH)
  2. Motivasi untuk berkuasa (n-pow)
  3. Motivasi untuk berafiliasi/bersahabat (n-affil)

Model Motivasi Prestasi McClelland

David McClelland, dalam teorinya Mc.Clelland’s Achievment Motivation Theory atau teori motivasi prestasi McClelland mengemukakan bahwa individu mempunyai cadangan energi potensial, bagaimana energi ini dilepaskan dan dikembangkan tergantung pada kekuatan atau dorongan motivasi individu dan situasi serta peluang yang tersedia.

Teori ini memfokuskan pada tiga kebutuhan yaitu kebutuhan akan prestasi (achievment), kebutuhan kekuasaan (power), dan kebutuhan afiliasi.

Model motivasi ini ditemukan diberbagai lini organisasi, baik staf maupun manajer. Beberapa karyawan memiliki karakter yang merupakan perpaduan dari model motivasi tersebut.

  • Kebutuhan akan prestasi (n-ACH)

    Kebutuhan akan prestasi merupakan dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses. Kebutuhan ini pada hirarki Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Ciri-ciri inidividu yang menunjukkan orientasi tinggi antara lain bersedia menerima resiko yang relatif tinggi, keinginan untuk mendapatkan umpan balik tentang hasil kerja mereka, keinginan mendapatkan tanggung jawab pemecahan masalah.

    n-ACH adalah motivasi untuk berprestasi , karena itu karyawan akan berusaha mencapai prestasi tertingginya, pencapaian tujuan tersebut bersifat realistis tetapi menantang, dan kemajuan dalam pekerjaan. Karyawan perlu mendapat umpan balik dari lingkungannya sebagai bentuk pengakuan terhadap prestasinya tersebut.

  • Kebutuhan akan kekuasaan (n-pow)

    Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan berperilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan ini pada teori Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. McClelland menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan sangat berhubungan dengan kebutuhan untuk mencapai suatu posisi kepemimpinan.

    n-pow adalah motivasi terhadap kekuasaan. Karyawan memiliki motivasi untuk berpengaruh terhadap lingkungannya, memiliki karakter kuat untuk memimpin dan memiliki ide-ide untuk menang. Ada juga motivasi untuk peningkatan status dan prestise pribadi.

  • Kebutuhan untuk berafiliasi atau bersahabat (n-affil)

    Kebutuhan akan Afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan akrab. Individu merefleksikan keinginan untuk mempunyai hubungan yang erat, kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial yang tinggi.

McClelland mengatakan bahwa kebanyakan orang memiliki kombinasi karakteristik tersebut, akibatnya akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam bekerja atau mengelola organisasi.

Karakteristik dan sikap motivasi prestasi ala Mcclelland:

  • Pencapaian adalah lebih penting daripada materi.
  • Mencapai tujuan atau tugas memberikan kepuasan pribadi yang lebih besar daripada menerima pujian atau pengakuan.
  • Umpan balik sangat penting, karena merupakan ukuran sukses (umpan balik yang diandalkan, kuantitatif dan faktual).

Penelitian David Mcclelland

Penelitian McClelland terhadap para usahawan menunjukkan bukti yang lebih bermakna mengenai motivasi berprestasi dibanding kelompok yang berasal dari pekerjaan lain. Artinya para usahawan mempunyai n-ach yang lebih tinggi dibanding dari profesi lain.

Kewirausahaan adalah merupakan kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumberdaya untuk mencari peluang sukses (Suryana, 2006). Kreativitas adalah kemampuan mengembangkan ide dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang (Suryana, 2006). Inovasi adalah kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan masalah dan menemukan peluang (Suryana, 2006). Ciri-ciri pokok peranan kewirausahaan (McClelland, 1961 dalam Suyanto, 1987) meliputi Perilaku kewirausahaan, yang mencakup memikul risiko yang tidak terlalu besar sebagai suatu akibat dari keahlian dan bukan karena kebetulan, kegiatan yang penuh semangat dan/atau yang berdaya cipta, tanggung jawab pribadi, serta pengetahuan tentang hasil-hasil keputusan; uang sebagai ukuran atas hasil.

Ciri lainnya, minat terhadap pekerjaan kewirausahaan sebagai suatu akibat dari martabat dan ‘sikap berisiko’ mereka. Seorang wirausaha adalah risk taker. Risk taker dimaksudkan bahwa seorang wirausaha dalam membuat keputusan perlu menghitung risiko yang akan ditanggungnya. Peranan ini dijalankan karena dia membuat keputusan dalam keadaan tidak pasti. Wirausaha mengambil risiko yang moderat, tidak terlalu tinggi (seperti penjudi), juga tidak terlalu rendah seperti orang yang pasif (Hanafi, 2003). Dari hasil penelitiannya, McClelland (1961) menyatakan bahwa dalam keadaan yang mengandung risiko yang tak terlalu besar, kinerja wirausaha akan lebih tergantung pada keahlian- atau pada prestasi - dibanding pekerjaan lain.

Seorang wirausaha untuk melakukan inovasi atau pembaharuan perlu semangat dan aktif. Mereka bisa bekerja dalam waktu yang panjang, misal 70 jam hingga 80 jam per minggu. Bukan lama waktu yang penting, namun karena semangatnya mereka tahan bekerja dalam waktu yang panjang. Bagi individu yang memiliki n-ach tinggi tidak begitu tertarik pada pengakuan masyarakat atas sukses mereka, akan tetapi mereka benar-benar memerlukan suatu cara untuk mengukur seberapa baik yang telah dilakukan.

Dari penelitiannya, McClelland menyimpulkan bahwa kepuasan prestasi berasal dari pengambilan prakarsa untuk bertindak sehingga sukses, dan bukannya dari pengakuan umum terhadap prestasi pribadi. Selain itu juga diperoleh kesimpulan bahwa orang yang memiliki n-ach tinggi tidak begitu terpengaruh oleh imbalan uang, mereka tertarik pada prestasi. Standar untuk mengukur sukses bagi wirausaha adalah jelas, misal laba, besarnya pangsa pasar atau laju pertumbuhan penjualan.

Menurut David McClelland (dalam Anoraga & Suyati, 1995) ada tiga macam motif atau kebutuhan yang relevan dengan situasi kerja, yaitu:

  1. The need for achievement (nAch), yaitu kebutuhan untuk berprestasi, untuk mencapai sukses.
  2. The need for power (nPow), kebutuhan untuk dapat memerintah orang lain.
  3. The need for affiliation (nAff), kebutuhan akan kawan, hubungan akrab antar pribadi.

Menurut Mc Clelland (dalam As’ad, 2004) ketiga kebutuhan tersebut munculnya sangat dipengaruhi oleh situasi yang sangat spesifik. Apabila individu tersebut tingkah lakunya didorong oleh tiga kebutuhan maka tingkah lakunya akan menampakkan ciri-ciri sebagai berikut:

Tingkah laku individu yang didorong oleh kebutuhan berprestasi yang tinggi akan nampak sebagai berikut:

  1. Berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara yang baru dan kreatif
  2. Mencari feed back (umpan balik) tentang perbuatannya
  3. Memilih resiko yang moderat (sedang) di dalm perbuatannya. Dengan Memilih resiko yang sedang berarti masih ada peluang untuk berprestasi yang lebih tinggi
  4. Mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatan-perbuatannya
  5. Tingkah laku individu yang didorong oleh untuk berkuasa yang tinggi akan nampak sebagai berikut:
    • Berusaha menolong orang lain walaupun pertolongan itu tidak diminta
    • Sangat aktif dalam menentukan arah kegiatan dari organisasi di mana ia berada
    • Mengumpulkan barang-barang atau menjadi anggota suatu perkumpulan yang dapat mencerminkan prestise
    • Sangat peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dari kelompok atau organisasi
  6. Tingkah laku individu yang didorong oleh kebutuhan untuk bersahabat akan nampak sebagai berikut:
    • Lebih memperhatikan segi hubungan pribadi yang ada dalam pekerjaannya, daripada segi tugas-tugas yang ada pada pekerjaan itu
    • Melakukan pekerjaannya lebih efektif apabila bekerjasama bersama orang lain dalam suasana yang lebih kooperatif
    • Mencari persetujuan atau kesepakatan dari orang lain
    • Lebih suka dengan orang lain daripada sendiri

Karyawan yang memiliki nAch tinggi lebih senang menghadapi tantangan untuk berprestasi dari pada imbalannya. Perilaku diarahkan ke tujuan dengan kesukaran menengah. Karyawan yang memiliki nPow tinggi, punya semangat kompetisi lebih pada jabatan dari pada prestasi. Ia adalah tipe seorang yang senang apabila diberi jabatan yang dapat memerintah orang lain. Sedangkan pada karyawan yang memiliki nAff tinggi, kurang kompetitif. Mereka lebih senang berkawan, kooperatif dan hubungan antar personal yang akrab. Kebutuhan-kebutuhan yang bervariasi ini akan muncul sangat dipengaruhi oleh situasi yang sangat spesifik.

Menurut McClelland, orang yang memiliki n-Ach (Kebutuhan untuk berprestasi atau need for achievement) yang tinggi mempunyai kepuasan bukan karena imbalan materi tetapi karena berhasil menyelesaikan pekerjaan dengan baik.

David Mc.Clelland mengemukakan bahwa kebutuhan untuk berprestasi pada setiap individu meliputi :

1. kebutuhan menentukan kekuasaan (Needs for power)

Sumber needs of power, antara lain :

  • Kekuasaan selera khusus, meliputi :

    • membesarkan diri sendiri,
    • meremehkan pengikut,
    • memperlakukan bawahan sebagai pion/bidak (orang rendahan),
    • mempunyai sifat mengancam.
  • Kekuasaan yang disosialisasikan, meliputi :

    • digunakan untuk kepentingan kelompok,
    • perumusan tujuan menguntungkan kelompok,
    • memberi jalan dalam memecahkan masalah untuk kebaikan bersama,
    • mendengarkan bawahan dan mencari cara terbaik untuk evaluasi,
    • sebagai katalisator.

2. Kebutuhan untuk perlindungan (Needs for affiliation)

  • Bersifat sosial dan suka berinteraksi
  • Ikut memiliki dan berpartisipasi dengan kelompok
  • Menginginkan kepercayaan lebih luas
  • Ingin memperoleh saling pengertian
  • Suka menolong dan suka persahabatan

3. Kebutuhan untuk keberhasilan (Needs for Achivement)

  • Bersemangat bila menang
  • Bertujuan yang realistic dan berani mengambil resiko
  • Bertanggung jawab pada hasil kerja
  • Bekerja untuk suatu prestasi
  • Menginginkan motivasi berupa kepuasaan, kemandirian, dan kemajuan.

Referensi : Slamet Santoso, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2010).

Motivasi Berprestasi merupakan teori yang dikembangkan oleh David McClelland (1985). Teori ini didasarkan pada teori kebutuhan Maslow, namun ia memiliki konsep tersendiri yang dirangkumnya menjadi tiga kebutuhan dan salah satunya adalah kebutuhan untuk berprestasi, yaitu need for achievement (nAch).

McClelland (1985) berpendapat bahwa Motivasi Berprestasi adalah kecenderungan individu berupaya untuk mengarahkan tingkah laku dalam pencapaian prestasi. Robert (2009) menyatakan bahwa

“need for Achievement (N-Ach) refers to an individual’s desire for significant accomplishment, mastering of skills, control, or high standards.”

Lebih lanjut, Robert (2009) menyatakan bahwa

need for achievement is the desire to accomplish difficult tasks and to meet standards of excellence.

Menurut Handoko (2003), Motivasi Berprestasi adalah dorongan yang muncul dari dalam diri individu untuk berupaya guna mencapai prestasi kerja yang tinggi. McClelland (1985) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kebutuhan yang kuat untuk berprestasi, dorongan untuk berhasil atau unggul berkaitan dengan sejauh mana individu termotivasi untuk melakukan tugasnya. Individu dengan kebutuhan untuk berprestasi yang tinggi suka bertanggung jawab untuk memecahkan masalah, mereka cenderung untuk menetapkan sasaran yang cukup sulit untuk mereka sendiri dan mengambil resiko yang sudah diperhitungkan untuk mencapai sasaran ini dan mereka sangat menghargai umpan balik tentang seberapa baik mereka bekerja. Dengan demikian mereka yang mempunyai kebutuhan berprestasi (nAch) yang tinggi cenderung termotivasi dengan situasi kerja yang penuh tantangan dan persaingan sedangkan individu dengan kebutuhan berprestasi rendah cenderung berprestasi jelek dalam situasi kerja yang sama (Stoner dkk, 1996).

Motivasi Berprestasi adalah kebutuhan yang mendorong individu melakukan suatu usaha untuk mencapai tujuan yaitu menghasilkan prestasi yang lebih baik sesuai dengan standar keunggulan. Motivasi Berprestasi ini didasarkan atas kecenderungan untuk meraih sukses dan kecenderungan untuk menghindari kegagalan. Untuk mencapai prestasi yang lebih baik, individu barusaha untuk mengatur lingkungan serta mengatasi berbagai rintangan yang ada agar dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Selanjutnya, berusaha untuk lebih baik dari pada prestasi yang berhasil diraih sebelumnya dan mengungguli prestasi orang lain.

Untuk melihat Motivasi Berprestasi, digunakan metode pengetesan dengan tes TAT (Thematic Apperception Test). Tes ini merupakan tes proyektif yang menggunakan analisa terhadap seseorang dari gambar-gambar untuk mengetahui perbedaan individual. Zarkasyi (2006) menyatakan bahwa dari penelitian yang dilakukan, kemudian dihasilkan profil individu yang memiliki kebutuhan berprestasi (nAch):

  • Individu dengan nAch tinggi memilih untuk menghindari tujuan prestasi yang mudah dan sulit. Mereka sebenarnya memilih tujuan yang moderat yang mereka pikir akan mampu mereka raih.

  • Individu dengan nAch tinggi memilih umpan balik lansung dan dapat diandalkan mengenai bagaimana mereka berprestasi.

  • Individu dengan nAch tinggi menyukai tanggung jawab pemecahan masalah.

Ciri-ciri Motivasi Berprestasi


Dalam kaitannya dengan belajar, motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan aktualisasi diri sehingga motivasi paling besar pengaruhnya pada kegiatan belajar siswa yang bertujuan untuk mencapai prestasi tinggi. Apabila tidak ada Motivasi Berprestasi dalam diri siswa, maka akan menimbulkan rasa malas dalam mengikuti proses belajar mengajar maupun mengerjakan tugas-tugas individu dari guru. Individu dengan Motivasi Berprestasi tinggi dalam belajar akan memunculkan minat yang besar dalam mengerjakan tugas, membangun sikap dan kebiasaan belajar yang sehat melalui penyusunan jadual belajar dan melaksanakannya dengan tekun.

Menurut McClelland (1985) ciri-ciri individu yang memiliki Motivasi Berprestasi tinggi yaitu:

  • Pengambilan resiko sedang. Individu memilih pencapaian prestasi dengan resiko sedang sehingga dalam pengambilan tugas individu memiliki keyakinan dapat meraih sukses dan menghindari kegagalan, serta sukses dicapai dengan cara yang inovatif.

  • Menginginkan umpan balik. Individu menyukai aktivitas yang dapat memberikan umpan balik berharga dan cepat mengenai kemajuan dalam mencapai tujuan. Dengan demikian, individu perlu memanfaatkan waktu secara efektif, baik dalam belajar maupun dalam mengerjakan tugas-tugas.

  • Puas dengan prestasi. Individu yang tingkat prestasinya tinggi menganggap bahwa menyelesaikan tugas merupakan hal yang menyenangkan secara pribadi, mereka tidak mengharapkan penghargaan material, namun memiliki pemikiran yang berorientasi pada pengharapan akan penghargaan di masa depan.

  • Totalitas terhadap tugas. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung total dan gigih dengan mengerjakan tugas, hingga dapat menyelesaikannya dengan sukses.

Menurut Ivancevich, dkk (2006), ciri-ciri individu yang memiliki Motivasi Berprestasi tinggi adalah:

  • Suka menerima tanggung jawab untuk memecahkan masalah.
  • Cenderung menetapkan pencapaian yang moderat dan cenderung mengambil resiko yang telah diperhitungkan.
  • Menginginkan umpan balik atas kinerja.

Sedangkan menurut Martaniah, individu dengan Motivasi Berprestasi tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Mempunyai aspirasi yang tingkatnya sedang, karena menurut beberapa penelitian individu yang mempunyai motif berprestasi tinggi memiliki resiko yang sedang sedangkan individu yang memiliki motif berprestasi rendah memilih tugas-tugas yang terlalu sukar dan terlalu mudah.

  • Perspektif waktunya berorientasi ke depan. Hal ini didasarkan pada penemuan bahwa individu yang mempunyai motif berprestasi tinggi mempunyai sifat dinamis yang lebih tinggi dari pada individu yang mempunyai motif berprestasi rendah. Hal ini menjadikan individu tersebut berorientasi ke depan.

  • Adanya suatu dorongan untuk menyelesaikan tugas yang belum selesai.

  • Cenderung bertindak secara inovatif dan kreatif.

  • Menyukai hal-hal baru yang penuh tantangan.

Ciri yang dikemukakan di atas merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi. Hal ini disebabkan karena tanpa memiliki ciri tersebut maka individu tidak dapat dikatakan memiliki Motivasi Berprestasi yang tinggi. Oleh sebab itu ciri yang dikemukakan di atas dapat menunjukkan bahwa individu yang memiliki Motivasi Berprestasi yang tinggi cenderung memiliki tingkat prestasi belajar yang tinggi jika dibandingkan dengan individu yang memiliki Motivasi Berprestasi yang rendah.

Para ahli teori motivasi awal mengemukakan bahwa motivasi berprestasi adalah sifat (trait) umum yang selalu ditunjukkan siswa di berbagai bidang. Sebaliknya, sebagian besar teoritikus kontemporer percaya bahwa motivasi berprestasi mungkin agak spesifik terhadap tugas dan peristiwa tertentu.

Motivasi berprestasi juga terdiri dari berbagai bentuk yang berbeda, tergantung tujuan spesifik individu. (Ormrod, 2008) Konsep motivasi berprestasi dirumuskan pertama kali oleh Henry Alexander Murray. Murray memakai istilah kebutuhan berprestasi (need for achievement) untuk motivasi berprestasi, yang dideskripsikannya sebagai hasrat atau tendensi untuk mengerjakan sesuatu yang sulit dengan secepat dan sebaik mungkin (Purwanto, 2004).

Menurut Murray (Winkle, 2004) achievement motivation (motivasi berprestasi) adalah daya penggerak untuk mencapai taraf prestasi belajar yang setinggi mungkin demi pengharapan kepada dirinya sendiri.

Mc. Clelland (1987) mengatakan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu keinginan yang ada dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut untuk berusaha mencapai suatu standar atau ukuran keunggulan. Ukuran keunggulan didapat dengan acuan prestasi orang lain, akan tetapi juga dapat dengan membandingkan prestasi yang dibuat sebelumnya.

Motivasi berprestasi juga diartikan sebagai sesuatu yang ada dan menjadi ciri dari kepribadian seseorang dan dibawa dari lahir yang kemudian ditumbuhkan dan dikembangkan melalui interaksi dengan lingkungan (Gunarsa, 2003), sedangkan menurut Santrock (2005) motivasi berprestasi adalah keinginan dan dorongan seorang individu untuk mengerjakan sesuatu dengan hasil baik, dan Parson, Hinson, & Brown (2001) menyimpulkan bahwa motivasi berprestasi merupakan penggerak untuk sukses, hasrat untuk maju, percaya pada kemampuan dan kepantasan diri.

Menurut Chaplin (2002) motivasi berprestasi adalah kecenderungan seseorang untuk mencapai kesuksesan atau memperoleh apa yang menjadi tujuan akhir yang dikehendaki, keterlibatan diri individu terhadap suatu tugas, harapan untuk berhasil dalam suatu tugas yang diberikan, serta dorongan untuk menghadapi rintangan-rintangan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan secara cepat dan tepat.

Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi berprestasi adalah keinginan dan dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang merupakan pengharapan dari dirinya sendiri sehingga memungkinkan tercapainya prestasi yang optimal.

Ciri-ciri Motivasi Berprestasi


Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi ditunjukkan dengan karakteristik atau ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri tersebut yang membedakan seseorang yang mempunyai motivasi tinggi dalam berprestasi dengan seseorang yang mempunyai motivasi rendah.
Menurut Asnawi (2002) manifestasi dari motivasi berprestasi ini terlihat dalam perilaku seperti :

  1. mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatanperbuatannya,
  2. mencari umpan balik tentang perbuatannya,
  3. memilih resiko yang moderat atau sedang dalam perbuatannya, dan
  4. berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara baru dan kreatif.

Menurut French (Syaodih, 2003) siswa yang termotivasi oleh prestasi akan bertahan lebih lama pada tugas dibandingkan siswa-siswa yang kurang tinggi dalam motivasi berprestasi, kendati mengalami kegagalan. Siswa tersebut akan menghubungkan kegagalan yang dialami dengan kurangnya usaha, bukannya dengan faktor-faktor eksternal seperti kesukaran tugas, dan keberuntungan. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menginginkan keberhasilan, dan ketika gagal akan melipatgandakan usaha yang dilakukan sehingga dapat berhasil.

Menurut Mc Clelland (1987) ciri-ciri orang yang termotivasi untuk berprestasi, yaitu :

  1. ingin selalu mencari prestasi,
  2. menyukai kompetisi,
  3. ingin selalu unggul,
  4. menyukai tantangan yang realistik,
  5. menginginkan lebih banyak umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan, dibandingkan orang yang berprestasi rendah.

Parsons, Hinson, & Brown (2001) menyimpulkan bahwa ciri-ciri orang mempunyai motivasi berprestasi antara lain adalah :

  1. mampu menetapkan tugas yang bisa dikerjakan dengan baik. Hal ini berhubungan dengan pengalaman akan keberhasilan, dimana pengalaman akan keberhasilan akan bisa meningkatkan motivasi berprestasi,

  2. menyukai tugas dengan tingkat kesulitan moderat, menyukai tugas yang bisa dikerjakan tidak berarti menyukai tugas yang mudah atau tujuan yang mudah,

  3. menyukai bantuan yang spesifik/arahan yang konkrit,

  4. mampu mengurangi ketakutan akan kegagalan.

Aspek-aspek Motivasi Berprestasi


Aspek motivasi berprestasi yang tinggi menurut Mc Clelland (1987), yaitu:

  1. Tanggung Jawab
    Individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan merasa dirinya bertanggungjawab terhadap tugas yang dikerjakannya dan akan berusaha sampai berhasil menyelesaikannya, sedangkan individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah memiliki tanggungjawab yang kurang terhadap tugas yang diberikan kepadanya dan bila mengalami kegagalan cenderung menyalahkan halhal lain di luar dirinya.

  2. Mempertimbangkan resiko pemilihan tugas
    Individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan mempertimbangkan terlebih dahulu resiko yang akan dihadapinya sebelum memulai suatu pekerjaan dan cenderung lebih menyukai permasalahan yang memiliki tingkat kesukaran sedang, menantang namun memungkinkan untuk diselesaikan. Sedangkan indvidu yang memiliki motivasi berprestasi rendah justru lebih menyukai pekerjaan yang sangat mudah sehingga akan mendatangkan keberhasilan bagi dirinya.

  3. Memperhatikan umpan balik
    Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi sangat menyukai umpan balik atas pekerjaan yang telah dilakukannya karena menganggap umpan balik tersebut sangat berguna sebagai perbaikan bagi hasil kerjanya di masa yang akan datang. Sedangkan bagi individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah tidak menyukai umpan balik karena dengan adanya umpan balik akan memperlihatkan kesalahan-kesalahan yang dilakukannya dan kesalahan tersebut akan diulang lagi pada masa yang akan datang.

  4. Kreatif dan inovatif
    Individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan mencari cara baru untuk menyelesaikan tugas seefektif dan seefisien mungkin. Individu juga tidak menyukai pekerjaan yang sama dari waktu ke waktu, sebaliknya individu yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah akan menyukai pekerjaan yang sifatnya rutinitas karena dengan begitu tidak susah memikirkan cara baru untuk menyelesainnya.

  5. Waktu penyelesaian tugas
    Individu yang memiliki berprestasi motivasi yang tinggi akan berusaha menyelesaikan tugas dalam waktu yang cepat serta tidak suka membuang waktu, sedangkan individu yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah kurang tertantang menyelesaikan tugas secepat mungkin, sehingga cenderung memakan waktu yang lama, sering menunda-nunda, dan tidak efisien.

  6. Keinginan menjadi yang terbaik
    Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi senantiasa menunjukkan hasil kerja yang sebaik-baiknya dengan tujuan agar meraih predikat terbaik dan perilaku mereka berorientasi masa depan. Sedangkan individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah beranggapan bahwa predikat terbaik bukan merupakan tujuan utama dan hal ini membuat individu tidak berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan tugasnya.

Kemudian Saimun (Handayani, 2010) mengemukakan bahwa aspek-aspek motivasi berprestasi yaitu :

  1. Motivasi belajar
    Individu yang memiliki motivasi berprestasi akan termotivasi untuk belajar, karena dengan belajar seseorang akan mendapatkan ilmu yang menjadi tujuannya dalam mewujudkaan suatu prestasi.

  2. Penghindaran kegagalan
    Bagaimana sikap dan perilaku yang diambil dalam menghindari kegagalan menunjukkan tingkat motivasi berprestasi seseorang. Penghindaran kegagalan dengan cara memanfaatkan resiko gagal dengan lebih berhati-hati dan tetap melaksanakan tugas sebaik mungkin dilakukan oleh individu dengan tingkat motivasi berprestasi yang tinggi, sebaliknya penghindaran kegagalan yang berpengaruh banyak pada menurunnya kinerja ditunjukkan oleh individu yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah.

  3. Pengharapan Keberhasilan
    Keberhasilan yang ingin diraih menjadi tujuan bagi individu dan adanya tujuan tersebut perilaku yang tercipta akan terarah pada keberhasilan yang ingin dicapai. Pengharapan akan suatu keberhasilan akan mendorong dan mengarahkan.

Sedangkan Schunk, dkk (2012) menjelaskan 4 aspek motivasi antara lain :

  1. Pilihan tugas atau minat.
    Ketika individu/siswa memiliki sebuah pilihan, tugas yang ia pilih untuk dilakukan mengindikasikan area minat/keberadaan motivasinya. Individu menunjukkan minatnya melalui tugas-tugas yang dilakukannya (atau yang dikatakannya dilakukan) di sekolah atau di luar sekolah ketika memiliki waktu luang dan ketika individu dapat memilih di antara berbagai aktivitas.

  2. Usaha (effort)
    Individu yang termotivasi untuk belajar cenderung berusaha agar berhasil, baik usaha fisik maupun mental. Usaha mental ini berhubungan dengan keefektifan diri (self efficacy).

  3. Kegigihan
    Kegigihan ini berhubungan erat dengan jumlah waktu yang digunakan untuk mengerjakan sebuah tugas. Kegigihan penting karena sebagian besar pembelajaran membutuhkan waktu dan keberhasilan mungkin tidak terjadi dengan mudah.

  4. Prestasi
    Individu yang memilih mengerjakan sebuah tugas, berusaha, dan bersikap gigih cenderung berprestasi pada level yang lebih tinggi.

Referensi

http://eprints.ums.ac.id/57321/5/BAB%20II.pdf