Apa yang dimaksud dengan Teori Modernisasi dalam Ilmu Sosiologi?

IMG-20210915-WA0002

Teori modernisasi merupakan proses transformasi dari masyarakat tradisional atau terbelakang ke masyarakat modern. Modernisasi ialah proses perubahan terhadap sistem ekonomi, sosial dan politik yang berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara dari abad ke-17 sampai ke-19 yang kemudian menyebar ke negara-negara Eropa lainnya.

Teori modernisasi diciptakan oleh kaum intelektual sosial pada pertengahan abad 20 untuk melihat bagaimana negara-negara barat terutama Amerika Utara dan Eropa Barat bisa berkembang sedemikian rupa. Negara-negara barat yang diteliti dianggap mampu menjadi negara modern setelah melalui tahapan-tahapan yang dapat diidentifikasi, meskipun saat ini perkembangannya semakin kompleks. Konteks berkembang di sini diukur dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan inovasi teknologi. Termasuk perubahan politik ke arah demokrasi dan demokratisasi. Teori ini melihat serangkaian proses yang terjadi sebagai prasyarat khusus untuk bergerak dari kondisi yang tradisional menuju modern. Proses tersebut meliputi demokrasi, urbanisasi, rasionalisasi, birokrasi, konsumsi, dan industrialisasi.

Secara praktis, proses tersebut dapat dilihat dari pembangunan infrastruktur di hampir segala bidang, sistem transportasi dan komunikasi yang mendorong masyarakat untuk semakin maju, dan dibangunnya institusi sosial seperti sekolah formal serta media massa yang merupakan komponen penting penguat sistem demokrasi. Berdasarkan aspek demografi, angka populasi di beberapa negara dapat menurun atau meningkat namun tidak signifikan. Selain itu, teori modernisasi menciptakan sistem ekonomi yang mekanismenya didasarkan pada kebutuhan pasar. Kapitalisme otomatis didorong menjadi pusatnya. Rasionalisasi sebagai bagian dari komponen modernisasi mendorong birokratisasi. Pembagian kerja harus dilakukan melaui proses birokratisasi. Teori modernisasi memandang seluruh struktur dan sistem sosial yang tidak mengalami birokratisasi artinya tidak mengalami perubahan sehingga dianggap belum modern atau bisa pula dikatakan masih tradisional. Teori modernisasi juga sering digunakan sebagai justifikasi untuk membandingkan kondisi negara-negara yang dilabeli ’berkembang’ atau ’terbelakang’ dengan negara-negara Barat yang modern.

A. Latar belakang teori modernisasi

Teori modernisasi muncul pasca Perang dunia ke II yakni ketika Amerika terancam kehilangan lawan dagang sehingga terjadi sebuah kejenuhan pasar dalam negeri, dari keterlibatan Amerika inilah negara-negara Eropa yang porak poranda setelah perang mulai bangkit dari keterpurukannya. Dalam hal ini, keterlibatan Amerika bukan hanya menolong negara-negara Eropa melainkan justru memberikan banyak keuntungan bagi Amerika itu sendiri. Pada perkembangannya kemudian, keberhasilan pembangunan yang diterapkan di negara-negara Eropa memberikan ide untuk melakukan ekspansi pasar ke negara-negara dunia ketiga dan banyak memberikan bantuan untuk pembangunannya. Namun, dalam kenyatannya keberhasilan yang pernah diterapkan di Eropa ternyata banyak mengalami kegagalan ketika diterapkan di negara dunia ketiga. Oleh sebab itu, kegagalan tersebut memberikan inspirasi terhadap tokoh sosial sehingga muncul teori modernitas. Jika dibentuk ke dalam poin-poin sebagai berikut :

• Perang Dunia II

• Kerjasama internasional melalui keuntungan komparatif antara negara dunia 1 dan negara dunia 3

• “Bantuan” negara dunia 1 kepada negara dunia 3

• Pembangunan negara dunia ke 3 yang sedang mencari pola

Terdapat dua teori besar yang mempengaruhi teori Modernisasi, yaitu teori evolusi dan teori fungsional. Asumsi teori modernisasi merupakan hasil dari konsep dari metafora teori evolusi. Menurut teori-teori evolusi, perubahan sosial bersifat linear, terus maju dan perlahan, yang membawa masyarakat berubah dari tahapan primitive menuju ke tahapan yang lebih maju. Berdasarkan asumsi tersebut, maka para toretikus perspektif modernisasi membuat kerangka teori dan tesis dengan ciri-ciri sebagai berikut:

Pertama, modernisasi merupakan proses bertahap. Teori Rostow tentang tinggal landas membedakan berbagai fase pertumbuhan ekonomi yang hendak dicapai oleh masyarakat, diawali dengan masa primitif dan sederhana menuju masyarakat menuju dan berakhir pada tatanan yang maju dan kompleks.

Kedua, modernisasi sebagai proses homogenisasi. Tidak terbantahkan bahwa proses modernisasi merupakan sebuah proses yang menuntut kesamaan dan kemiripan, dan hal ini menjadi indikator bahwa proses pembangunan dikatakan berhasil. Proses homogenisasi ini terjadi dalam beberapa tingkat, yang pertama homogenisasi internal, yaitu homogenisasi yang terjadi di dalam negara tersebut. Artinya, diantara masyarakat sudah tidak terjadi ketimpangan ekonomi dan sosial. Yang kedua adalah homogenisasi eksternal yaitu kemiripan dan kesamaan antara negara maju dan negara berkembang. Watak homogenisasi ini merupakan salah satu target para pemikir teori Modernisasi untuk melaksanakan pembangunan secara efektif.

Ketiga, modernisasi merupakan proses Eropanisasi dan Amerikanisasi atau yang lebih populer bahwa modernisasi itu sama dengan barat. Hal in terlihat bahwa keberhasilan itu merupakan sesuatu yang bersifat barat. Negara barat merupakan negara yang tak tertandingi dalam kesejahteraan ekonomi dan politik. Dan negara maju ini dijadikan mentor bagi negara berkembang. Dalam hal yang lebih nyata, kebijakan industrialisasi dan pembangunan ekonomi sepenuhnya mencontoh hal-hal yang dilakukan negara maju tanpa memperhatikan faktor budaya dan sejarah lokal negara berkembang.

Keempat, modernisasi merupakan proses yang tidak mundur. Proses modernisasi merupakan proses yang tidak bisa dihentikan ketika sudah mulaiberjalan. Dengan kata lain ketika sudah melakukan kontak dengan negara maju maka dunia ketiga tidak mampu menolak proses selanjutnya.

Kelima, modernisasi merupakan perubahan progresif. Hal ini memang diterima oleh para pemikir pembangunan, namun demikian efek samping dari proses ini merupakan suatu proses yang memakan banyak korban yang secara sosial tentu saja berbiaya mahal.

Keenam,modernisasi memerlukan waktu panjang. Karena modernisasi merupakan proses evolusioner, sehingga perubahan yang dapat dilihat juga tidak serta merta cepat. Dengan demikian, dibutuhkan waktu yang lama untuk melihat perubahan yang dialami, bahkan membutuhkan waktu antar generasi untuk melihat seluruh proses yang dijalankan modernisasi, termasuk akibat yang dialami proses modernisasi.

Jika tilikan modernisasi didasarkan atas teori fungsional, maka teori modernisasi mengandung asumsi bahwa modernisasi merupakan proses sistematik, transformasi, dan terus-menerus. Pertama, sebagai proses sistematik. Proses modernisasi merupakan proses melibatkan seluruh aspek kehidupan bernegera, termasuk industrialisasi, urbanisasi, diferensiasi, sekularisasi, sentralisasi. Dan hal ini membentuk wajah modernisasi sebagai sebuah bentuk yang teratur dibanding sebuah proses yang tidak beraturan. Kedua, sebagai proses transformasi. Proses ini memberi arti atau makna bahwa modernisasi merupakan proses yang membentuk dari sebuah kondisi tradisional menjadi modern dalam segala aspek sosial budaya. Ketiga, sebagai proses yang terus-menerus. Proses modernisasi melibatkan perubahan sosial yang terus-menerus. Sekali perubahan sosial terjadi,aspek sosial yang lain juga akan ikut terpengaruh.

B. Asumsi dan konsep utama teori modernisasi

• Ketidakberuntungan ekonomi negara dunia ke tiga disebabkan faktor dalam negara

• Faktor mentalitas “modern” menjadi dasar perubahan. (Sifat terbuka, ilmu pengetahuan, teknologi sebagian besar dari barat)

• Tradisi masyarakat sebagai faktor penghambat pembangunan

• Masyarakat menganggap menjadi asumsi yang tidak dipertanyakan lagi kebenarannya

• Sampai tahun 60 teori modernisasi sampai pada “normal science”

C. Pandangan tokoh tentang teori modernisasi

• Menurut pandangan Harrod Domar (1992) :

  • Pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya investasi dan tabungan
  • Masalah keterbelakangan karena kekurangan modal
  • Negara dunia ketiga harus mencari tambahan modal

• Menurut WW. Rostow (1960) :

Proses pembangunan masyarakat ialah proses kematangan melalui

  • Masyarakat tradisional (alam)
  • Pra kondisi lepas landas (intervensi dari luar)
  • Lepas landas (sektor pertanian dibuat komoditas)
  • Bergerak ke kedewasaan (investasi tinggi dan industri pesat)
  • Konsumsi masal tinggi

• Menurut Max weber (1971):

  • Hubungan nilai agama dan nilai ekonomi.
  • Rasionalitas

• Menurut Bert F Hoselitz (1971):

Reaksi untuk pemikiran Rostow:

Harus ada kondisi/lingkungan yang terbentuk untuk masyarakat lepas landas, yaityu faktor non ekonomi. Perubahan kelembagaan, motivasi, pendidikan

D. Kritik teori modernisasi

Teori modernisasi berkembang di banyak negara berkembang dengan tidak mempertimbangkan akar budaya lokal sebagai potensi pembangunan, oleh karena itu bersifat a-historis

E. Penerapan teori modernisasi

• Membuka investasi asing

• Pembangunan berdasarkan modal, teknologi dan ilmu pengetahuan

• Westernisasi

Referensi

Suwarsono, Alvin Y. So (1991). Perubahan Sosial dan Pembangunan di Indonesia: Teori-teori Modernisasi, Dependensi dan Sistem Alam. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. hlm. 95-204.
Hatu, R. A. (2013). Sosiologi Pembangunan. Gorontalo: Interpena.
Giddens, A. (1990). The Consequences of Modernity. Cambridge. Polity Press.