Apa yang dimaksud dengan Teori Manajemen Privasi Komunikasi (Communication Privacy Management – CPM)?

Communication privacy management (CPM), awalnya dikenal dengan “komunikasi batas manajemen” merupakan teori penelitian yang dirancang untuk mengembangkan aplikasi yang berbasis bukti pengertian dari cara orang membuat keputusan tentang mengungkapkan, dan menyembunyikan informasi pribadi.

Prinsip-prinsip Teori Manajemen Privasi Komunikasi antara lain :

  1. masyarakyat percaya bahwa mereka memiliki hak untuk mengontrol informasi pribadi mereka sendiri.
  2. masyarakyat mengendalikan informasi pribadi mereka melalui penggunaan pribadi aturan privasi.
  3. Ketika orang lain mengatakan atau memberikan akses ke seseorang informasi pribadi, mereka menjadi co-pemilik informasi tersebut.
  4. Co-pemilik informasi pribadi perlu bernegosiasi dengan pemilik pribadi untuk mengatur yang telah disetujui oleh pemilik pribadi.
  5. Ketika co-pemilik informasi pribadi tidak efektif bernegosiasi dan ikuti saling diadakan privasi aturan, maka batasan turbulensi berhasilnya.

kerahasiaan komunikasi

Teori Manajemen Privasi Komunikasi (Communication Privacy Management – CPM) dikembangkan oleh Sandra Petronio (2002). Ia menyatakan bahwa CPM adalah teori praktis yang didesain untuk menjelaskan isu-isu “keseharian” seperti yang digambarkan dalam kegiatan kita sehari-hari. Ketika kita bertemu dengan berbagai macam orang dalam kehidupan – rekan sekerja, teman sekelas, anggota keluarga, teman sekamar, dan seterusnya – kita terlibat di dalam negosiasi kompleks antara privasi dan keterbukaan. Memutuskan apa yang akan diungkapkan dan apa yang harus dirahasiakan bukanlah keputusan yang dapat langsung diambil, melainkan merupakan tindakan penyeimbangan yang berlangsung secara terus-menerus.

Kita berusaha untuk menimbang tuntutan-tuntutan situasi dengan kebutuhan kita dan orang lain yang ada disekitar kita. Privasi merupakan hal yang penting bagi kita karena hal ini memungkinkan kita untuk merasa terpisah dari orang lain. Hal ini memberikan kita perasaan bahwa kita adalah pemilik sah dari informasi mengenai diri kita. Ada risiko yang dapat muncul dari pembukaan kepada orang yang salah, membuka diri pada saat yang tidak tepat, mengatakan terlalu banyak tentang diri kita sendiri, atau berkompromi dengan orang lain. Di lain pihak, pembukaan dapat memberikan keuntungan yang besar, kita dapat meningkatkan kontrol sosial, memvalidasi perspektif kita, dan menjadi lebih intim dengan pasangan kita dalam suatu hubungan ketika kita membuka diri. Keseimbangan antara privasi dan pembukaan memiliki makna karena hal ini sangat penting terhadap cara kita mengelola hubungan-hubungan kita.

Munculnya teori manajemen privasi komunikasi ini menarik karena tiga alasan. Yang pertama, teori ini adalah pemikiran yang terkini dalam disiplin ilmu komunikasi. Munculnya teori baru memberikan gambaran akan hidupnya komunikasi sebagai bidang ilmu. Kedua, fakta bahwa CPM bertumbuh secara khusus dari fokus terhadap komunikasi. Ini bukti akan kematangan dan pertumbuhan bidang ilmu komunikasi.

Evolusi Teori Manajemen Privasi Komunikasi

Dua puluh tahun yang lalu, Petronio dan koleganya menerbitkan penelitian pada tahun 1984 & 1986 yang menggambarkan prinsip-prinsip yang kemudian akan menjadi bagian dari CPM. Dalam penelitian-penelitian ini para peneliti tertarik akan kriteria dalam pembentukan aturan dalam sistem manajemen aturan bagi pembukaan. Mereka mengamati bahwa pria dan wanita memiliki kriteria yang berbeda untuk menilai kapan harus terbuka dan kapan harus diam.

Pada tahun 1991, Petronio menerbitkan usaha pertamanya untuk mengorganisasikan semua prinsip-prinsip dari teori ini. Karyanya ini kemudian berbeda dengan konseptualisasinya yang muncul belakangan dalam dua hal. Yang pertama, teori yang memiliki batasan yang lebih sempit ditahun 1991. Pada saat itu, Petronio menyebut hal ini sebagai mikroteori karena batasannya hanya sampai pada manajemen privasi pada pasangan yang menikah. Sekarang Petronio menyebut CPM sebagai makroteori karena sekarang batasannya melingkupi berbagai macam hubungan yang lebih luas termasuk dalam kelompok dan organisasi.

Perubahan kedua ini adalah perubahan nama. Di tahun 1991, Petronio menyebut teori ini Teori Batasan Komunikasi (Communication Boundary Management). Ia menerbitkan karyanya yang lebih lengkap mengenai teori ini dalam bukunya pada tahun 2002, ia menamainya Teori Manajemen Privasi Komunikasi (Communication Privacy Management Theory). Petronio menjelaskan bahwa nama baru lebih merefleksikan fokus terhadap pembukaan pribadi.

Asumsi CPM

Teori manajemen privasi komunikasi berakar pada asumsi-asumsi mengenai bagaimana seorang individu berpikir dan berkomunikasi sekaligus asumsi-asumsi mengenai sifat dasar manusia. Yang pertama, CPM menganut aspek-aspek peraturan dan sistem metateori. Dengan adanya dasar metateoritis ini, teori ini membuat tiga asumsi mengenai sifat dasar manusia :

  • Manusia adalah pembuat keputusan
  • Manusia adalah pembuat peraturan dan pengikut peraturan.
  • Pilihan dan peraturan manusia didasarkan pada pertimbangan akan orang lain dan juga konsep diri.
  • Hidup berhubungan dicirikan oleh perubahan.
  • Kontradiksi adalah fakta mendasar pada hidup berhubungan.

Menurut Petronio manusia membuat pilihan dan peraturan mengenai apa yang harus dikatakan dan apa yang harus disimpan dari orang lain yang didasarkan pada kriteria penting di antaranya seperti budaya, gender, dan konteks. Teori CPM ini merupakan teori yang mendukung asumsi yang dimiliki teori dialektika relasional.

Teori Manajemen privasi komunikasi (CPM) tertarik untuk menjelaskan proses-proses negosiasi orang seputar pembukaan informasi privat. Teori ini tidak membatasi proses ini hanya kepada diri, tetapi memperluas mencakup banyak level pembukaan termasuk kelompok dan organisasi. Untuk mencapai tujuan ini, teori CPM mengajukan lima asumsi dasar: informasi privat, batasan privat, kontrol dan kepemilikan, sistem manajemen berdasarkan aturan, dan dialektika manajemen.

1. Informasi Privat

Asumsi yang pertama, informasi privat merujuk pada cara tradisional untuk berpikir mengenai pembukaan. Ini merupakan informasi mengenai hal-hal yang sangat berarti bagi seseorang yang sifatnya privat. Isi dari pembukaan memungkinkan kita untuk menguraikan konsep-konsep mengenai privasi dan keintiman dan mempelajari bagaimana mereka saling berhubungan.

Keintiman adalah perasaan atau keadaan seseorang secara mendalam dalam cara-cara fisik, psikologi, emosional, dan prilaku karena orang ini penting dalam kehidupan seseorang. Keintiman adalah keadaan merasa mengetahui seseorang secara mendalam dalam segala hal karena orang ini penting didalam kehidupan seseorang.

2. Batasan Privat

Asumsi yang kedua adalah batasan privat (private boundaries). CPM bergantung pada metafora batasan untuk menjelaskan bahwa terdapat garis antara bersikap publik dan bersikap privat. Ketika informasi privat dibagikan batasan disekelilingnya disebut batasan kolektif (collective boundary), dan informasi itu tidak hanya mengenai diri; informasi ini menjadi milik hubungan yang ada. Ketika informasi privat tetap disimpan oleh seorang individu dan tidak dibuka, maka batasannya disebut batasan personal (personal boundary).

3. Kontrol dan Kepemilikan

Asumsi yang ketiga berkaitan dengan kontrol dan kepemilikan. Asumsi ini bergantung pada ide bahwa orang merasa mereka memiliki informasi privat mengenai diri mereka sendiri. Sebagai pemilik informasi ini, mereka percaya bahwa mereka harus ada dalam posisi untuk mengontrol siapa saja (jika memang ada) yang boleh mengakses informasi ini.

4. Sistem Manajemen Berdasarkan Aturan

Asumsi yang keempat dari teori CPM adalah sistem manajemen berdasarkan aturan. Sistem ini adalah kerangka untuk memahami keputusan yang dibuat orang mengenai informasi privat. Sistem manajemen berdasarkan aturan memungkinkan pengelolaan pada level individual dan kolektif serta merupakan pengaturan rumit yang terdiri atas tiga proses: karateristik aturan privasi, koordinasi batasan, dan turbulensi batasan.

Asumsi ini bergantung pada tiga proses manajemen aturan privasi: karakteristik aturan privasi, koordinasi batasan, dan turbulensi batasan. Teori ini menyatakan bahwa hal-hal ini mengatur proses pengungkapan dan penutupan informasi privat.

  • Pertama, Karakteristik Aturan Privasi. Karakteristik aturan privasi adalah salah satu proses di dalam sistem manajemen aturan privasi, yang mendeskripsikan sifat dasar dari aturan privasi. Karakteristik ini memiliki dua fitur utama yaitu pengembangan aturan dan atribut.

  • Kedua, Koordinasi Batasan. Proses yang kedua yang terdapat dalam sistem manajemen berdasarkan aturan adalah koordinasi batasan (boundary coordination), yang merujuk pada bagaimana kita mengelola informasi yang dimiliki bersama.

    Pertalian batasan (boundary linkage) merujuk pada hubungan yang membentuk aliansi batasan antar individu. Kepemilikan batasan (boundary ownership) merujuk pada hak-hak dan keistimewaan yang diberikan kepada pemilik pendamping (co-owner) dari sebuah informasi privat.

    Terakhir koordinasi batasan dicapai melalui permeabilitas batasan (boundary permeability) yang merujuk pada seberapa banyak informasi dapat melalui batasan yang ada. Ketika akses terhadap suatu informasi privat ditutup, batasannya disebut sebagai batasan tebal (batasan tertutup yang memungkinkan sedikit atau tidak ada informasi yang dapat lewat, sedangkan ketika aksesnya terbuka, batasannya disebut sebagai batasan tipis (batasan terbuka yang memungkinkan semua informasi lewat).

  • Keempat, Turbulensi Batasan. Turbulensi batasan (boundary turbulence) muncul ketika aturan-aturan koordinasi batasan tidak jelas atau ketika harapan orang untuk manajemen privasi berkonflik antara satu dengan yang lainnya. Kasus yang mungkin dalam turbulensi batasan adalah bocornya suatu rahasia seseorang atau organisasi ke pihak atau orang lain.

5. Dialektika Manajemen

Asumsi yang kelima, dialektika manajemen privasi, berfokus pada ketegangan-ketegangan antara keinginan untuk mengungkapkan informasi privat dan keinginan untuk menutupinya. Tesis dasar dari teori ini didasarkan pada kesatuan dialektika, yang merujuk pada ketegangan-ketegangan yang dialami oleh orang sebagai akibat dari oposisi dan kontradiksi.

Teori Privasi Komunikasi merupakan salah satu teori penting dalam pembahas hubungan interpersonal adalah teori ‘pengelolaan privasi dalam komunikasi’ (communication privacy management theory) yang dikembangkan oleh Sandra Petronio.

Hal yang menjadi perhatian utama teori ini adalah pengelolaan ketegangan antara keinginan bersikap terbuka/memiliki keterbukaan (openness) atau bersikap tertutup (privasi), antara menjadikan diri sebagai bagian dari publik (being public) atau bersifat pribadi (being private).

Menurut Petronio, individu yang terlibat dalam suatu hubungan dengan individu lainnya akan terus-menerus mengelola garis batas atau perbatasan (boundary) dalam dirinya yaitu antara wilayah publik dan wilayah privat, antara perasaan dan pikiran yang ingin mereka bagi dengan orang lain dan antara perasaan serta pikiran yang tidak ingin mereka bagi dengan orang lain.

Terkadang perbatasan wilayah publik dan wilayah privat dapat ditembus dan dilalui, berarti informasi tertentu dapat diungkapkan kepada orang lain, namun pada saat lain garis batas tidak dapat ditembus, berarti informasi tidak bisa dibagi dengan orang lain.

Tentu saja, daya tembus perbatasan akan berubah, dan terkadang situasi tertentu akan mendorong dibuka atau ditutupnya suatu perbatasan. Menutup perbatasan akan mengarah pada kemandirian serta keamanan diri yang besar, sedangkan membuka perbatasan akan mendorong keakraban dan rasa saling berbagi yang lebih besar tetapi juga menunjukkan kelemahan pribadi yang lebih besar.

Tarik-menarik antara kebutuhan untuk berbagi informasi dan kebutuhan untuk melindungi diri sendiri ini selalu ada dalam setiap hubungan, situasi ini menuntut setiap individu untuk menegosiasikan dan mengoordinasikan perbatasan mereka. Kita semua mempunyai rasa memiliki (sense of ownership) terhadap informasi mengenai diri kita, dan kita merasa memiliki hak untuk mengontrol informasi itu. Petronio melihat proses pengambilan keputusan ini bersifat dialektik, yaitu adanya tarik-menarik antara keinginan untuk mengungkapkan atau menyampaikan informasi pribadi dengan keinginan untuk menyimpannya.

image

Petronio melihat bahwa pengelolaan perbatasan (boundary management) antara wilayah pribadi dan publik adalah suatu proses yang menggunakan aturan. Dalam hal ini aturan yang dibuat dalam mengelola perbatasan memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Aturan Dibuat Berdasarkan Hasil Negosiasi

Pengelolaan perbatasan bukanlah keputusan individual (“saya katakan atau saya tidak katakan?”), tetapi suatu negosiasi terhadap aturan yang akan menentukan apakah informasi akan disampaikan atau disimpan.

b. Aturan Dibuat dengan Mempertimbangkan Resiko-Manfaat

Aturan dalam mengelola perbatasan ini dikembangkan dengan menggunakan semacam rasio yang disebut “rasio risiko-manfaat” (risk- benefit ratio). Apa yang seseorang akan peroleh dengan mengungkapkan informasi pribadinya dan apa risikonya. Penilaian risiko (risk assessment) berarti berpikir mengenai cost dan reward karena mengungkapkan informasi pribadi.

c. Aturan Dibuat dengan Mempertimbangkan Kriteria Lain

Kriteria lain yang digunakan untuk membuat aturan dalam mengelola perbatasan mencakup ekspektasi budaya, perbedaan gender, motivasi pribadi, dan tuntutan situasi. Aturan mengenai pengelolaan perbatasan akan berubah ketika situasi berubah. Beberapa aturan tetap akan bertahan dan dapat dipercaya.

Petronio menegosiasikan aturan mengenai kepemilikan bersama terhadap informasi pribadi dapat menjadi sesuatu yang menyulitkan. Berbagai pihak yang menyimpan informasi yang sama harus melakukan koordinasi dan sinkronisasi terhadap perilaku mereka.

Kesepakatan eksplisit dan implisit harus dibuat dalam hal bagaimana mengelola informasi bersama. Dalam hal ini para pihak harus menegosiasikan tiga aturan, yaitu:

  • Aturan mengenai seberapa terbuka atau tertutup seharusnya sesuatu perbatasan dikelola (boundary permeability).

  • Para anggota pasangan perlu menegosiasikan aturan-aturan mengenai “hubungan perbatasan” (boundary lingkage), yang mencakup kesepakatan mengenai siapa yang berada di dalam perbatasan dan siapa yang berada di luar perbatasan.

  • Pasangan harus menegosiasikan kepemilikan perbatasan (boundary ownership), yaitu hak dan tanggung jawab dari masing-masing pihak.

Aturan perbatasan adakalanya tidak jelas, dan ada kalanya para individu dalam suatu hubungan secara sengaja melanggar aturan mereka sendiri. Petronio menyebut situasi ini tidak jelas, tidak berbagi dan melanggar aturan perbatasan ini sebagai gejolak perbatasan (boundary turbulence).

Gejolak semacam ini sering kali menjadi sumber konflik sehingga memerlukan tindakan yang lebih kuat dan lebih hati-hati dalam membangun atau mengubah aturan.