Apa yang dimaksud dengan Teori Dual Economy?

Teori Dual Economy

Teori dual economy menilai bahwa proses perkembangan ekonomi adalah proses transformasi dari sektor tradisional menuju sektor moderen melalui modernisasi struktur-struktur ekonomi, sosial, dan politik.

Apa yang dimaksud dengan Teori Dual Economy?

Teori dual economy atau dualisme ekonomi menyatakan bahwa setiap gejala perekonomian domestik maupun internasional harus dianalisis dari dua sektor yang satu sama lain secara relatif independen. Pertama adalah sektor moderen yang progresif yang dicirikan oleh suatu integrasi dan efisiensi tingkat tinggi. Kedua adalah sektor tradisional yang yang diwarnai oleh sebuah keterbelakangan cara-cara produksi dan swasembada lokal. Tokoh-tokoh teori ini adalah mereka yang pada umumnya mengembangkan pemikiran-pemikiran liberalisme ekonomi. Di Indonesia kita mengenal J.H. Boeke yang menganalisis tentang kedudukan ekonomi kolonial dan pribumi pada masa lalu yang memberikan adanya penilaian tentang konsep dualism ekonomi itu. Teori disokong kuat oleh para penganut teori modernisasi pembangunan seperti W.W. Rostow.

Teori dual economy menilai bahwa proses perkembangan ekonomi adalah proses transformasi dari sektor tradisional menuju sektor moderen melalui modernisasi struktur-struktur ekonomi, sosial, dan politik. Dalam proses transformasi ini terjadi kerusakan nilai-nilai lama dan muncullah nilai-nilai baru, seperti individualisme dalam masyarakat, rasionalitas ekonomi, dan maksimalisasi tingkah laku. Selain itu, integrasi ekonomi global yang berwujud sistem pasar dan institusi-institusi lainnnya, merupakan konsekuensi dari pergerakan kekuatan-kekauatan pasar ke arah efisiensi ekonomi dan saling ketergantungan global.

Menurut teoritisi dual economy , munculnya suatu ekonomi pasar adalah sebagai akibat alamiah dari bekerjanya kekuatankekuatan pasar. Kemajuan-kemajuan dalam bidang komunikasi dan transportasi, perkembangan efisiensi lembaga-lembaga ekonomi, dan pengurangan biaya-biaya transaksi, merupakan faktor pendorong bagi transformasi dari perekonomian tradisional ke moderen.

Selain itu, teori ini juga menyatakan bahwa lambat laun sistem pasar akan membawa daerah-daerah baru ke dalam orbit perekonomian internasional. Proses semacam ini setidaknya pertama kali terbukti ketika negara-negara kapitalis Eropa melakukan ekspansi ke negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin mulai abad ke-16. Sektor moderen yang diperkenalkan negaranegara kapitalis Eropa mulai merambah ke sektor keterbelakangan di ketiga bagian dunia tersebut. Dalam pandangan teori ini, kekuatan-kekuatan pokok yang bekerja di balik proses transformasi dari sektor tradisional ke sektor moderen adalah: efisiensi ekonomi, aktifitas yang terorganisasi, dan perkembangan teknologi. Hal tersebut mencakup pengenalan teknik-teknik yang produktif, pembukaan pasar-pasar baru dan sumber-sumber penawaran, serta munculnya 116 sarana-sarana baru dalam pengaturan dan pengelolaan aktifitas ekonomi. Moneterisasi kehidupan ekonomi, munculnya kota-kota, dan perkembangan dalam komunikasi dan transportasi merupakan faktor-faktor penting. Melalui perkembangan ini semua telah mengurangi biayabiaya transaksi ekonomi dan oleh karena itu telah memperlicin ekspansi pasar serta mengintegrasikan sektor-sektor tradisional ke dalam interdependensi perekonomian internasional.

Menurut para penganut dual economy proses evolusi ekonomi (dalam lingkup domestic maupun internasional) dikendalikan oleh kompetisi pasar, mekanisme harga, efisiensi produksi, dan maksimalisasi kekayaan. Aktor-aktor ekonomi yang tidak efisien akan dipaksa menyesuaikan perilaku mereka sesuai tuntutan pasar atau memilih resiko menghadapi kehancuran aktifitas ekonominya. Sebagai akibat dari ekspansi pasar, akumulasi modal dan faktor-faktor produksi lainnya, juga penemuan teknologi dan bentuk-bentuk organisasi baru, telah menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan interdependensi global di antara masyarakat internasional.

Melalui beberapa kasus yang kita lihat, teori dual economy memberikan bukti yang meyakinkan tentang adanya transformasi dari nilai-nilai tradisional menuju ke arah kemajuan sebagaimana ditunjukkan oleh negara-negara industri baru di Asia yang mengalami kemajuan pesat, seperti: Hongkong, Korea Selatan, Taiwan, dan Singapura. Negara-negara tersebut telah berhasil melakukan transformasi melalui cara-cara liberal di bidang ekonomi, sehingga memungkinkan tampil sebagai negara maju. Langkah tersebut juga disusul dengan negara-negara lain, seperti: Malaysia, Thailand, Indonesia, dan Vietnam belakangan ini. Kemampuan mereka dalam mengadopsi nilai-nilai liberal dan meninggalkan secara perlahan bentuk-bentuk ekonomi tradisional mulai menunjukkan hasilnya.