Istilah Attachment untuk pertama kalinya dikemukakan oleh seorang psikolog dari Inggris pada tahun 1958 bernama John Bowlby. Kemudian formulasi yang lebih lengkap dikemukakan oleh Mary Ainsworth pada tahun 1969. Attachment merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya, biasanya orang tua (Mc Cartney & Dearing, dalam Ervika, 2005).
Attachment Behaviors menurut Bowlby dan Ainsworth dalam Cassidy (1999) merupakan suatu tingkah laku yang ditunjukan oleh bayi kepada orang tuanya. Perilaku yang dinamakan Attachment behaviors ini adalah perilaku anak yang menangis, mendekati, mencari kontak dan berusaha untuk mempertahankan kontak dan berusaha untuk mempertahankan kontak pada orang tuanya ketika anank sedang mencari kenyamanan dan ketentraman.
John Bowlby dalam Cassidy (1999) mengembangkan konsep Attachment melalui observasi cara bayi dan anak kecil hingga umur dua tahun berinteraksi dengan ibunya. Hasil observasi Bowlby yaitu inti dari hubungan ibu dengan anaknya dapat dilihat dari bagaimana mereka berespon pada situasi eksperiment yang dinamakan “ strange situation ” dimana sang ibu meninggalkan anaknya disuatu ruangan bermain yang asing, berdasarkan dari eksperimen yang dilakukan Bowlby ini ditemukan empat pola Attachment.
Terdapat beberapa definisi lain mengenai Attachment yaitu:
-
Carruth (2006) mengatakan bahwa Attachment merupakan suatu ikatan emosional yang melibatkan keinginan untuk mencari dan mempertahankan kedekatan dengan orang tertentu, terutama dalam keadaan sulit. Suatu sistem yang menyediakan adanya rasa aman, perlindungan dan keselamatan.
-
Wilson dalam Carruth (2006) berpendapat bahwa aatachment adalah sebuah ikatan yang kuat dan berlangsung lama yang secara biologis berasal dari fungsi untuk melindungi dari bahaya.
-
Santrock (1998), Attachment adalah ketertarikan ( connectedness ).
-
Pennington (1998), Attachment dapat didefinisikan sebagai kekuatan, keterikatan, cinta, dan perawatan orang tua dengan anak.
-
Erickson & Freud dalam Marrison (2002) menyatakan bahwa Attachment sebagai dasar dari segala hubungan sosial.
Attachment ditunjukkan kepada orang tertentu, yang disebut sebagai figur Attachment/significant others, yakni orang dengan siapa individu melekat. Jika orang tersebut ada ketika individu membutuhkan kenyamanan dan perlindungan, orang tersebut tentu akan lebih disukai. Jika orang itu menghilang dari kehidupan individu, maka ia akan merasa sangat rindu dan kehilangan.
Keberadaan dan sifat ikatan Attachment ditunjukan oleh tingkah laku Attachment, yang meliputi tingkah laku tingkah laku yang menyebabkan terpeliharanya kedekatan atau hubungan dengan beberapa orang tertentu yang disukai terutama saat individu merasa takut, cemas, sakit, lelah, tertekan, atau ketika ia membutuhkan perhatian dan perlindungan (Colin dalam Bee, 1994).
Fungsi dan Manfaat Attachment
Menurut Davies (1999), Attachment memiliki 4 fungsi utama, yakni:
-
Memberikan rasa aman
Ketika individu berada dalam keadaan penuh tekanan, kehadiran figur Attachment dapat memulihkan perasaan individu untuk kembali keperasaan aman.
-
Mengatur keadaan perasaan
Kemampuan figur Attachment untuk membaca perubahan keadaan individu, dapat membantu mengatur arousal dari individu yang bersangkutan. Arousal adalah suatu perubahan keadaan subjektif seseorang yang disertai reaksi fisiologis tertentu. Apabila peningkatan arousal tidak diikuti dengan relief (pengurangan rasa takut, cemas, atau sakit) maka individu akan menjadi rentan untuk mengalami stres.
-
Sebagai sarana ekspresi dan komunikasi
Attachment yang terjalin antar individu dengan figur Attachment -nya dapat berfungsi sebagai tempat mengekspresikan diri, berbagi pengalaman dan perasaan yang sedang dialami.
Sebagai dasar untuk melakukan eksplorasi pada lingkungan sekitar, pada dasarnya Attachment dan perilaku eksploratif berjalan secara bersamaan. Individu yang mengalami secure Attachment akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi untuk mengeksplorasi lingkungan sekitarnya ataupun suasana yang baru karena individu mempunyai keyakinan bahwa figur Attachment -nya sungguh-sungguh bertanggung jawab apabila terjadi sesuatu atas dirinya.
Attachment mempunyai berbagai manfaat, yakni menumbuhkan perasaan trust dalam interaksi sosial di masa depan, membantu individu dalam menginterpretasi, memahami, dan mengatasi emosi-emosi negatif selama individu berada dalam situasi yang menekan dan juga menumbuhkan perasaan mampu (Vaughan & Hogg, 2002).
Jenis Attachment
Ainsworth menyampaikan bahwa pada dasarnya, Attachment yang terbentuk tidak berubah dan bersifat stabil dari masa kecil hingga dewasa sekalipun ditujukan pada figur Attachment yang berbeda (dalam Dwyer, 2000).
Terdapat perbedaan kualitas hubungan pada setiap individu yang dikategorikan menjadi dua jenis yaitu secure Attachment dan insecure Attachment (Bolbwy, 1973 dalam Cassidy, 1999).
-
Secure Attachment
Secure Attachment didefinisikan oleh Ainswort dkk (dalam Cassidy, 1999) sebagai suatu keadaan dimana tidak adanya masalah dalam perhatian dan ketersediaan pengasuh. Adanya perasaan aman dalam hubungan dengan figur kedekatannnya mengindikasikan bahwa bayi dapat mengandalkan pengasuh sebagai sumber yang tersedia untuk kenyamanan dan keamanan ketika dibutuhkan.
Bayi dengan secure attacment percaya akan adanya ketersediaan pengasuh yang sensitif dan responsif dan sebagai hasil bayi akan berani untuk berinteraksi dengan dunia. Secure Attachment akan terbentuk apabila anak mendapatkan perlakuan yang hangat, konsisten dan responsif dari pengasuh.
Kepribadian anak yang secure ketika dewasa akan lebih mudah untuk mengungkapkan kekurangan-kekurangan dalam dirinya (Cassidy, 1988). Selain itu juga anak yang secure akan lebih mengingat masa-masa kecilnya yang menyenangkan (Belsky dalam Cassidy 1999).
-
Insecure Attachment
Bayi yang mengalami insecure Attachment tidak mengalami ketersediaan dan kenyamanan dari pengasuh yang konsisten ketika merasakan adanya ancaman. Keinginan akan perhatian tidak diatas dengan perhatian yang konsisten (Ainswort dkk 1978, dalam Cassidy, 1990).
Dampak dari pengalaman semacam itu menghasilkan bayi menjadi cemas akan ketersediaan pengasuhnya, rasa takut akan tidak adanya respon atau respon yang tidak efektif ketika dibutuhkan. Mereka juga menjadi marah pada pengasuhnya karena kurangnya respon kepada mereka.
Attachment yang dialami oleh seseorang dimasa kecilnya akan berpengaruh kepada kepribadian di masa dewasanya. Kepribadian anak yang insecure di masa depannya akan tidak mudah untuk mengungkapkan kekurangan-kekurangan dalam dirinya (dalam Cassidy, 1999). Dan selain itu anak yang insecure akan lebih mengingat memori-memori yang tidak menyenangkan di masa kecilnya (Belsky dalam Cassidy, 1999).
Perasaan secure dan insecure yang dimiliki seseorang tergantung dari internal working models of Attachment yang dimilikinya (Bowlby dalam Collins & Feeney, 2004). Working models of Attachment adalah representasi umum tentang bagaimana orang terdekatnya akan merespon dan memberikan dukungan setiap kali ia membutuhkan mereka dan bahwa dirinya sangat mendapat perhatian dan dukungan (Collins, 2004).
Working model dibentuk dari pengalaman masalalu individu dengan figur Attachment -nya, apakah figur merupakan orang yang sensitif, selalu ada, konsisten, dapat dipercaya dan sebagainya (Pietromonaco & Barret dalam Baron & Byne, 2000).
Berdasarkan konsep internal working model dari Bowbly maka Bartholomew menyatakan empat kategori tipe adult Attachment berdasarkan dua dimensi yaitu working model of self (seperti seberapa berharganya dirinya) dan working model of others (seperti seberapa besar orang lain dapat dipercaya).
Model of self (positif dan negatif) dan model of others (positif dan negatif) tersebut menciptakan empat jaringan sel. Seorang individu dapat dikategorikan kedalam salah satu dari keempat kategori tersebut. Keempat kategori tersebut adalah secure, dismissing, preoccupied, dan fearful.
Individu yang secure dikarakteristikkan dengan adanya perasaan nyaman terhadap intimasi dan kebebasan dan mempunyai working model yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Individu yang dismissing menghindari intimasi dimana hal tersebut akan menjadi ancaman bagi dirinya dan kebebasannya. Mereka mempunyai working model yang positif terhadap diri sendiri dan working model yang negatif terhadap orang lain.
Individu yang preoccupied adalah orang yang cemas dan berpegang teguh dalam membentuk hubungan, asyik dengan hubungan yang terbentuk tersebut, dan mempunyai working model yang negatif terhadap diri sendiri dan working model yang positif terhadap orang lain.
Individu yang fearful menghindari intimasi dimana mereka takut akan disakiti oleh orang lain atau perasaan sakit karena ditinggal oleh seseorang. Mereka mempunyai workingmodel yang negatif terhadap diri sendiri dan orang lain. Di bawah ini akan digambarkan adult Attachment style dari Bartholomew (dalam Baron, 2006).
Hubungan cinta dengan orang tuanya mungkin akan mempengaruhi caranya nanti dalam menjalin hubungan asmara pada masa dewasa (Reis dalam Taylor, 2009). Misalnya, anak yang mendapat perhatian baik mungkin akan lebih berprasangka baik terhadap orang lain. Keyakinan ini dikenal sebagai working model (model kerja) dari hubungan. Saat dewasa, orang ini mungkin juga menunjukan gaya ketertarikan yang kuat terhadap pasangannya dan menjalin hubungan yang bertahan lama dan memuaskan. Sebaliknya, anak yang merasakan keterikatan yang embivalen mungkin menjadi orang dewasa yang mencari cinta tetapi takut penolakan. Sedangkan anak yang kurangperhatian mungkin akan menjadi orang dewasa yang takut pada intimasi dan kurang percaya pada orang lain.
Ada banyak bukti bahwa gaya keterikatan mempengaruhi kualitas hubungan semantik orang dewasa (Collins & Feeney, 2004). Brennan dan shaver dalam Taylor (2009) meringkas studi yang menggambarkan pola tiga kelompok tersebut:
-
Secure Attachment. Orang dewasa dalam kelompok ini merasa nyaman dengan intimasi dan memandang diri mereka sebagai orang yang pantas menerima perhatian dan kasih sayang orang lain. Mereka mendeskripsikan diri mereka relatif mudah untuk akrab dengan orang lain dan jarang merasa diabaikan.
Orang dewasa pada tipe ini mendeskripsikan hubungan cinta yang paling penting adalah kebahagiaan, persahabatan, dan saling percaya. Mereka cenderung berbagi ide dan perasaan dengan rekannya. Orang dewasa ini juga memandang orang tuanya secara positif sebagai pengasuh, adil dan penyayang, dan memiliki pernikahan yang bahagia (Brennan dan shaver dalam Taylor et al ., 2009).
-
Avoidant Attachment. Orang dewasa ini merasa kurang nyaman saat bersama orang lain atau kurang mempercayai pasangan asmaranya. Dalam mendeskripsikan hubungan cinta yang terpenting, orang dewasa ini menyebut pasang surut emosi, cemburu, dan ketakutan akan intimasi.
Mereka cenderung menyangkal kebutuhan keterikatannya, memandang akhir hubungan romantis sebagai inkonseksual, dan lebih fokus kepada pekerjaan. Mereka lebih mementingkan independensi dan kemandirian. Mereka kurang terbuka pada partnernya dan cenderung menjalin hubungan seksual yang biasa saja (terutama di kalangan mahasiswa). Dibandingkan (Brennan dan shaver dalam Taylor et al ., 2009).
-
Anxious/ambuvalent Atachment. Orang dewasa tipe ini mencari intimasi tetapi mencemaskan cintanya tak terbalas orang yang ambivalen mendeskripsikan hubungan cinta yang terpenting sebagai obsesi, keinginan akan hubungan timbal balik, pasang surut emosional, dan daya tarik seksual yang ekstrim, serta kecemburuan.
Mereka cenderung jatuh cinta pada pandangan pertama dan merasa kurang dihargai oleh pasangan romantis atau rekannya. Orang yang ambivalen cenderung mendeskripsikan orang tuanya sebagai intrusif dan pemaksa, dan menganggap perkawinan mereka kurang bahagia (Brennan dan shaver, dalam Taylor et al ., 2009).
Hubungan Attachment pada masa dewasa mempunyai kemiripan dengan hubungan yang terjadi pada masa kanak-kanak. Yang membedakannya adalah :
-
Pertama, figur Attachment pada masa dewasa muda berubah, orang tua bukanlah satu-satunya tempat untuk berlindung, berbagi dan mencurahkan kasih sayang. Figur Attachment orang dewasa biasanya lebih ditujukan pada sahabat, teman sebaya atau pasangannya, sedangkan pada masa kanak-kanak lebih terhadap pengasuhnya.
-
Kedua, orang dewasa lebih bisa mentoleransi keterpisahan dengan figur Attachment dibandingkan pada masa kanak-kanak (Weiss dalam Pratisthita, 2008). Lebih ditekankan lagi bahwa hubungan orang dewasa dengan figur Attachment nya memiliki hubungan yang lebih luas lagi seperti pertemanan, persahabatan, percintaan, pekerjaan dan sebagainya (Bowlby & Bretherton dalam Prathisthita, 2008).