Apa yang dimaksud dengan Tema dalam Drama?

image

Drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan penonton (audience).

Apa yang dimaksud dengan Tema dalam Drama ?

Kehidupan menyediakan pengalaman dramatik yang pada suatu ketika menggetarkan jiwa pengarang dalam menciptakan karya drama. Pengalaman dramatik menggugah pengarang menerima ilham, kemudian mengangkat gagasan, menemukan ide dan menetapkannya menjadi pokok pikiran yang utama dan menjadi dasar naskah drama ciptaannya itu. Pokok pikiran utama itu kemudian menjadi tema. Unsur yang paling mendasar dari naskah adalah pikiran termasuk di dalamnya gagasan dan argumentasi.

Tema merupakan ide utama dalam cerita.

Tema hadir dalam setiap naskah melalui gabungan antara tokoh dan peristiwa yang terjadi di dalamnya. Terdapat banyak rumusan tentang tema. M.S Hutagalung mengemukakan, bahwa tema adalah masalah yang menduduki tempat utama dalam cerita.

Sementara itu, Boen S. Oemarjatie berpendapat, bahwa tema adalah masalah-masalah yang menduduki tempat yang khas dalam pikiran pengarang.

Mochtar Lubis mengatakan, bahwa tema merupakan tujuan suatu cerita.

Dengan demikian, untuk menemukan tema sebuah naskah drama, tema haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita, serta situasi khusus yang meliputi individu-individu.

Tema bukanlah makna yang disembunyikan, walau belum tentu juga dilukiskan secara eksplisit. Tema sebagai makna pokok sebuah naskah drama tidak secara sengaja disembunyikan karena justru hal inilah yang ditawarkan kepada pembaca. Namun demikian, tema merupakan makna keseluruhan yang didukung cerita, dengan sendirinya ia akan ”tersembunyi” di balik cerita yang mendukungnya. Tema ditampilkan tidak secara langsung, tetapi implisit dan merasuki keseluruhan cerita.

Robert Stanton mengartikan tema sebagai makna sebuah cerita yang secara khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara yang sederhana. Tema kurang lebih dapat bersinonim dengan ide utama dan tujuan utama. Maka, tema dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasan dasar umum, sebuah naskah drama. Gagasan dasar umum inilah—yang tentunya telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang—yang dipergunakan untuk mengembangkan cerita. Dengan kata lain, cerita tentunya akan ”setia” mengikuti gagasan dasar umum yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga berbagai peristiwa, konflik dan pemilihan berbagai unsur intrinsik yang lain seperti penokohan, pelataran, dan penyudutpandangan diusahakan mencerminkan gagasan dasar umum tersebut

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapatlah dirumuskan bahwa tema adalah masalah utama yang menduduki tempat yang khas dalam pikiran pengarang dan menjadi tujuan cerita. Dengan kata lain, tema dan masalah merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Masalah dalam cerita biasanya tidak hanya satu, melainkan banyak dan beragam. Kehadiran tema disebabkan keberagaman masalah tersebut.

Tema merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama. Tema berhubungan dengan premis dari drama tersebut yang berhubungan dengan nada dasar dari sebuah drama dan sudut pandangan yang dikemukakan oleh pengarangnya (Herman J. Waluyo, 2002).

Mengenai premis, ia juga mengemukakan bahwa premis dapat juga disebut sebagai landasan pokok yang menentukan arah tujuan yang merupakan landasan bagi pola konstruksi lakon. Kennedy mengatakan bahwa the theme of story is whatever general idea or insight the entire story reveals (1983). Lebih lanjut dikatakan in literary fiction, a theme is seldom so obvious. tema-tema dalam sebuah cerita memang seringkali tidak dimunculkan secara eksplisit melainkan secara implisit.

Pada buku yang lain, Herman J. Waluyo juga mengatakan bahwa tema adalah masalah hakiki manusia (2002). Tema berhubungan dengan faktor yang ada dalam diri pengarang, sehingga aliran dan filsafat yang dimiliki pengarang akan mendasari pemikiran pengarang dalam membuat suatu naskah drama.

Robert Stanton (2007) mengatakan:

Tema bisa mengambil bentuk yang paling umum dari kehidupan, bentuk yang mungkin dapat atau tidak dapat mengandaikan adanya penilaian moral. Tema bisa berwujud satu fakta dari pengalaman kemanusiaan yang digambarkan atau dieksplorasi oleh cerita seperti keberanian, ilusi, dan masa tua. Bahkan, tema juga dapat berupa gambaran kepribadian salah satu tokoh. Satu-satunya generalisasi yang paling memungkinkan darinya adalah bahwa tema membentuk kebersatuan pada cerita dan memberi makna pada setiap peristiwa.

Pendapat di atas memberikan gambaran yang cukup jelas bahwa tema bukanlah sesuatu yang eksplisit namun lebih cenderung merupakan sesuatu yang implisit. Selain itu tema juga merupakan sesuatu yang abstrak. Pembaca atau penenton harus mampu menemukan tema yang seringkali tersembunyi di balik unsur-unsur cerita yang ada.

Namun yang jelas, tema itu akan mendasari semua bagian dari cerita tersebut. Senada dengan pendapat-pendapat di atas, Panuti Sudjiman menjelaskan tema dengan lebih ringkas, tema adalah gagasan, ide, ataupun pikiran utama dalam karya sastra yang terungkap atau tidak (1990).

Asul Wiyanto berpendapat bahwa tema adalah pikiran pokok yang mendasari lakon drama (2004). Dibandingkan denga pendapat Herman J. Waluyo yang menggunakan premis untuk mewakili sebuah nada dasar cerita sedangkan Asul Wiyanto lebih memilih menggunakan pikiran pokok. Namun, pada dasarnya mereka menuju pada suatu definisi yang sama yaitu suatu garis bersar cerita yang menjiwai setiap unsur yang ada dalam karya sastra.

Lebih lanjut lagi, Asul Wiyanto mengemukakan bahwa tema ini biasanya lebih dikhususkan lagi menjadi topik. Topik sendiri berbeda dengan tema, topik adalah sesuatu yang lebih khusus daripada tema (Asul Wiyanto, 2004). Suminto A. Sayuti membedakan antara tema dan topik, topik dalam suatu karya adalah pokok pembicaraan, sedangkan tema merupakan gagasan sentral, yakni sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam dan melalui karya fiksi (2000)

Beragam aliran yang biasanya mendasari pengarang dalam membuat naskah drama, seperti aliran klasik (dialog panjang dan sajak berirama), aliran romantik (isi drama cenderung fantastis dan seringkali tidak logis), aliran realisme (cenderung melukiskan apa adanya), aliran ekspresionisme, dan aliran eksistensialisme. Seorang pengarang yang baik adalah yang mampu menemukan tema hakiki manusia. Kejelian seseorang pengarang dalam menangkap apa-apa yang ada atau sedang bermasalah dalam masyarakat akan terlihat dalam karyanya.