Apa yang Dimaksud dengan Teknik Pembelajaran Kolaboratif (Group Grid)?

image
Teknik pembelajaran banyak sekali jenisnya, salah satunya adalah kolaboratif (group grid).

Apa yang dimaksud dengan teknik pembelajaran kolaboratif (group grid)?

Teknik pembelajaran kolaboratif group grid merupakan teknik yang membantu siswa mengingat informasi melalui memilah potongan-potongan informasi dengan menempatkannya dalam sel-sel kosong dari sebuah kisi. Langkah-langkah teknik pembelajaran kolaboratif group grid adalah sebagai berikut:

  1. Bentuklah siwa menjadi beberapa kelompok.
  2. Tampilkanlah lembar kisi kosong di papan tulis dengan beberapa daftar item kepada kelompok.
  3. Sampaikanlah pengantar pelajaran sesuai dengan kompetensi.
  4. Persilahkan tiap kelompok untuk membaca kembali materi yang telah dijelaskan sekitar 5 menit.
  5. Mintalah siswa mengisi sel-sel kosong yang ada pada kisi.
  6. Mintalah tiap kelompok untuk mendiskusikan dan membuat kesepakatan mengenai daftar item-item pada lembar kisi kosong tersebut.
  7. Mintalah tiap kelompok mempresentasikan kisi yang sudah dilengkapi untuk dinilai dan dievaluasi. h. Kesimpulan.

Dalam acara “Pusat Memajukan Belajar Mengajar” yang diselenggarakan UWL menjelaskan bahwa ada beberapa alasan mengapa teknik group grid sangat cocok dalam meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu:

  1. Untuk membantu siswa mengingat informasi.
  2. Berguna ketika siswa berusaha untuk menyerap banyak informasi baru, sehingga memudahkan siswa dalam memahami dam menguasai materi atau informasi pelajaran.
  3. Menganalisa dan mengatur material yang lebih baik dari sekedar kembali membacanya.
  4. Hasil belajar siswa lebih dapat ditingkatkan.

Menurut Maridi (2009) teknik pembelajaran Kolaboratif adalah teknik pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa memahami konsep teori melalui pengalaman belajar observasi praktek secara empiris. Teknik ini dilaksanakan untuk nrengurangi kejenuhan belajar didalam kelas dan sekaligus memanfaatkan sumber belajar dari lingkungan.

Ide pembelajaran kolaboratif bermula dari perpsektif filosofi terdapat konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan. Pada tahun 1916, John Dewey, menulis sebuah buku “ Democracy and Education ” yang isinya bahwa kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata.

Tujuan Pembelajaran Kolaboratif

Tujuan utama penggunaan metode pembelajaran kolaboratif menurut Armiti (2007) yaitu :

  1. Fokus pada belajar yang aktif.

  2. Membangun skill menulis dan komunikasi lisan.

  3. Memberikan tanggung jawab belajar secara eksplisit.

  4. Memperjelas peran pengajar sebagai fasilitator dan mentor.

  5. Dapat mencakup materi lebih banyak atau lebih baik (untuk materi yang sama).

  6. Membangun rasa percaya diri dan mandiri pada siswa.

  7. Memliki pengalaman bekerja secara kelompok.

  8. Mendukung Peer Review.

Peran Pembelajaran Kolaboratif

Menurut Armiati (2007), setiap anggota dari tim CL memiliki peran-peran yang spesifik dan pada tiap anggota dapat memiliki lebih dari satu peran. Peran-peran tersebut antara lain:

  1. Pemimpin team ( learder ), sebagai fasilitator penyusun agenda, dengan menerima masukan dari para anggota tim.

2 . Team keeper , sebagai mengawasi track waktu yang dibutuhkan untuk setiap sesi aktifitas yang dilakukan tim dan menyakinkan bahwa setiap alokasi waktu dalam agenda digunakan.

3 . Room scheduler.

  1. Penyusunan Sumber daya ( Resource Arranger ).

  2. Group Prosess Evaluator.

Karakteristik Pembelajaran Kolaboratif

Menurut Armiati (2007) model pembelajaran kolaboratif mempunyai bebrapa karakteristik sebagai berikut :

  1. Siswa memiliki common goal.

  2. Belajar bersifat learner centric .

  3. Siswa membangun knowledge framework nya sendiri.

  4. Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas.

  5. Kurikulum dianggap sebagai seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.

Langkah-Langkah Pembelajaran Kolaboratif

Menurut Barkley, Cross dan Major, langkah-langkah dalam mengembangkan pembelajaran kolaboratif ada lima langkah yang harus dilakukan, yaitu:

1. Mengorientasi siswa

Menurut Barkley, Cross dan Major, cara yang dapat digunakan untuk memperkenalkan siswa pada peran dan kemampuan kolaboratif terbagi dalam tiga kategori, yaitu:

  • Pendahuluan dan pemecahan kebekuan; Dalam kelas kolaboratif, guru menciptakan sebuah lingkungan pembelajaran dimana siswa dapat berinteraksi satu sama lain.

  • Kebijakan dan prosedur pembelajaran. Beberapa gagasan kegiatan kolaboratif yang dapat membantu siswa mengetahui informasi penting pembelajaran dan membangun norma-norma kelompok diantaranya tinjauan terhadap silabus pembelajaran, penentuan aturan dasar kelompok dan kontrak belajar kelompok.

  • Orientasi pada pembelajaran kolaboratif. Guru perlu menanamkan pada siswa tentang manfaat pembelajaran kolaboratif dalam pembelajaran yang akan dilakukan sehingga mereka akan paham harus bagaimana tindakan mereka dalam pembelajaran tesebut.

2. Membentuk kelompok belajar

Pembelajaran kolaboratif dapat tercapai dengan maksimal, maka diperlukan pembentukan kelompok yang efektif. Dalam pembentukan kelompok ini dapat memperhatikan tiga hal, yaitu jenis kelompok (keberagaman jenis dengan tujuan, kegiatan dan rentang waktu siswa akan bekerja sama), ukuran kelompok (berkisar dua sampai empat siswa), dan keanggotaan kelompok (keanggotaan bisa dipilih secara acak, dipilih oleh siswa, ditentukan oleh pengajar, berdasarkan minat, kemampuan, atau karakteristik lainnya).

3. Menyusun tugas pembelajaran

Kegiatan yang harus dilakukan guru dalam proses pembelajaran kolaboratif adalah menyusun situasi pembelajaran. Kegiatan ini dimaksudkan agar siswa dapat memegang kontrol atas proses pembelajaran. Unsur terpenting dalam menyusun situasi pembelajaran kolaboratif adalah merancang sebuah tugas pembelajaran yang sesuai dan menyusun prosedur-prosedur untuk melibatkan siswa secara aktif dalam melaksanakan tugas tersebut.

4. Menfasilitasi kolaborasi siswa

Seorang guru hendaknya dapat membantu kelompok agar dapat bekerja secara efektif dengan cara memperkenalkan kegiatan kolaboratif, mengobservasi dan berinteraksi dengan kelompok, mengatasi masalah, memilih teknik-teknik pelaporan, serta membantu kelompok menyelesaikan pekerjaan hingga tahap akhir.

5. Memberi nilai dan mengevaluasi pembelajaran kolaboratif yang telah dilaksanakan.

Beberapa pilihan yang perlu dipertimbangkan ketika guru hendak membuat keputusan adalah mengenai apa, bagaimana, mengapa, siapa dalam pengevaluasian pembelajaran kolaboratif dan memberi nilai pada siswa. Dalam pembelajaran kolaboratif, ada dua hal yang perlu dievaluasi yaitu pencapaian siswa dalam pembelajaran dan partisipasi siswa dalam proses kelompok.

Menurut Elizabert E. Barkley dalam bukunya Collaborative Learning Techniques mengatakan berkolaborasi berarti bekerja bersama-sama dengan orang lain. Praktek pembelajaran kolaboratif berarti bekerja secara berpasangan atau dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama. Pembelajaran kolaboratif berarti belajar melalui kerja kelompok, bukan belajar dalam kesendirian.

Nizar menyatakan bahwa pembelajaran kolaboratif adalah proses belajar kelompok yang setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan ketrampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota.

Pembelajaran kolaboratif dilandasi oleh pemikiran bahwa kegiatan belajar hendaknya mendorong dan membantu peserta didik dalam membangun pengetahuan sehingga mencapai pemahaman yang mendalam. Lebih lanjut, Fall menambahkan bahwa dengan belajar secara berkelompok, selain dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa, juga dapat meningkatkan dan mengembangkan cara berpikir kreatif. Hal ini terkait dengan peningkatan tanggung jawab peserta didik dalam belajar secara berkelompok sehingga dapat menciptakan seseorang yang berpikir kreatif.

Pembelajaran kolaboratif didasarkan pada epistimologis yang berbeda dan berasal dari konstruktivisme sosial. Matthews memotret esensi filosofis yang mendasari pembelajaran kolaboratif dengan menyatakan “Pembelajaran kolaboratif bisa berlangsung apabila pendidik dan peserta didik bekerja sama menciptakan pengetahuan”.

Pembelajaran kolaboratif adalah paedagogi yang pusat letaknya dalam asumsi bahwa manusia selalu menciptakan makna bersama dan proses tersebut selalu memperkaya dan memperluas wawasan mereka.

Gunawan lebih menspesifikkan gambaran tentang proses belajar secara kolaborasi atau Collaborative Learning. Menurutnya, penekanan Pembelajaran kolaboratif bukan hanya sekadar bekerja sama dalam suatu kelompok tetapi lebih kepada suatu proses pembelajaran yang melibatkan proses komunikasi secara utuh dan adil didalam kelas.

Menurut Kemp, Pembelajaran kolaboratif itu meliputi kemampuan sosial dan kemampuan pembelajaran. Ini menggabungkan 3 konsep, yaitu tanggung jawab individu (individual accountability), keuntungan kelompok (group benefit), dan pencapaian kesuksesan yang sama (equal achievement of success). “Tujuan dari Pembelajaran kolaboratif adalah meningkatkan interaksi siswa dalam memahami suatu tugas serta siswa mampu mengeksplorasikan apa-apa saja yang ada dalam pikirannya”.

Model pembelajaran kolaboratif dipandang sebagai proses membangun dan mempertahankan konsepsi yang sama tentang suatu masalah. Dari sudut pandang ini, model belajar kolaboratif menjadi efisien karena para anggota kelompok belajar dituntut untuk berfikir secara interaktif. Proses pembelajaran yang menerapkan model kolaboratif, guru membagi otoritas dengan siswa dalam berbagai cara khusus guru mendorong siswa untuk menggunakan pengetahuan mereka, menghormati rekan kerjanya dan memfokuskan diri pada pemahaman tingkat tinggi.

Kolaboratif didasarkan pada asumsi-asumsi mengenai proses belajar siswa sebagai berikut:

  1. Belajar itu aktif dan konstruktif
    Siswa harus terlibat secara aktif untuk mempelajari bahan baru pelajaran, dengan bahan itu, siswa perlu mengintegrasikan bahan baru ini dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Siswa membangun makna atau mencipta sesuatu yang baru yang terkait dengan bahan pelajaran.

  2. Belajar itu bergantung konteks
    Kegiatan pembelajaran menghadapkan siswa pada tugas atau masalah menantang yang terkait dengan konteks yang sudah dikenal siswa. Siswa terlibat langsung dalam penyelesaian tugas atau pemecahan masalah itu.

  3. Siswa itu beraneka latar belakang
    Para siswa mempunyai perbedaan dalam banyak hal, seperti latar belakang, gaya belajar, pengalaman, dan aspirasi. Perbedaan-perbedaan itu diakui dan diterima dalam kegiatan kerjasama, dan bahkan diperlukan untuk meningkatkan mutu pencapaian hasil bersama dalam proses belajar.

  4. Belajar itu bersifat sosial
    Proses belajar merupakan proses interaksi sosial yang di dalamnya siswa membangun makna yang diterima bersama.

Lebih jauh, Nelson mengusulkan lingkungan pembelajaran kolaboratif dengan ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Melibatkan siswa dalam ajang pertukaran gagasan dan informasi.
  2. Memungkinkan siswa mengeksplorasi gagasan dan mencobakan berbagai pendekatan dalam pengerjaan tugas.
  3. Menata-ulang kurikulum serta menyesuaikan keadaan sekitar dan suasana kelas untuk mendukung kerja kelompok.
  4. Menyediakan cukup waktu, ruang, dan sumber untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan belajar bersama.
  5. Menyediakan sebanyak mungkin proses belajar yang bertolak dari kegiatan pemecahan masalah atau penyelesaian proyek.

Adapun tujuan dari pembelajaran kolaboratif menurut Kurniawan Budi Raharjo adalah sebagai berikut :

  1. Memaksimalkan proses kerjasama yang berlangsung secara alamiah di antara para siswa.
  2. Menciptakan lingkungan pembelajaran yang berpusat pada siswa, kontekstual, terintegrasi, dan bersuasana kerjasama.
  3. Menghargai pentingnya keaslian, kontribusi, dan pengalaman siswa dalam kaitannya dengan bahan pelajaran dan proses belajar.
  4. Memberi kesempatan kepada siswa menjadi partisipan aktif dalam proses belajar.
  5. Mengembangkan berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah.
  6. Mendorong eksplorasi bahan pelajaran yang melibatkan bermacam-macam sudut pandang.
  7. Menghargai pentingnya konteks sosial bagi proses belajar.
  8. Menumbuhkan hubungan yang saling mendukung dan saling menghargai di antara para siswa, dan di antara siswa dan guru.
  9. Membangun semangat belajar sepanjang hayat.

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran kolaboratif


Kelebihan Model Pembelajaran kolaboratif menurut Barkley dalam Morgi Dayana sebagai berikut:

  1. Siswa belajar bermusyawarah
  2. Siswa belajar menghargai pendapat orang lain
  3. Dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan rasional
  4. Dapat memupuk rasa kerja sama
  5. Adanya persaingan yang sehat

Alwasilah menjelaskan beberapa kelemahan dari model Pembelajaran kolaboratif sebagai berikut:

  1. Memerlukan pengawasan yang baik dari guru, karena jika tidak dilakukan pengawasan yang baik, maka proses kolaborasi tidak akan efektif.
  2. Ada kecenderungan untuk saling mencontoh pekerjaan orang lain.
  3. Memakan waktu yang cukup lama, karena itu harus dilakukan dengan penuh kesabaran.
  4. Sulitnya mendapatkan teman yang dapat bekerjasama.