Teori operant disebut juga teori pengkondisian ataupun teori behaviorisme, salah satu tokoh terkenal dalam pengembangan ini adalah Burrhurss Frederic Skinner. Menurut Skinner, tingkah laku operan adalah tingkah laku yang memancar yang menjadi ciri organisme aktif. Ia adalah tingkah laku yang beroperasi di lingkungan untuk menghasilkan akibatakibat (Corey, 2010).
Skinner (dalam Djaali, 2008) memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan respon, perincian lebih jauh yang membedakan dua macam respon yaitu:
-
Respondent Response (Reflexive Response)
Respondent response merupakan respon yang timbul oleh perangsang tertentu, misalnya keluar air liur setelah melihat makanan tertentu, dan umumnya perangsang yang demikian itu mendahului respons yang ditimbulkannya.
-
Operant Response (Instrumental Response)
Operant Response, yaitu respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang yang demikian disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena perangsang itu memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi, respons yang demikian itu mengikuti sesuatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan, misalnya, seorang anak yang belajar melakukan perbuatan lalu mendapat hadiah, maka ia menjadi lebih giat belajar (responsnya menjadi lebih intensif/kuat).
Kenyataan bahwa jenis respons pertama (reflexive response) sangat terbatas pada manusia, dan jenis respons kedua (operant response) merupakan bagian terbesar dari tingkah laku manusia dan kemungkinan untuk memodifikasinya hampir tidak terbatas. Oleh karena itu, Skinner lebih memfokuskan pada jenis tingkah laku yang kedua,yang penting bagaimana menimbulkan, mengembangkan, dan memodifikasi tingkah laku. Skinner memandang hadiah (reward) atau penguatan (reinforcement).
Skinner lebih memilih istilah reinforcement dari pada reward, diinterpretasikan sebagai tingkah laku subyektif yang dihubungkan dengan kesenangan, sedang reinforcement adalah istilah yang lebih netral. Teknik Operant conditioning merupakan salah satu teknik dalam pendekatan behavioral (terapi tingkah laku). Penemuan Skinner memusatkan pada hubungan tingkah laku dan konsekuen. Contoh, jika tingkah laku individu segera diikuti oleh konsekuensi menyenangkan, individu akan menggunakan tingkah laku tersebut lagi sesering mungkin. Menggunakan konsukuen menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam mengubah tingkah laku sering disebut Operant conditioning. Konsukuen menyenangkan akan memperkuat tingkah laku, sementara konsukuen tidak menyenangkan akan memperlemah tingkah laku.
Operant conditioning adalah prosedur dimana seseorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang disesuaikan dengan kebutuhan individu tersebut di dalam lingkungannya.
Metode – Metode Operant conditioning
Metode-metode dalam Operant conditioning (Corey, 2009) adalah :
-
Penguatan positif
Pembentukan suatu pola tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau penguatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul adalah cara yang ampuh untuk mengubah tingkah laku. Penguatanpenguatan baik primer maupun skunder, yang memuaskan kebutuhankebutuhan psikologis dan sosial, memiliki nilai karena berasosiasi dengan penguatan-penguatan primer. Penerapan pemberian penguatan positif pada psikoterapi membutuhkan spesifikasi tingkah laku yang diharapkan, penemuan tentang aspek apa yang memperkuat bagi individu, dan penggunaan penguatan positif secara sistematis guna memunculkan tingkah laku yang diinginkan.
-
Pembentukan respons
Dalam pembentukan respons, tingkah laku sekarang secara bertahap diubah dengan memperkuat unsur-unsur kecil dari tingkah laku baru yang diinginkan secara berturut-turut sampai mendekati tingkah laku akhir.
-
Penguatan intermiten
Disamping membentuk penguatan-penguatan bisa juga digunakan untuk memelihara tingkah laku yang telah terbentuk. Pada penguatan intermiten diberikan secara bervariasi kepada tingkah laku yang spesifik.
-
Penghapusan
Apabila suatu respons terus-menerus dibuat tanpa penguatan, maka respons tersebut cenderung menghilang. Dengan demikian, karena pola-pola tingkah laku yang dipelajari cenderung melemah dan terhapus setelah suatu periode, cara untuk menghapus tingkah laku yang maladatif adalah menarik penguatan dari tingkah laku yang maldatif itu. Misalnya, jika seorang anak menunjukkan kebandelan di rumah dan di sekolah, orangtua dan guru si anak bisa menghindari pemberian perhatian sebagai cara untuk menghapus kebandelan anak tersebut. Pada saat yang sama penguatan positif bisa diberikan kepada si anak agar belajar tingkah laku yang diinginkan.
-
Pencotohan
Dalam pencotohan, individu mengamati seorang model dan kemudian diperkuat untuk mencontoh tingkah laku sang model. Belajar yang bisa diperoleh melalui pengalaman langsung bisa pula diperoleh secara tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain berikut konsekuensi-konsekuensinya.
-
Token economy
Metode Token economy dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuan dan pemerkuat-pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak memberikan pengaruh. Di dalam token economy, tingkah laku yang layak bisa diperkuat dengan penguatan-penguatan yang bisa diraba (tanda-tanda seperti keping logam) yang nantinya bisa ditukar dengan objek-objek atau hak istemewa yang diingini. Metode token economy sangat mirip dengan yang dijumpai dalam kehidupan nyata, misalnya, para pekerja dibayar untuk hasil pekerjaan mereka.
Dari pendapat yang telah dijabarkan diatas dapat disimpulkan bahwa metode-metode dalam operant conditioning adalah penguatan positif, pembentukan respon, penguatan intermiten, penghapusan, pencotohan, dan token economy.
Komponen Reinforcement Operant conditioning
Soekadji (2008) dalam memberikan penguatan diperlukan penggunaan komponen keterampilan yang tepat. Komponen tersebut adalah :
-
Penguatan verbal.
Pujian dan dorongan yang diucapkan oleh guru untuk respon atau tingkah laku siswa adalah penguatan verbal. Ucapan tersebut berupa kata-kata : bagus, baik, betul, benar, tepat dan lain-lain.
-
Penguatan gestural.
Pemberian penguatan gestural dapat berupa semua gerakan tubuh dari guru. Seperti mimik yang cerah, dengan senyuman, mengangguk, acungan jempol, tepuk tangan, memberi salam, menaikan bahu, geleng-geleng kepala, menaikkan tangan, dan lain-lain.
-
Penguatan kegiatan.
Penguatan dalam bentuk kegiatan ini banyak terjadi bila guru banyak menggunakan suatu kegiatan atau tugas, sehingga siswa dapat memilihnya atau menikmatinya sebagai suatu hadiah atas suatu pekerjaan atau penampilan sebelumnya. Contoh penguatan kegiatan : pulang lebih dulu, diberi istirahat lebih, bermain, olahraga, mendengarkn musik, radio, menjadi ketua, membantu siswa lain, melihat TV.
-
Penguatan mendekati.
Perhatian guru kepada siswa, menunjukkan bahwa guru tertarik, secara fisik guru mendekati siswa, dapat dikatakan sebagai penguatan mendekati. Penguatan mendekati dipergunakan untuk memperkuat penguatan verbal, penguatan tanda, penguatan sentuhan. Contoh : berdiri di samping siswa, berjalan mendekati siswa, duduk dekat dengan kelompok diskusi dan berjalan maju.
-
Penguatan sentuhan.
Penguatan sentuhan merupakan penguatan yang terjadi bila guru secara fisik menyentuh siswa, misalnya : menepuk bahu siswa, 32 berjabat tangan, merangkulnya, mengusap kepala, menaikan tangan siswa, yang semuanya ditujukan untuk penghargaan penampilan tingkah laku atau kerja siswa.
-
Penguatan tanda.
Penguatan tanda adalah apabila guru menggunakan berbagai symbol, apakah itu benda tulisan yang ditujukan kepada siswa sebagai penghargaan. Penguatan tanda berbentuk tulisan misalnya komentar tertulis kepada siswa, ijazah, sertifikat, tanda penghargaan dan lain-lain berupa tulisan. Penguatan dengan memberikan benda misalnya : bintang, piala, mendali, buku, stiker, gambar perangko, kembang gula.
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa komponen pemberian reinforcement dalam operant conditioning adalah penguatan verbal, penguatan gestural yang berupa semua gerakan tubuh dari guru, penguatan kegiatan, penguatan mendekati dengan perhatian guru kepada siswa, penguatan sentuhan, penguatan tanda dengan mengguankan simbol yang ditujukan kepada siswa sebagai penghargaan
Pembentukan Tingkah Laku dalam Operant conditioning
Prosedur pembentukan tingkah laku dalam operant conditioning menurut Skinner (dalam Djaali, 2008) adalah sebagai berikut :
-
Mengidentifikasi hal-hal yang merupakan reinforcer bagi tingkah laku yang akan dibentuk.
-
Menganalisis dan mengidentifikasi komponen kecil yang membentuk tingkah laku dimaksud, kemudian komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju pembentukan tingkah laku yang dimaksud.
-
Urutan komponen tersebut sebagai tujuan sementara, dengan mengidentifikasi reinforcer untuk masing-masing komponen itu.
-
Melakukan pembentukan tingkah laku dengan menggunakan urutan aspek-aspek yang telah disusun itu. Jika aspek pertama telah dilakukan, maka hadiah atau reinforcer diberikan, hal ini mengakibatkan aspek tersebut sering dilakukan. Jika ini sudah terbentuk, kemudian dilakukan aspek kedua dan diberi reinforcer , demikian berulang-ulang sampai aspek kedua terbentuk dan demikian seterusnya terhadap aspek-aspek yang lain sampai tingkah laku akhir yang diharapkan terbentuk kemudian diberikan reinforcer dalam bentuk benda.
Kesimpulan dari pendapat di atas adalah bahwa prosedur pembentukan tingkah laku dalam operant conditioning adalah mengidentifikasi, analisis untuk mengidentifikasi aspek-aspek kecil yang membentuk tingkah laku yang dimaksud kemudian disusun dalam urutan secara sementara, diidentifikasi reinforcer untuk masing-masing aspek itu, melakukan pembentukan tingkah laku dengan urutan aspek-aspek yang telah disusun. Jika aspek pertama telah dilakukan, maka hadiah atau reinforcer diberikan, demikian berulang-ulang sampai aspek kedua terbentuk dan demikian seterusnya sampai tingkah laku akhir yang diharapkan terbentuk kemudian diberikan reinforcer dalam bentuk benda.
Langkah-langkah Reinforcement Operant conditioning
Agar tidak terjadi kesalahan dalam mendiagnosis permasalahan yang dihadapi oleh klien, seorang konselor harus memperhatikan langkahlangkah dalam melaksanakan pendekatan dengan suatu teknik atau metode. Operant conditioning adalah salah satu teknik dalam pendekatan behavioral. Adapun prosedur langkah-langkah konseling dengan menggunakan reinforcement adalah dengan cara membantu klien dalam mengembangkan inisiatif dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Konselor membantu klien dalam menetapkan tujuan
Dalam tahap ini konselor membantu klien untuk membantu dan menetapkan unsur-unsur dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Dimana unsur-unsur yang akan ditentukan adalah
-
Konselor membantu klien dalam menentukan dan menetapkan komponen dalam perubahan perilaku (apa dan siapa yang terlibat dalam tujuan),
-
Konselor membantu klien dalam menentukan dan menetapkan fungsi dari perubahan perilaku,
-
Konselor membantu klien dalam menentukan dan menetapkan kondisi.
2. Konselor membantu klien dalam mengembangkan program
Dalam tahap ini, konselor berusaha membantu klien dalam mengembangkan program agar tujuan yang telah ditentukan dapat tercapai. Dalam membantu klien mengambangkan program, konselor melakukan tugas tugas yaitu:
-
Konselor membantu klien dalam mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan program yang akan dibuat,
-
Konselor membantu klien dalam memilih program sesuai dengan kondisi dan permaslahan klien,
-
Konselor membantu klien dalam mengatur langkah-langkah program yang dipilih oleh klien.
3. Konselor membantu klien dalam merencanakan jadwal
Konselor membantu klien dalam merencanakan jadwal program yang telah dipilih oleh klien agar jadwal yang telah dibuat oleh klien tidak terlupakan pelaksanaan kegiatannya. Hal yang dilakukan konselor dalam membantu klien merencanakan jadwal yaitu:
-
Konselor terlebih dahulu membantu klien dalam menetapkan waktu penyelesaian program,
-
Konselor membantu klien dalam menetapkan waktu memulai program,
-
Konselor memonitor rentang waktu pelaksanaan kegiatan.
4. Konselor merencanakan pemberian reinforcement
Apabila klien telah melaksanakan apa yang telah disepakati bersama dalam program, maka konselor dapat memberikan reinforcement.
5. Konselor membantu klien dalam mengindividualisasikan langkah-langkah program.
Tahap ini dilakukan sesuai dengan keadaan dan kondisi klien. Menurut Cornier and Cornier (dalam surya, 2003) mengemukakan bentuk kerjasama antara konselor dan klien dalam pendekatan behavioral dengan menggunakan teknik operant conditioning sebagai berikut :
-
Konselor menjelaskan maksud dan tujuan
-
Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil konseling
-
Klien dan konselor menetapkan tujuan yang telah ditetapkan apakah merupakan perubahan yang dimiliki oleh klien
-
Bersama-sama menjajagi apakah tujuan itu realistik
-
Konselor dan klien bersama-sama mendiskusikan kemungkinan manfaat-manfaat tujuan
-
Konselor dan klien mendiskusikan kemungkinan kerugiankerugian tujuan
-
Atas dasar informasi yang diperoleh tentang tujuan klien, maka konselor dan klien membuat salah satu keputusan berikut untuk melanjutkan konseling atau mempertimbangkan kembali tujuan akan mencari referal.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pemberian reinforcement dalam operant conditioning adalah konselor membantu klien dalam menetapkan tujuan, konselor membantu klien dalam mengembangkan program, konselor membantu klien dalam merencanakan jadwal, konselor merencanakan pemberian reinforcement, dan konselor membantu klien dalam mengindividualisasikan langkah-langkah program. Dengan memperhatikan bentuk kerjasama yang dikemukakan di atas, proses konseling diharapkan dapat berjalan dengan efektif dan memperoleh hasil keputusan yang disesuaikan klien.