Apa yang dimaksud dengan Teknik Operant Conditioning?

Teknik Operant Conditioning

Operant conditioning adalah prosedur dimana seseorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang disesuaikan dengan kebutuhan individu tersebut di dalam lingkungannya.

Apa yang dimaksud dengan Teknik Operant Conditioning?

Teori operant disebut juga teori pengkondisian ataupun teori behaviorisme, salah satu tokoh terkenal dalam pengembangan ini adalah Burrhurss Frederic Skinner. Menurut Skinner, tingkah laku operan adalah tingkah laku yang memancar yang menjadi ciri organisme aktif. Ia adalah tingkah laku yang beroperasi di lingkungan untuk menghasilkan akibatakibat (Corey, 2010).

Skinner (dalam Djaali, 2008) memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan respon, perincian lebih jauh yang membedakan dua macam respon yaitu:

  1. Respondent Response (Reflexive Response)
    Respondent response merupakan respon yang timbul oleh perangsang tertentu, misalnya keluar air liur setelah melihat makanan tertentu, dan umumnya perangsang yang demikian itu mendahului respons yang ditimbulkannya.

  2. Operant Response (Instrumental Response)
    Operant Response, yaitu respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang yang demikian disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena perangsang itu memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi, respons yang demikian itu mengikuti sesuatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan, misalnya, seorang anak yang belajar melakukan perbuatan lalu mendapat hadiah, maka ia menjadi lebih giat belajar (responsnya menjadi lebih intensif/kuat).

Kenyataan bahwa jenis respons pertama (reflexive response) sangat terbatas pada manusia, dan jenis respons kedua (operant response) merupakan bagian terbesar dari tingkah laku manusia dan kemungkinan untuk memodifikasinya hampir tidak terbatas. Oleh karena itu, Skinner lebih memfokuskan pada jenis tingkah laku yang kedua,yang penting bagaimana menimbulkan, mengembangkan, dan memodifikasi tingkah laku. Skinner memandang hadiah (reward) atau penguatan (reinforcement).

Skinner lebih memilih istilah reinforcement dari pada reward, diinterpretasikan sebagai tingkah laku subyektif yang dihubungkan dengan kesenangan, sedang reinforcement adalah istilah yang lebih netral. Teknik Operant conditioning merupakan salah satu teknik dalam pendekatan behavioral (terapi tingkah laku). Penemuan Skinner memusatkan pada hubungan tingkah laku dan konsekuen. Contoh, jika tingkah laku individu segera diikuti oleh konsekuensi menyenangkan, individu akan menggunakan tingkah laku tersebut lagi sesering mungkin. Menggunakan konsukuen menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam mengubah tingkah laku sering disebut Operant conditioning. Konsukuen menyenangkan akan memperkuat tingkah laku, sementara konsukuen tidak menyenangkan akan memperlemah tingkah laku.

Operant conditioning adalah prosedur dimana seseorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang disesuaikan dengan kebutuhan individu tersebut di dalam lingkungannya.

Metode – Metode Operant conditioning


Metode-metode dalam Operant conditioning (Corey, 2009) adalah :

  1. Penguatan positif
    Pembentukan suatu pola tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau penguatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul adalah cara yang ampuh untuk mengubah tingkah laku. Penguatanpenguatan baik primer maupun skunder, yang memuaskan kebutuhankebutuhan psikologis dan sosial, memiliki nilai karena berasosiasi dengan penguatan-penguatan primer. Penerapan pemberian penguatan positif pada psikoterapi membutuhkan spesifikasi tingkah laku yang diharapkan, penemuan tentang aspek apa yang memperkuat bagi individu, dan penggunaan penguatan positif secara sistematis guna memunculkan tingkah laku yang diinginkan.

  2. Pembentukan respons
    Dalam pembentukan respons, tingkah laku sekarang secara bertahap diubah dengan memperkuat unsur-unsur kecil dari tingkah laku baru yang diinginkan secara berturut-turut sampai mendekati tingkah laku akhir.

  3. Penguatan intermiten
    Disamping membentuk penguatan-penguatan bisa juga digunakan untuk memelihara tingkah laku yang telah terbentuk. Pada penguatan intermiten diberikan secara bervariasi kepada tingkah laku yang spesifik.

  4. Penghapusan
    Apabila suatu respons terus-menerus dibuat tanpa penguatan, maka respons tersebut cenderung menghilang. Dengan demikian, karena pola-pola tingkah laku yang dipelajari cenderung melemah dan terhapus setelah suatu periode, cara untuk menghapus tingkah laku yang maladatif adalah menarik penguatan dari tingkah laku yang maldatif itu. Misalnya, jika seorang anak menunjukkan kebandelan di rumah dan di sekolah, orangtua dan guru si anak bisa menghindari pemberian perhatian sebagai cara untuk menghapus kebandelan anak tersebut. Pada saat yang sama penguatan positif bisa diberikan kepada si anak agar belajar tingkah laku yang diinginkan.

  5. Pencotohan
    Dalam pencotohan, individu mengamati seorang model dan kemudian diperkuat untuk mencontoh tingkah laku sang model. Belajar yang bisa diperoleh melalui pengalaman langsung bisa pula diperoleh secara tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain berikut konsekuensi-konsekuensinya.

  6. Token economy
    Metode Token economy dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuan dan pemerkuat-pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak memberikan pengaruh. Di dalam token economy, tingkah laku yang layak bisa diperkuat dengan penguatan-penguatan yang bisa diraba (tanda-tanda seperti keping logam) yang nantinya bisa ditukar dengan objek-objek atau hak istemewa yang diingini. Metode token economy sangat mirip dengan yang dijumpai dalam kehidupan nyata, misalnya, para pekerja dibayar untuk hasil pekerjaan mereka.

Dari pendapat yang telah dijabarkan diatas dapat disimpulkan bahwa metode-metode dalam operant conditioning adalah penguatan positif, pembentukan respon, penguatan intermiten, penghapusan, pencotohan, dan token economy.

Komponen Reinforcement Operant conditioning


Soekadji (2008) dalam memberikan penguatan diperlukan penggunaan komponen keterampilan yang tepat. Komponen tersebut adalah :

  1. Penguatan verbal.
    Pujian dan dorongan yang diucapkan oleh guru untuk respon atau tingkah laku siswa adalah penguatan verbal. Ucapan tersebut berupa kata-kata : bagus, baik, betul, benar, tepat dan lain-lain.

  2. Penguatan gestural.
    Pemberian penguatan gestural dapat berupa semua gerakan tubuh dari guru. Seperti mimik yang cerah, dengan senyuman, mengangguk, acungan jempol, tepuk tangan, memberi salam, menaikan bahu, geleng-geleng kepala, menaikkan tangan, dan lain-lain.

  3. Penguatan kegiatan.
    Penguatan dalam bentuk kegiatan ini banyak terjadi bila guru banyak menggunakan suatu kegiatan atau tugas, sehingga siswa dapat memilihnya atau menikmatinya sebagai suatu hadiah atas suatu pekerjaan atau penampilan sebelumnya. Contoh penguatan kegiatan : pulang lebih dulu, diberi istirahat lebih, bermain, olahraga, mendengarkn musik, radio, menjadi ketua, membantu siswa lain, melihat TV.

  4. Penguatan mendekati.
    Perhatian guru kepada siswa, menunjukkan bahwa guru tertarik, secara fisik guru mendekati siswa, dapat dikatakan sebagai penguatan mendekati. Penguatan mendekati dipergunakan untuk memperkuat penguatan verbal, penguatan tanda, penguatan sentuhan. Contoh : berdiri di samping siswa, berjalan mendekati siswa, duduk dekat dengan kelompok diskusi dan berjalan maju.

  5. Penguatan sentuhan.
    Penguatan sentuhan merupakan penguatan yang terjadi bila guru secara fisik menyentuh siswa, misalnya : menepuk bahu siswa, 32 berjabat tangan, merangkulnya, mengusap kepala, menaikan tangan siswa, yang semuanya ditujukan untuk penghargaan penampilan tingkah laku atau kerja siswa.

  6. Penguatan tanda.
    Penguatan tanda adalah apabila guru menggunakan berbagai symbol, apakah itu benda tulisan yang ditujukan kepada siswa sebagai penghargaan. Penguatan tanda berbentuk tulisan misalnya komentar tertulis kepada siswa, ijazah, sertifikat, tanda penghargaan dan lain-lain berupa tulisan. Penguatan dengan memberikan benda misalnya : bintang, piala, mendali, buku, stiker, gambar perangko, kembang gula.

Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa komponen pemberian reinforcement dalam operant conditioning adalah penguatan verbal, penguatan gestural yang berupa semua gerakan tubuh dari guru, penguatan kegiatan, penguatan mendekati dengan perhatian guru kepada siswa, penguatan sentuhan, penguatan tanda dengan mengguankan simbol yang ditujukan kepada siswa sebagai penghargaan

Pembentukan Tingkah Laku dalam Operant conditioning


Prosedur pembentukan tingkah laku dalam operant conditioning menurut Skinner (dalam Djaali, 2008) adalah sebagai berikut :

  1. Mengidentifikasi hal-hal yang merupakan reinforcer bagi tingkah laku yang akan dibentuk.

  2. Menganalisis dan mengidentifikasi komponen kecil yang membentuk tingkah laku dimaksud, kemudian komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju pembentukan tingkah laku yang dimaksud.

  3. Urutan komponen tersebut sebagai tujuan sementara, dengan mengidentifikasi reinforcer untuk masing-masing komponen itu.

  4. Melakukan pembentukan tingkah laku dengan menggunakan urutan aspek-aspek yang telah disusun itu. Jika aspek pertama telah dilakukan, maka hadiah atau reinforcer diberikan, hal ini mengakibatkan aspek tersebut sering dilakukan. Jika ini sudah terbentuk, kemudian dilakukan aspek kedua dan diberi reinforcer , demikian berulang-ulang sampai aspek kedua terbentuk dan demikian seterusnya terhadap aspek-aspek yang lain sampai tingkah laku akhir yang diharapkan terbentuk kemudian diberikan reinforcer dalam bentuk benda.

Kesimpulan dari pendapat di atas adalah bahwa prosedur pembentukan tingkah laku dalam operant conditioning adalah mengidentifikasi, analisis untuk mengidentifikasi aspek-aspek kecil yang membentuk tingkah laku yang dimaksud kemudian disusun dalam urutan secara sementara, diidentifikasi reinforcer untuk masing-masing aspek itu, melakukan pembentukan tingkah laku dengan urutan aspek-aspek yang telah disusun. Jika aspek pertama telah dilakukan, maka hadiah atau reinforcer diberikan, demikian berulang-ulang sampai aspek kedua terbentuk dan demikian seterusnya sampai tingkah laku akhir yang diharapkan terbentuk kemudian diberikan reinforcer dalam bentuk benda.

Langkah-langkah Reinforcement Operant conditioning


Agar tidak terjadi kesalahan dalam mendiagnosis permasalahan yang dihadapi oleh klien, seorang konselor harus memperhatikan langkahlangkah dalam melaksanakan pendekatan dengan suatu teknik atau metode. Operant conditioning adalah salah satu teknik dalam pendekatan behavioral. Adapun prosedur langkah-langkah konseling dengan menggunakan reinforcement adalah dengan cara membantu klien dalam mengembangkan inisiatif dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Konselor membantu klien dalam menetapkan tujuan
Dalam tahap ini konselor membantu klien untuk membantu dan menetapkan unsur-unsur dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Dimana unsur-unsur yang akan ditentukan adalah

  • Konselor membantu klien dalam menentukan dan menetapkan komponen dalam perubahan perilaku (apa dan siapa yang terlibat dalam tujuan),

  • Konselor membantu klien dalam menentukan dan menetapkan fungsi dari perubahan perilaku,

  • Konselor membantu klien dalam menentukan dan menetapkan kondisi.

2. Konselor membantu klien dalam mengembangkan program
Dalam tahap ini, konselor berusaha membantu klien dalam mengembangkan program agar tujuan yang telah ditentukan dapat tercapai. Dalam membantu klien mengambangkan program, konselor melakukan tugas tugas yaitu:

  • Konselor membantu klien dalam mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan program yang akan dibuat,

  • Konselor membantu klien dalam memilih program sesuai dengan kondisi dan permaslahan klien,

  • Konselor membantu klien dalam mengatur langkah-langkah program yang dipilih oleh klien.

3. Konselor membantu klien dalam merencanakan jadwal
Konselor membantu klien dalam merencanakan jadwal program yang telah dipilih oleh klien agar jadwal yang telah dibuat oleh klien tidak terlupakan pelaksanaan kegiatannya. Hal yang dilakukan konselor dalam membantu klien merencanakan jadwal yaitu:

  • Konselor terlebih dahulu membantu klien dalam menetapkan waktu penyelesaian program,

  • Konselor membantu klien dalam menetapkan waktu memulai program,

  • Konselor memonitor rentang waktu pelaksanaan kegiatan.

4. Konselor merencanakan pemberian reinforcement
Apabila klien telah melaksanakan apa yang telah disepakati bersama dalam program, maka konselor dapat memberikan reinforcement.

5. Konselor membantu klien dalam mengindividualisasikan langkah-langkah program.
Tahap ini dilakukan sesuai dengan keadaan dan kondisi klien. Menurut Cornier and Cornier (dalam surya, 2003) mengemukakan bentuk kerjasama antara konselor dan klien dalam pendekatan behavioral dengan menggunakan teknik operant conditioning sebagai berikut :

  • Konselor menjelaskan maksud dan tujuan

  • Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil konseling

  • Klien dan konselor menetapkan tujuan yang telah ditetapkan apakah merupakan perubahan yang dimiliki oleh klien

  • Bersama-sama menjajagi apakah tujuan itu realistik

  • Konselor dan klien bersama-sama mendiskusikan kemungkinan manfaat-manfaat tujuan

  • Konselor dan klien mendiskusikan kemungkinan kerugiankerugian tujuan

  • Atas dasar informasi yang diperoleh tentang tujuan klien, maka konselor dan klien membuat salah satu keputusan berikut untuk melanjutkan konseling atau mempertimbangkan kembali tujuan akan mencari referal.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pemberian reinforcement dalam operant conditioning adalah konselor membantu klien dalam menetapkan tujuan, konselor membantu klien dalam mengembangkan program, konselor membantu klien dalam merencanakan jadwal, konselor merencanakan pemberian reinforcement, dan konselor membantu klien dalam mengindividualisasikan langkah-langkah program. Dengan memperhatikan bentuk kerjasama yang dikemukakan di atas, proses konseling diharapkan dapat berjalan dengan efektif dan memperoleh hasil keputusan yang disesuaikan klien.

Menurut Gedler, Skinner mendefinisikan sebagai proses perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang dinilai sebagai hasil belajar yang diperoleh dari penguatan perilaku yang baru muncul yakni Operant Conditioning.

Kita mungkin berpikir bahwa perilaku operan itu seperti “belajar dengan cara melakukan.” Dan pada kenyataannya banyak pembelajaran yang terjadi ketika melakukan tindakan-tindakan atau perilaku-perilaku. Pengertian Operant Conditioning menurut Lesgold yaitu pembelajaran akan diterima oleh siswa ketika siswa belajar untuk melakukan tindakan atau perilaku yang disebut dengan respon, respon yang dengan cepat diberikan penguatan akan memiliki kecenderungan untuk diulangi. Pengulangan respon bergantung pada pemberian penguatan, karena penguatan mengubah atau mengontrol kemunculan respon. Perilaku operan dipengaruhi oleh lingkungan di sekitar mereka.

Latar Belakang Operant Conditioning


Dasar dari pengkondisian operan (Operant Conditioning) dikemukakan oleh E.L. Thorndike pada tahun 1911, E.L Thorndike yaitu seorang ahli dalam bidang Psikologi Behavioristik yang telah melakukan sebuah penelitian di Rusia, teori Thorndike disebut dengan “trial-and error learing” individu belajar dari melakukan kegiatan melalui proses. Penelitian Thorndike mendasarkan atas hasil penelitiannya terhadap tingkah laku berbagai binatang seperti kucing, dan tingkah laku manusia seprti anak-anak dan orang dewasa. Pada waktu itu Thorndike sedang melakukan pemecahan masalah pada binatang yang diletakkan pada sebuah “kotak teka-teki”. Setelah beberapa kali percobaan yang dilakukan, binatang itu mampu meloloskan diri semakin cepat dari perobaan percobaan sebelumnya. Sehingga Thorndike membuat sebuah hipotesis “apabila suatu respon berakibat menyenangkan, ada kemungkinan respon yang lain dalam keadaan yang sama” yang dikenal dengan hukum akibat.

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan oleh Thorndike, Skinner juga mengemukakan pendapatnya sendiri dengan menambahkan unsur penguatan kedalam hukum akibat tersebut, yaitu perilaku yang dapat menguatkan cenderung di ulangi kemunculannya, sedangkan perilaku yang tidak dapat menguatkan cenderung untuk menghilang atau terhapus. Oleh karena itu Skinner dianggap sebagai “bapak Operant Conditioning.

Jadi, inti dari teori Skinner tentang Operant Conditioning dalam kaitannya dengan psikologi belajar adalah proses belajar dengan mengendalikan semua atau sembarang respon yang muncul sesuai konsekuensi (resiko) yang mana organisme akan cenderung untuk mengulang respon-respon yang diikuti oleh penguatan.

Konsep utama Operant Conditioning


Sebuah tingkah laku dapat diubah melalui tahapan Operant Conditioning yaitu, antecedent, konsekuensi, atau kedua-duanya. Menurut teori Operant Conditioning Skinner, konsekuensi itu sangat menentukan apakah seseorang akan mengulangi sebuah tingkah laku tersebut di lain waktu atau tidak. Konsekuensi yang timbul dari tingkah laku tertentu dapat menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi anak. Berbagai macam pembagian waktu pada konsekuensi dapat memberikan pengaruh terhadap anak. Ada dua hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pengendalian konsekuensi ini, yaitu reinforcement dan hukuman.

1. Reinforcement
Dalam kehidupan sehari-hari, reinforcement kurang lebih berarti pemberian “hadiah”. Tetapi dalam dunia psikologi, Reinforcement mempunyai arti lebih khusus, yaitu konsekuensi atau dampak tingkah laku yang dapat memperkuat tingkah laku tertentu. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, suatu peristiwa yang memperkuat tingkah laku itu bisa menyenangkan atau tidak menyenangkan. Reinforcement itu ditentukan oleh efeknya memperkuat tingkah laku. Cara lain untuk menentukan Reinforcement ialah dapat berupa peristiwa atau sesuatu yang akan diraih seseorang. Reinforcement ini diklasifikasikan ke dalam dua macam, yaitu:

  • Reinforcement Positive
    Reinforcement Positive adalah sebuah penguatan yang diberikan pada siswa dan memiliki sifat menyenangkan sehingga memiliki kecenderungan untuk diulangi kembali di lain waktu. Reinforcement ini berbentuk Reward (ganjaran, hadiah atau imbalan), baik secara verbal (kata-kata atau ucapan pujian), maupun secara non-verbal (isyarat, senyuman, hadiah berupa benda benda, dan makanan).

  • Reinforcement Negative
    Reinforcement Negative adalah suatu rangsangan (stimulus) yang mendorong seseorang untuk menghindari respon tertentu yang konsekuensi atau dampaknya tidak memuaskan (menyakitkan atau tidak menyenangkan). Dengan kata lain, Reinforcement Negatif ini memperkuat tingkah laku dengan cara menghindari stimulus yang tidak menyenangkan.

2. Hukuman

Reinforcement negative ini sering disamakan dengan hukuman. Namun reinforcement dan hukuman memiliki tujuan yang berbeda, proses reinforcement (positif atau negatif) memiliki tujuan untuk memperkuat tingkah laku. Namun sebaliknya, hukuman memiliki tujuan pengurangan atau penekanan tingkah laku yang tidak sesuai. Suatu perbuatan yang diikuti oleh hukuman, kecil kemungkinannya untuk diulangi lagi pada situasi-situasi yang serupa di lain waktu. Hukuman juga dibagi menjadi dua macam, yaitu :

  • Presentation punishment
    Presentation punishment terjadi apabila stimulus yang tidak menyenangkan ditunjukkan atau diberikan; misalnya guru tidak memberikan sticker atau bintang pada saat pulang sekolah walaupun mereka masuk sekolah pada hari itu, karena kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh muridnya.

  • Removal punishment
    Removal punishment terjadi apabila stimulus tidak ditunjukkan atau diberikan, artinya menghilangkan sesuatu yang menyenangkan atau diinginkan. Contoh, anak tidak diperkenankan nonton televisi selama seminggu karena tidak belajar. Dalam menghukum anak tidak dianjurkan untuk menyakiti fisik atau perasaan anak, karena itu akan menimbulkan rasa takut pada diri anak sehingga anak akan bersikap tertutup jika sering mendapatkan hukuman fisik dari orang tua atau orang-orang disekitarnya.

Teknik Pemberian Reinforcement


Pemberian penghargaan kepada siswa dapat dilakukan melalui dua teknik, yaitu verbal dan non-verbal:

  1. Teknik Verbal, yaitu pemberian penghargaan yang berupa pujian, dukungan, dorongan, atau pengakuan. Bentuknya sebagai berikut :

    • **Kata-**kata : Bagus, benar, betul, tepat, ya, baik, dan sebagainya.

    • Kalimat : Anak Sholih, baik sekali! Ustadzah senang sekali!

  2. Teknik Non-Verbal, yaitu pemberian penghargaan melalui:

    • Gestur tubuh: mimik dan gerakan tubuh, seperti senyuman, anggukan, acungan ibu jari, dan tepukan tangan.
  • Cara mendekati (proximity), yaitu guru mendekati siswa untuk menunjukkan perhatian atau kesenangannya terhadap pekerjaan atau penampilan siswa.

  • Sentuhan (contact), seperti: menepuk-nepuk bahu, menjabat tangan, dan mengelus kepala. Dalam menerapkan penghargaan dengan sentuhan ini perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu: usia anak, budaya, dan norma agama.

  • Kegiatan yang menyenangkan, yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan suatu kegiatan yang disenanginya sebagai penghargaan atas prestasi atau unjuk belajarnya yang baik.

  • Simbol atau benda, seperti komentar tertulis secara positif pada buku siswa, piagam penghargaan, dan hadiah (alat-alat tulis, makanan, buku, dan sebagainya).

Jadwal Pemberian Reinforcement


Dalam pemberian penguatan juga dibutuhkan sebuah penjadwalan, karena pemberian penguatan yang tidak tepat dapat menimbulkan pengaruh terhadap perilaku yang akan dibentuk. Ada empat cara dalam menentukan kapan penguatan itu harus diberikan :

  • Fixed Ratio Schedule (FR), adalah sebuah penguatan yang diberikan pada siswa yang mampu mencapai jumlah respon tertentu dalam perilaku yang ditergetkan. Misalnya, siswa baru akan mendapatkan sebuah hadiah jika sudah datang ke sekolah tepat waktu selama satu minggu.

  • Variable Ratio Schedule (VR), adalah sebuah penguatan diberikan setelah jangka waktu rata-rata. Misalnya, setiap beberapa menit murid mendapatkan perhatian positif dari guru karena kebaikannya, sehingga guru dapat meyakinkan siswa untuk berbuat baik sepanjang hari di sekolah.

  • Fixed Internal Schedule, adalah sebuah penguatan yang didasarkan atas satuan waktu tetap di antara reinforcement. Misalnya, dengan pemberian sebuah voucher berhadiah setiap hari jum’at, dan murid telah berusaha untuk mempertahankannya selama satu minggu, dan hal ini terus dilakukan sampai tiba waktunya untuk diberhentikan. Namun jika sudah sampai pada saat pemberian voucher dan kita tidak memberikannya maka anak merasa dibohongi sehingga tidak bersemagat lagi untuk mempertahankan kebaikannya.

  • Variable Interval Scedule, adalah sebuah penguatan yang diberikan pada murid yang melakukan kebaikan, setelah beberapa kali melakukan hal-hal yang tidak baik atau yang tidak diharapkan.

Teori Operant Conditioning Dalam kamus psikologi disebut bahwa Operant ialah setiap respon yang bersifat instrumental dalam menimbulkan akibat-akibat tertentu, seperti hadiah makanan atau satu kejutan listrik. Respon tersebut beroperasi ke dalam lingkungan, sementara Conditioning mempunyai arti mempelajari respon tertentu.

Sedangkan, menurut B.F. Skinner tentang Pengkondisian operan (operant conditioning) dalam kaitannya dengan psikologi belajar adalah proses belajar dengan mengendalikan semua atau sembarang respon yang muncul sesuai konsekuensi (resiko) yang mana organisme akan cenderung untuk mengulang respon-respon yang di ikuti oleh penguatan.

Teori belajar Operant Conditioning yang dikemukan oleh B.F. Skinner juga disebut teori belajar reward (reinforcement positif) and punishment (reinforcement negative), artinya ketika seorang siswa belajar dengan rajin dan giat maka dia mampu menjawab banyak atau semua pertanyaan dalam ulangan atau ujian, maka guru kemudian memberikan penghargaan (sebagai penguatan terhadap respon) kepada anak tersebut dengan nilai yang tinggi, pujian atau hadiah. B.F. Skinner membedakan perilaku seseorang atas:

  1. Perilaku yang alami (innate behavior), yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang jelas, perilaku yang bersifat reflektif. Misalnya keluar air liur saat melihat makan tertentu.

  2. Perilaku operan (operant behavior), yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang tidak diketahui, tetapi semata-mata ditimbulkan oleh organisme itu sendiri. Perilaku operan belum tentu didahului oleh stimulus dari luar. Misalnya jika seorang anak belajar (telah melakukan perbuatan), lalu mendapat hadiah, maka ia akan menjadi lebih giat belajar (intensif/kuat).

Hukum-hukum teori belajar Operant Conditioning menurut B.F. Skinner


Adapun hukum-hukum teori belajar Operant Conditioning menurut B.F. Skinner adalah sebagai berikut:

  1. Law of Operant Conditioning, jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.

  2. Law of Operant Extinction, jika timbulnya perilaku operant yang telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan akan hilang.

Prinsip-Prinsip Operant Conditioning


Menurut skinner, pengkondisian operan terdiri dari dua konsep utama, yaitu:

  1. Penguatan (reinforcement)
    Penguatan adalah proses belajar untuk meningkatkan kemungkinan dari sebuah perilaku dengan memberikan atau menghilangkan rangsangan. Prinsip penguatan dibagi menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif.

    • Positive Reinforcement (Penguatan Positif)
      Penguatan positif (positive reinforcement) adalah suatu rangsangan yang diberikan untuk memperkuat kemungkinan munculnya suatu perilaku yang baik sehingga respons menjadi meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung. Sebagai contoh, seorang anak yang pada dasarnya memiliki sifat pemalu diminta oleh guru maju ke depan kelas untuk menceritakan sebuah gambar yang dibuat oleh anak itu sendiri.

      Setelah anak tersebut membacakan cerita, guru memberikan pujian kepada anak tersebut dan teman-teman sekelasnya bertepuk tangan. Ketika hal tersebut berlangsung berulang-ulang, maka pada akhirnya anak tersebut menjadi lebih berani untuk maju ke depan kelas, bahkan kemungkinan sifat pemalunya akan hilang.

      Rangsangan yang diberikan untuk penguatan positif dapat berupa hal-hal dasar seperti, makanan, minuman, sex, dan kenyamanan pisikal. Selain itu, beberapa hal-hal lain seperti uang, persahabatan, cinta, pujian, penghargaan, perhatian, dan kesuksesan karir juga dapat digunakan sebagai rangsangan penguatan positif (Penguatan Positif + Stimulus => Perilaku baik).

    • Negative Reinforcement (Penguatan Negatif)
      Negative Reinforcement adalah peningkatan frekuensi suatu perilaku positif karena hilangnya rangsangan yang merugikan (tidak menyenangkan). Sebagai contoh, seorang ibu yang memarahi anaknya setiap pagi karena tidak membersihkan tempat tidur, tetapi suatu pagi si anak tersebut membersihkan tempat tidurnya tanpa di suruh dan si ibu tidak memarahinya, pada akhirnya si anak akan semakin rajin membersihkan tempat tidurnya diringi dengan berkurangnya frekuensi sikap kemarahan dari ibunya. Perbedaan mutlak penguatan negatif dengan penguatan positif terletak pada penghilangan dan penambahan stimulus yang sama-sama bertujuan untuk meningkatkan suatu perilaku yang baik (Penguatan Negatif – Stimulus => Perilaku baik).

  2. Hukuman (Punishment)
    Penguatan negatif (negative reinforcement) tidaklah sama dengan hukuman, keduanya sangat berbeda. Penguatan negatif lebih bertujuan untuk meningkatkan probabilitas dari sebuah perilaku, sedangkan hukuman lebih bertujuan untuk menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Dalam penguatan negatif respon akan meningkat karena konsekuensinya, sedangkan pada hukuman respon akan menurun karena konsekuensinya.

    Sebagai contoh, ketika kita meminum obat saat kita sakit kepala dan hasilnya sakit kepala kita hilang , maka kita akan meminum obat yang sama saat kita mengalami sakit kepal. Penghilangan rasa sakit kepala pada kasus ini merupakan penguatan negatif, sedangkan apabila setelah meminum obat ternyata kita mendapat alergi, maka tentunya kita tidak akan meminum obat yang sama lagi sebab mendapat alergi dalam kasus ini merupakan sebuah hukuman sehingga perilaku berikutnya tidak akan mengulangi hal yang sama.

    Hukuman (punishment) adalah sebuah konsekuensi untuk mengurangi atau menghilangkan kemungkian sebuah perilaku akan muncul. Sebagai contoh, seorang anak bermain-main pedang-pedangan menggunakan pisau, kemudian kulit jari tanganya terpotong ketika pisau tersebut salah diarahkan. Pada akhirnya anak tersebut akan sedikit kemungkinannya bermain-main menggunakan pisau.

    Dalam hukuman juga terdapat pembagian antara positif dan negatif. Hukuman positif (positive punishment) dimana sebuah perilaku berkurang ketika diikuti dengan rangsangan yang tidak menyenangkan, misalnya ketika seseorang anak mendapat nilai buruk di sekolah maka orangtuanya akan memarahinya hasilnya anak tersebut akan belajar lebih giat untuk menghindari omelan orangtuanya (akan kecil kemungkinannya anak tersebut akan mendapatkan nilai jelek).

    Hukuman negatif (negative punishment), sebuah perilaku akan berkurang ketika sebuah rangsangan positif atau menyenagkan diambil. Sebagai contoh, seorang anak mendapat nilai jelek akibat terlalu sering bermain-main dengan temannya dan malas belajar, kemudian anak tersebut dihukum oleh orangtuanya untuk tidak boleh bermain dengan teman-temannya selama sebulan, akhirnya anak tersebut tidak akan terlalu sering bermain-main dengan temannya atau lebih mengutamakan pelajarannya.