Apa yang dimaksud dengan Tekanan Ortodontik?

Anatomi Gigi

Perawatan ortodonti adalah perawatan untuk memperbaiki susunan gigi yang tidak teratur dan tidak rata serta memperbaiki hubungan gigi dengan jaringan anatomi disekitarnya yang tidak harmonis.

Tekanan ortodontik pada gigi merupakan pergerakan gigi yang diberikan secara ortodontik. Tekanan ortodontik ini dihasilkan oleh piranti ortodontik seperti kawat, braket, elastik dan lain-lain. Gigi geligi dan jaringan pendukungnya akan memberikan reaksi biologis yang cukup kompleks yang pada akhirnya akan menimbulkan pergerakan gigi di dalam tulang. Hal ini adakalanya disertai dengan adanya kegoyangan gigi dan kadangkala disertai dengan adanya gambaran resorpsi akar gigi secara radiografik.

Guna memperoleh hasil perawatan sesuai dengan tujuan perawatan ortodontik, banyak hal harus diperhitungkan. Diantaranya adalah memperhitungkan besarnya tekanan ortodontik yang diberikan. Berbicara mengenai besarnya tekanan ortodontik berarti berbicara mengenai seberapa ringan atau seberapa berat tekanan tersebut. Perawatan yang ideal seyogyanya membutuhkan tekanan dalam batasan yang cukup dapat memberikan reaksi biologis jaringan gigi dan pendukungnya secara efisien tanpa menimbulkan efek samping. Seringkali hal ini disebut dengan istilah tekanan optimum ortodontik. Yaitu tekanan ortodontik paling ringan yang dapat menggerakkan gigi ke posisi yang diinginkan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya tanpa menimbulkan efek samping.25,56

Besar Tekanan Ortodontik


Oppenheim dan Schwarz menyatakan bahwa tekanan ortodontik optimum hendaknya selaras dengan tekanan pembuluh darah kapiler yaitu 20-26 gram/cm2 permukaan akar gigi. Secara klinis, tekanan ortodontik optimum memiliki karakteristik sebagai berikut yaitu menghasilkan pergerakan gigi yang relatif cepat, dengan sedikit ketidak nyamanan pada pasien, serta mobilitas gigi tidak menonjol (cit Singh).

Penelitian Reitan (1964) secara in vivo pada manusia, anjing dan monyet menyimpulkan bahwa tekanan sebesar 50 gram/cm2 sesudah 30 hari dapat menimbulkan resorpsi akar minor. Sedangkan tekanan sebesar 100-200 gram/cm2 untuk menggerakkan akar gigi cenderung meningkatkan terjadinya resorpsi akar gigi.

Cara Pemberian Tekanan Ortodontik.


Berdasarkan cara pemberian atau aplikasi, tekanan ortodontik dapat dibagi atas tekanan continuous, tekanan intermittent, dan tekanan interrupted.

  • Tekanan continuous adalah tekanan ortodontik aktif yang besarnya berkurang sedikit diantara dua waktu kunjungan perawatan. Misalnya pada penggunaan light wire appliance. Idealnya tekanan continuous yang ringan dapat menghasilkan pergerakkan gigi yang paling efisien dengan resorpsi pada permukaan tulang alveolar soket gigi.

  • Tekanan intermittent adalah tekanan ortodontik aktif yang besarnya dapat berkurang sampai dengan nol diantara dua waktu kunjungan perawatan. Tekanan ini biasanya besar, sehingga pergerakan gigi yang dihasilkannya adalah pergerakan gigi yang terjadi karena terjadinya undermining resorption, atau resorpsi tulang alveolar yang terjadi jauh dari sumber tekanan atau daerah yang mengalami tekanan.

  • Tekanan interrupted adalah tekanan ortodontik atau ortopedik yang tidak aktif pada interval waktu diantara dua waktu kunjungan perawatan. Tekanan umumnya besar, dan berkurang sampai nol pada interval waktu guna memberikan waktu bagi jaringan untuk pulih sampai diaktivasi kembali.

Beberapa peneliti membedakan cara pemberian tekanan menjadi cara pemberian tekanan secara kontinyu dan pemberian tekanan secara diskontinyu. Sama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pemberian tekanan secara kontinyu disini merupakan tekanan ortodontik aktif yang besarnya sedikit berkurang diantara 2 (dua) waktu aktivasi. Sedangkan yang dimaksud pemberian tekanan secara diskontinyu yaitu pemberian tekanan ortodontik dengan periode istirahat antara 2 (dua) waktu aktivasi.

Py Owman-Mall pada tahun 1995 meneliti hubungan cara pemberian gaya secara kontinyu dan diskontinyu dengan terjadinya resorpsi akar. Penelitian ini menggunakan tekanan sebesar 50 gram/cm2 secara in vivo. Pemberian tekanan secara kontinyu dalam hal ini yakni diberikan gaya selama 4 minggu dan diperiksa setiap minggunya. Sedangkan kelompok yang diperlakukan secara diskontinyu, diberi tekanan yang sama besarnya selama 4 minggu tanpa diperiksa, kemudian dilanjutkan dengan periode istirahat tanpa tekanan selama 3 minggu, dan diperiksa pada minggu selanjutnya. Hasilnya dinyatakan bahwa tekanan yang bersifat kontinyu memberikan pergerakan gigi yang lebih banyak daripada tekanan ortodontik yang bersifat diskontinyu. Namun tidak ada perbedaan dalam hal terjadinya resorpsi akar. Lebih jauh lagi dikatakan bahwa pada cara pemberian tekanan secara diskontinyu justru memberikan kesempatan untuk perbaikan sementum dengan terbentuknya sementum sekunder.

Ahu Acar meneliti aplikasi tekanan ortodontik secara kontinyu dan diskontinyu terhadap terjadinya resorpsi akar gigi. Dalam penelitiannya, tekanan ortodontik secara kontinyu dilakukan dengan memberikan gaya melalui karet elastik selama 24 jam sehari. Setiap 24 jam, karet elastik yang lama dilepas dan diganti dengan karet elastik yang baru. Sedangkan pada tekanan ortodontik secara diskontinyu dilakukan dengan pemasangan karet elastik selama 12 jam per hari. Setelah 12 jam, karet elastik dilepas dan terdapat periode istirahat selama 12 jam, baru kemudian karet elastik dipasang kembali. Baik tekanan ortodontik kontinyu dan diskontinyu ini dilakukan selama 9 (sembilan) minggu, baru kemudian dilakukan analisis untuk melihat resorpsi akar yang terjadi akibat pemberian tekanan ortodontik dengan 2 (dua) cara yang berbeda. Dinyatakan bahwa pemberian tekanan ortodontik secara diskontinyu menyebabkan lebih sedikit terjadi resorpsi akar daripada pemberian tekanan ortodontik secara kontinyu.

Durasi Tekanan Ortodontik


Berbicara mengenai durasi tekanan ortodontik, yang dimaksud adalah berbicara mengenai berapa lama tekanan ortodontik tersebut dikenakan pada gigi. Beberapa detik setelah gaya yang ringan dikenakan secara terus menerus pada gigi, cairan dalam ligamen periodontal akan tertekan, keluar, dan gigi akan bergerak dalam soketnya. Dalam hitungan menit akan terjadi perubahan aliran darah, perubahan tekanan oksigen serta keluarnya prostaglandin dan cytokine. Beberapa jam setelah gaya ortodontik dikenakan, akan terjadi perubahan pada lingkungan kimiawinya yang menyebabkan terjadinya perubahan aktivitas seluler, peningkatan kadar cyclic adenosine monophosphate (cAMP) yang merupakan sinyal kimia yang penting bagi aktivitas seluler seperti differensiasi sel.

Selain itu, untuk menggerakkan gigi juga dibutuhkan sel-sel osteoklas dan osteoblas. Osteoklas berfungsi untuk menghancurkan tulang pada area yang berdekatan dengan ligamen periodontal yang terkompresi, sedangkan osteoblas dibutuhkan untuk membentuk tulang baru pada area sebaliknya. Dikatakan, sel- sel osteoklas baru timbul pada area yang berdekatan dengan ligamen periodontal yang terkompresi setelah 48 jam.

Lamanya tekanan ortodonti dikenakan pada gigi, diduga dapat menimbulkan efek iatrogenik berupa terjadinya resorpsi akar. M.R. Harry (1982) telah melakukan penelitian mengenai terjadinya resorpsi akar gigi akibat tekanan ortodontik yang dihubungkan dengan durasi perawatan. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa pemberian gaya 40-60 gram pada hari ke-14 mulai memperlihatkan area kecil resorpsi akar, dan pada hari ke 35 terlihat zona resorpsi yang lebih luas lagi, begitu pula pada hari ke 200. Hasilnya memperlihatkan bahwa durasi pemberian tekanan ortodontik yang semakin lama, akan memperparah terjadinya resorpsi pada permukaan sementum seluler akar gigi.

Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kurol (1996). Kurol meneliti resorpsi akar yang terjadi setelah pemberian gaya kontinyu sebesar 50 cN (~50gm) pada 56 gigi premolar dengan durasi pemberian gaya bervariasi antara 1 hingga 7 minggu. Hasilnya memperlihatkan, terjadi resorpsi akar pada minggu pertama setelah pemberian gaya pada 52 gigi. Pada minggu ketiga, 8 gigi memperlihatkan resorpsi akar apikal yang hampir mencapai pulpa. Pada minggu ketujuh, seluruh gigi memperlihatkan resorpsi kontur akar 20 kali lebih besar dibanding gigi kontrol. Pada tahun yang sama, hasil penelitian Baumrind menyatakan bahwa resorpsi akar gigi insisif satu akan bertambah 0.38 mm per tahun.

Di Jepang, Li-Hua Lu (1999) menemukan bahwa tekanan intrusi pada gigi tikus percobaan yang diberikan pada waktu yang lama dapat meningkatkan frekwensi resorpsi akar gigi.

Arah Tekanan Ortodontik


Selain hal-hal tersebut diatas, dikatakan bahwa arah pemberian tekanan ortodontik juga merupakan hal yang berperan dalam terjadinya resorpsi akar gigi. Penelitian Parker RJ (1998) menemukan bahwa, pergerakan intrusi gigi insisif disertai pergerakan akar gigi torque ke arah lingual adalah faktor prediksi terjadinya resorpsi akar gigi.