Apa yang dimaksud dengan tari kontemporer atau contemporary dance?

Saat ini sudah banyak jenis tarian modern yang muncul di belahan dunia. Salah satunya adalah tari kontemporer.

Lalu, apakah pengertian dari tari kontemporer atau contemporary dance tersebut?

Menurut berdasarkan sumber yang ada, Tari kontemporer adalah tarian yang terpengaruh dampak modernisasi serta bersifat bebas dan tak terikat oleh pakem-pakem gerak sebagaimana pada tarian tradisional. Kata ‘kontemporer’ sendiri dalam KBBI berarti ‘pada waktu yang sama’ atau ‘masa kini’.

Sehingga tari kontemporer dapat juga diartikan sebagai tarian yang masa kini atau trend pada saat diciptakannya. Sebuah tarian yang merefleksikan situasi pada waktu tertentu yang sedang dilalui. Dapat disimpulkan tari kontemporer itu sendiri memiliki cakuapan yang luas.

Menurut Putu Wijaya, Kontemporer merupakan bentuk karya seni yang mengandung arti, misi, gebrakan bahkan cukup dengan percobaan. Kontemporer berarti juga suatu usaha seniman untuk membebaskan diri dari kungkungan waktu, tempat, situasi dan nilai nilai usang (tradisi).

Seni kontemporer tidak lebih dari pertunjukan cita rasa pembebasan berekspresi. Wujud dari seni kontemporer dapat berupa eksperimental yang merupakan suatu usaha untuk mencari idiom-idiom dan bahasa pengungkapan baru.

Lebih lanjut Putu Wijaya mengemukakan bahwa konsep kontemporer selalu membebaskan diri dari kemacetan pada satu nilai yang semula dianggap sebagai sumber dari segalanya. Seni kontemporer menabrak patron yang ada sehingga tidak tercegah dan tidak dapat disekap dari hukum kehidupan, seni kontemporer selalu bergerak mengikuti nafas, waktu, ruang serta berbagai kemajuan zaman yang tidak henti-hentinya dan terus tumbuh ke depan. Seni kontemporer merupakan usaha untuk mengaktualisasikan diri, agar sesuai dengan zaman yang melingkupinya, sehingga masalah yang dihadapi oleh kontemporer adalah hal-hal yang kontekstual maupun persoalan yang sedang aktual.

Menurut Sardono, Kontemporer merupakan sebuah mahzab dalam dunia tari masa kini. Kontemporer berarti sebuah pilihan bagi seniman untuk mengekspresikan dirinya secara pribadi dengan kebebasannya. Maksudnya seniman tidak perlu lagi merasa terpasung oleh sebuah budaya tradisi yang menaungi keberadaannya untuk menciptakan sebuah karya seni. Akan tetapi kontemporer itu sendiri bukan pula berarti sebuah karya seni yang bersubtansi barat (budaya barat).

Sebuah seni kontemporer dapat bersumber dari persoalan tradisi, baik cerita maupun idiom gerak dan musiknya. Namun, seni kontemporer tidak terikat akan kemapanan dan aturan-aturan dari tradisi tersebut. Selain itu, seni kontemporer juga tidak perlu mengekspresikan masalah tradisi yang menjadi budaya masyarakat tempatan, tetapi lebih berbicara masalah kekinian dan juga bersifat global yang diekspresikan dalam bentuk pengejawantahan pribadi, dan karya seni tersebut adalah merupakan milik pribadi dari seorang seniman.

Abrar Khairul Akirma (2002) menjelaskan persoalan kontemporer sebetulnya terletak pada bentuk dan gagasannya. Karena berdasarkan bentuk karya seni kontemporer cenderung aneh- aneh dan keluar dari jalur-jalur yang berlaku secara umum dalam dunia seni. Selain itu, karya seni kontemporer tidak mampu bertahan dalam waktu yang lama, terkadang satu kali pertunjukan dianggap karya tersebut tamat riwayatnya.

Sering karya seni kontemporer, apabila diulang pertunjukannya, akan mengalami perubahan baik struktur dan bentuk serta ekspresinya, meskipun polanya dan disain serta konsepnya tetap sama.

Karya seni kontemporer berangkat dari isu-isu yang kekiniaan dan masih hangat dalam masyarakat.

image

Tari Kontemporer

Suhaimi Magi (2008) menjelaskan yang paling prinsip dalam seni tari kontemporer adalah masalah konsep yang dipaparkan oleh tari tersebut, jelasnya ide tersebut mesti baru, aktual dan kontekstual. Artinya, geraknya harus memuat unsur kebaruan, ceritanya mesti berangkat dari isu-isu yang terkini, sehingga garapan tari kontemporer berwujud inovatif dan kontekstual dengan keadaan masa kini, dari sudut pandang persoalan apapun.

Tari kontemporer dapat mengkonstruksi persoalan tradisi sebagai representasi dan rekonstruksi, namun wujudnya mesti baru dan relevan dengan keadaan zaman yang melingkupinya. Sebab itu dia harus lepas dari ekspresi kolektif dari sekolompok masyarakat tertentu (etnik), namun dia merupakan ungkapan ekspresi pribadi dari koreografernya.

Sebuah tari dikatakan kontemporer apabila tari tersebut memiliki ciri-ciri yaitu:

  1. Geraknya cenderung menentang kaidah-kaidah yang berlaku umum dalam tari tradisi maupun tari yang telah mapan yang berlaku dalam masyarakat,

  2. Ekspresi yang dimunculkan adalah ekspresi pribadi bukan ekspresi komunitas tertentu atau etnik tertentu, dan tidak bersifatkan kolektif,

  3. Sumber garapan gerak boleh bebas, namun sesuai dengan tema tari apakah bersumber dari tari tradisi atau pencaharian di studio tari,

  4. Pola iramanya baik musik dan gerak tidak selalu bersifat ritmis dan melodis, malah sering lepas dari melodis dan ritmis,

  5. Naskah atau konsep cerita yang diungkapkan melalui karya tari tersebut mesti yang berhubungan dengan masalah kemanusiaan yang kekinian,

  6. Musik dan tari tidak menyatu dalam satu pola irama, namun menyatu dalam suasana. Musik merupakan bagian dari cerita tarian atau konsep garapan,

  7. Durasi atau waktu pertunjukan apabila diulang selalu tidak konstan, begitu juga ekspresi penari, bentuk gerak dan tekanan atau aksennya pun tidak konstan,

  8. Sulit untuk mengulangi pertunjukannya agar persis sama, dan tidak dapat dipertahankan keberadaanya dalam waktu yang lama.

Pandangan lain dari Hidayat (1994) terhadap tari kontemporer adalah terletak pada pencarian nilai-nilai baru oleh koreografernya. Pencarian nilai-nilai baru selalu bergulir dari satu produk ke produk lainnya sehingga pencarian tidak menjadi hal yang monumental atau klasik, hal ini yang disebut temporer.

Pencarian tersebut tidak hanya dari penjelajahan terhadap tubuh, ruang dan waktu melainkan juga pencarian dengan menjelajah terhadap berbagai kemungkinan baru dari segi pola garap, komposisi, maupun segala unsur penunjang dari sebuah pertunjukan tari.

Tari kontemporer tidak hanya menjelajah tubuh sebagai media gerak dengan menghasilkan bentuk-bentuk baru, melainkan juga menjelajah sumber-sumber tradisi. Kenyataan dewasa ini sumber-sumber tradisi menjadi trend pada koreografer kontemporer sebagai bahan garapannya dalam melahirkan sebuah koreografi baru.

Merujuk pendapat Hidayat tersebut, ternyata tari kontemporer bukan berarti meninggalkan begitu saja persoalan tradisi, akan tetapi vocabulary tradisi masih menjadi bahan olahan, atau sumber garapan walau seni kontemporer bersifat individual.

Tari kontemporer bukanlah tari yang bersifat aneh-aneh, tetapi tarian yang memiliki pola yang jelas seperti disain atas, musik, setting dan konfigurasi apalagi masalah konsep cerita. Antara bentuk dan isi mesti selaras dan ada tautan yang jelas, kalau sekedar gerak yang aneh-aneh saja belum dapat dikatakan tari tersebut tari kontemporer, malah bisa dikatakan tari kuda jingkrak (tari asal-asalan). Pada prinsipnya gerak dalam tari kontemporer mampu menerjemahkan isi cerita dengan jelas dan disain geraknya tetap berdasarkan pola garap yang jelas sesuai dengan kaidah koreografi, seperti disain dramatik, dinamik dan disain atas mesti tersusun dengan struktur yang jelas, artistik dan estetis maupun etis dan logis (Afrizal dalam Indrayuda, 2003).

Andra (1997) menjelaskan bahwa seni tari kontemporer selalu bersifat aktual. Artinya, persoalan atau gagasan yang dituangkan dalam tari kontemporer selalu baru atau kekinian, baik cerita, bentuk, maupun pola garap. Tari kontemporer cenderung mengusung persoalan yang humanitis terdorong oleh persoalan kemanusiaan.

Berikut tari kontemporer yang menurut saya luar biasa

Sumber : Indrayuda, Fenomena Tari Kontemporer Dalam Karya Tari Mahasiswa Sendratasik UNP dan STSI Padang Panjang, FBSS Universitas Negeri Padang