Apa yang dimaksud dengan Tari Jathilan?

Tarian upacara keagamaan yang bersifat magis saat ini sudah jarang ditemukan, namun di beberapa tempat di Indonesia tarian-tarian yang bersifat magis masih ada, salah satunya adalah Tari Jathilan. Kira-kira apa yang kalian ketahui tentang Tari Jathilan?

Jathilan adalah kesenian yang telah lama dikenal oleh Masyarakat Yogyakarta dan juga sebagian Jawa Tengah. Jathilan juga dikenal dengan nama kuda lumping, kuda kepang, ataupun jaran kepang. Tersemat kata “kuda” karena kesenian yang merupakan perpaduan antara seni tari dengan magis ini dimainkan dengan menggunakan properti berupa kuda-kudaan yang terbuat dari anyaman bambu (kepang).

Dilihat dari asal katanya, jathilan berasal dari kalimat berbahasa Jawa “jaranne jan thil-thilan tenan,” yang jika dialihbahasakan ke dalam bahasa indonesia menjadi “kudanya benar-benar joget tak beraturan ”. Joget beraturan (thil-thilan) ini memang bisa dilihat pada kesenian jathulan utamanya ketika para penari telah kerasukan.

jathilan merupakan salah satu jenis kesenian yang hidup dan tumbuh berkembang pada komunitas masyarakat pedesaan. Kesenian jathilan memiliki sifat mudah dikenal dan memasyarakat, maka sebutan seni di pedesaan lebih akrab disebut sebagai seni kerakyatan. Jathilan dalam perjalanannya sudah mengalami berbagai macam pengembangan, baik secara teknik penyajian, fungsi, maupun latar belakang cerita yang dipakai. Perkembangan kesenian jathilan saat ini terjadi karena perkembangan pola pemikiran masyarakat pendukungnya. Oleh sebab itu berbicara tentang perkembangan sebuah kesenian tidak bisa dipisahkan dari konteks masyarakat pendukungnya.

Pigeaud menerangkan bahwa pada awalnya kesenian jathilan hanya dibawakan oleh empat orang dan satu orang dalang. Dalang di sini bukan pencerita seperti pada pertunjukan wayang, namun dalang di sini berperan sebagai pemimpin. Mereka berkeliling untuk acara perkawinan atau hajatan yang ada di desa.Dalam pandangan Pigeaud dijelaskan bahwa jathilan merupakan pertunjukan tari yang terdiri atas penari laki-laki maupun perempuan, menggunakan bentuk tarian melingkar, dengan posisi kedua tangan konsentrasi memegang kuda képang, sehingga praktis hanya kakilah yang mereka olah menjadi gerak.

Claire Holt memberikan definisi tentang kesenian naik kuda tiruan itu sebagai berikut. Dikenal sebagai kuda kepang (kuda : kuda, kepang : bambu yang dianyam), pertunjukan rakyat ini dilakukan oleh laki laki menunggang kuda-kudaan pipih yang dibuat dari anyaman bambu dan dicat. Tungkai tungkai penari sendiri menciptakan ilusi dan gerak gerak kuda. Pertunjukan ini juga dikenal sebagai kuda lumping (di Jawa Barat kuda itu dari kulit : lumping) , ebleg (di baratdaya) jathilan (di daerah Yogyakarta) dan reyog di Jawa Timur.