Apa yang dimaksud dengan Tanpa Olah Tanah atau Zero tillage?

Zero tillage

Tanpa Olah Tanah atau zero tillage merupakan suatu teknik yang menggunakan herbisida daripada mengolah tanah sebelum menabur tanaman yang subur dengan pengeboran langsung.

Apa yang dimaksud dengan Tanpa Olah Tanah atau Zero tillage?

image

Masalah utama yang dihadapi wilayah lahan kering di Indonesia adalah tingginya laju degredasi lahan.Degredasi lahan yang berlebihan akibat pengolahan tanah yang secara terus-menerus mengakibatkan hasil produksi pertanian menurun (Adimihardja,2008),sehingga diperlukan pengolahan tanah yang berkelanjutan. Pengolahan tanah adalah kegiatan membolak balik dan mencampur tanah.Tujuannya adalah agar tanah menjadi gembur sehingga baik untuk pertumbuhan akar tanaman.

Salah satu tujuan mengolah tanah adalah untuk menghilangkan gulma . Pertanian tanpa olah tanah mengubah komposisi gulma: gulma yang tumbuh lebih cepat dapat dikurangi karena meningkatnya persaingan dengan pertumbuhan tanaman keras , semak dan pohon. Masalah ini biasanya diselesaikan dengan herbisida seperti glifosat sebagai pengganti persiapan lahan untuk persiapan persemaian , sehingga tanpa pengolahan sering menggunakan lebih banyak pestisida dibandingkan dengan pengolahan konvensional. Beberapa alternatif dapat berupa tanaman penutup musim dingin, solarisasi tanah atau pembakaran. Namun penggunaan herbisida tidak sepenuhnya diperlukan, seperti yang ditunjukkan oleh Masanobu Fukuoka .

Tanpa olah tanah terkadang menggunakan tanaman penutup untuk membantu mengendalikan gulma dan meningkatkan residu organik di dalam tanah (atau nutrisi dengan menggunakan legum ).Tanaman penutup kemudian harus dibunuh agar tanaman yang baru ditanam mendapatkan cukup cahaya, air, nutrisi, dll.Hal ini dapat dilakukan dengan roller, crimpers, choppers dan cara lain. Residunya kemudian ditanam, dan dibiarkan sebagai mulsa. Tanaman penutup biasanya harus dikerutkan saat memasuki tahap pembungaan. Dengan pertanian tanpa olah, sisa dari tanaman tahun sebelumnya terletak di permukaan lahan, yang dapat menyebabkan penyakit atau masalah gulma yang berbeda, lebih besar, atau lebih sering dibandingkan dengan pertanian olah tanah.

Olah tanah konservasi (OTK) merupakan kegiatan pendayagunaan lahan pertanian yang memperhatikan aspek sosial dan pertanian jangka panjang(Madauna, 2009; Adnan, Hasanuddin, & Manfarizah, 2012).Olah tanah konservasi (OTK) dibagi menjadi dua jenis yaitu olah tanah minimum (OTM) dan tanpa olah tanah (TOT). Olah tanah minimum (OTM) yaitu pengolahan tanah yang dilakukan seperlunya saja, apabila gulma tidak terlalu banyak maka tanah diolah secara manual dengan cara dikoret, gulma yang dikoret akan dikembalikan lagi ke lahan yang digunakan sebagai mulsa atau penutup tanah. Sedangkan tanpa olah tanah (TOT) yaitu tanah tidak diolah, hanya saja gulma yang tumbuh diatasnya dikendalikan dengan herbisida layak lingkungan, yang mudah terdekomposisi sehingga tidak merusak lingkungan (Utomo, 2015).

Seringkali petani mengabaikan metode pengolahan tanah, padahal pengolahan tanah pertanian adalah salah satu faktor penentu keberhasilan dalam usaha tani. Dalam sistem pengolahan tanah, setidaknya terdapat tiga macam sistem pengolahan yang sering dipraktekkan oleh petani. Sistem pengolahan tanah tersebut meliputi sistem pengolahan tanah sempurna (OTS), olah tanah minimum dan tanpa olah tanah (TOT). Setiap upaya pengolahan tanah yang dilakukan akan menyebabkan terjadinya perubahan sifat-sifat tanah. Tingkat perubahan yang terjadi sangat ditentukan oleh cara atau metode pengolahan tanah yang digunakan.

Salah satu sistem pengolahan tanah yang relatif sering digunakan oleh petani adalah sistem tanpa olah tanah. Sistem tanpa olah tanah adalah cara penanaman tanpa perlakuan persiapan lahan seperti halnya pembalikan dan penggemburan tanah terlebih dahulu, melainkan hanya diperlukan lubang untuk membenamkan benih ke dalam tanah. Budidaya pertanian tanpa olah tanah sebetulnya adalah corak budidaya pertanian tradisional yang sudah dimodifikasi dengan memasukkan unsur kimiawi untuk mengendalikan gulma, dalam hal ini adalah herbisida. Persiapan lahan hanya cukup dilakukan dengan penyemprotan gulma, sampai gulma mulai mati dan mengering, lalu direbahkan selanjutnya dibenamkan dalam lumpur.

Metode tanpa olah tanah ini tidak bisa diterapkan di semua jenis lahan. Hanya lahan yang memiliki tingkat kegemburan tertentu yang cocok untuk metode ini. Tanah yang keras tidak bisa menerapkan metode tanpa olah tanah. Biasanya metode tanpa olah tanah cocok diterapkan di lahan sawah, seperti halnya pada bekas tanaman padi yang telah selesai dipanen. Selain itu, bisa juga diterapkan di sawah tadah hujan maupun sawah beririgasi teknis yang ingin menerapkan rotasi tanaman.

Tanpa olah tanah (TOT) adalah cara penanaman yang tidak memerlukan penyiapan lahan, kecuali membuka lubang kecil untuk meletakkan benih. Di negara-negara maju peletakan benih menggunakan alat berat planter yang dilengkapi dengan disk-opener, sedangkan di negara-negara berkembang seperti Indonesia umumnya masih menggunakan tongkat kayu yang diruncingkan di bagian bawahnya (tugal). Tanpa olah tanah biasanya dicirikan oleh sangat sedikitnya gangguan terhadap permukaan tanah, kecuali lubang kecil untuk meletakkan benih dan adanya penggunaan sisa tanaman sebagai mulsa yang menutupi sebagian besar (60 - 80%) permukaan lahan.

Penerapan sistem tanam TOT pada lahan sawah tadah hujan selain dapat mempercepat waktu tanam juga dapat menghemat biaya produksi. Penerapan sistem tanam TOT memiliki efisiensi waktu 15-20 hari bahkan 30 hari dibandingkan dengan sistem tanam OTS.

Berikut ini merupakan beberapa kelebihan ketika menerapkan metode tanpa olah tanah:

Menyingkat waktu budidaya karena petani tidak perlu melakukan pengolahan tanah terlebih dahulu.

Menghemat ongkos tenaga kerja.

Menghindari kerusakan tanah karena tanah yang terlalu sering dibalik dan digemburkan akan mengalami pengerasan dalam jangka panjang. Selain itu, tanah yang dibajak atau digemburkan akan terbuka sehingga ada potensi hilangnya mineral tanah.

Mengurangi erosi lapisan hara tanah bagian atas karena proses pengolahan.

Sementara itu, kekurangan metode tanpa olah tanah sendiri adalah seperti :

Ada kemungkinan tanah telah ditumbuhi gulma yang bisa mengganggu pertumbuhan tanaman.

Karena tanah tidak dibuka ada kemungkinan sisa-sisa hama yang masih berkembang biak di atas lahan, dan bisa mengganggu pertumbuhan tanaman selanjutnya.

Penerapan sistem tanam TOT ini sering digunakan oleh petani untuk budidaya jagung yang biasa dilakukan setelah pemanenan padi. Ini karena, jerami bekas tanaman padi dapat dimanfaatkan sebagai mulsa untuk tanaman jagung. Sistem TOT dalam usaha tani budidaya jagung dapat menekan seminimal mungkin biaya produksi, sehingga memberi peluang memperoleh keuntungan lebih besar.

TOT yang bertujuan untuk menyiapkan lahan agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi secara optimum, dengan tetap memperhatikan konservasi tanah dan air. Teknologi tanpa olah tanah (TOT) merupakan rumpun teknologi olah tanah konservasi (OTK) paling ekstrim. Seperti pada sistem OTK, disamping kelayakan fisik seperti persyaratan mulsa dipermukaan lahan lebih dari 30% dan juga kelayakan sosisal ekonomi juga harus dipertimbangkan (Utomo, 1990).

MANFAAT

Menghemat waktu, tenaga kerja dan biaya untuk persiapan lahan karena menggunakan herbisida untuk pengendalian gulma.

Meningkatkan intensitas tanam hingga lebih dari 2 musim tanam.

Menjamin usaha tani berkelanjutan karena teknologi tanpa olah tanah merupakan bagian dari sistem pertanian konservasi.

Terbukti mampu memberikan hasil panen yang minimal sama dengan sistem oleh tanah sempurna.

JENIS HERBISIDA YANG DIGUNAKAN

Polaris 240 AS dosis 5 - 7 1/Ha

Roundup dosis 5 - 5 1/Ha

Basmilang dosis 5 - 7 1/Ha

Klee Up 480 AS dosis 5 - 7 1/Ha

Perbandingan Antara Tanpa Olah Tanah Dengan Olah Tanah Sempurna
image

REFERENSI

Bhakti,R.S.G, Sarno,Afrianti,Nur Afni, Utomo,M.2017. Pengaruh Sistem Olah Tanah Dan Aplikasi

Mulsa Bagas Terhadap Asam Humat Dan Fulvat Pertanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.) Ratoon Ke 3 Di Pt Gunung Madu Plantations. J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 Vol. 5, No. 2: 119 – 124.

Kusumastuti,A;Fatahillah;Wijaya,A;Sukmawan,Y.2018. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan

Residu N Tahun Ke-29 pada Beberapa Sifat Kimia Tanah dengan Tanaman Indikator Leguminosa. Agriprima, Journal of Applied Agricultural Sciences Vol. 2, No. 1, Hal. 18-26.

Anom, 1991. Budidaya Tanaman Pangan Tanpa Olah Tanah (Zerotiellage) Distan Pangan Prop.

Irja Anom, 1992. Sistem Tanpa Olah Tanah, Peluang di Lahan Kering Warta Pertanian No. 110-111 Th. IX/1992 hal 38–40.

1 Like