Apa yang dimaksud dengan Tanah Ultisol?

Tanah Ultisol

Tanah Ultisol merupakan tanah yang memiliki kemasaman kurang dari 5,5 sesuai dengan sifat kimia, komponen kimia tanahnya yang berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanah umumnya pada kesuburan tanah. Nilai pH yang mendekati minimun dapat ditemui sampai pada kedalaman beberapa cm dari batuan yang utuh (belum melapuk).

Kata Ultisol berasal dari bahasa Latin Ultimus yang berarti terakhir atau dalam hal tanah yang paling terkikis dan memperlihatkan pengaruh pencucian terakhir (Foth, 1994).

Ultisol adalah tanah yang berada pada daerah temprate sampai tropika mempunyai horizon argilik/ kandik pada fragipan dengan lapisan liat tebal.

Ultisol mempunyai kendala dalam pemanfaatannya seperti kemasaman tanah, kejenuhan Al yang tinggi, kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa-basa yang rendah serta kadar mineral lapuknya yang sangat rendah. Hal ini dikarenakan tingkat pelapukan dan pembentukan ultisol berjalan lebih cepat pada daerah-daerah beriklim humid dengan suhu tinggi dan curah hujan yang tinggi. Sehingga tanah mengalami proses pencucian yang sangat intensif (sangat peka terhadap erosi) (Munir, 1995).

Ultisol termasuk lahan marginal dengan produktivitas rendah karena sifat fisik dan kimianya kurang mendukung bagi pertumbuhan tanaman, antara lain pH masam, kelarutan Al dan Fe, Mn relatif tinggi yang dapat mengikat unsur P menjadi tidak larut dan tidak tersedia bagi tanaman. Makin tinggi kandungan Oksida besi dan Oksida Al maka makin besar daya tambat P tanah tersebut. Begitu pula dengan kandungan Al-nya yang semakin tinggi dapat menambat P semakin besar. Oleh karena itu ultisol sangat masam dan umumnya mempunyai daya tambat P yang tinggi (Hakim dkk, 1986).

Dari data analisis tanah Ultisol dari berbagai wilayah di Indonesia, menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki ciri reaksi tanah sangat masam (pH 4.1 – 4.8). Kandungan bahan organik lapisan atas tipis (8 - 12 cm), umumnya rendah sampai sedang. Rasio C/N tergolong rendah (5 - 10). Selain kandungan P, kandungan N juga relatif rendah (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).

Kandungan hara pada tanah Ultisol umumnya rendah karena pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi berjalan cepat dan sebagian terbawa erosi. Pada tanah Ultisol yang mempunyai horizon kandik, kesuburan alaminya hanya bergantung pada bahan organik di lapisan atas. Dominasi kaolinit pada tanah ini tidak memberi kontribusi pada kapasitas tukar kation tanah, sehingga kapasitas tukar kation hanya bergantung pada kandungan bahan organik dan fraksi liat. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas tanah Ultisol dapat dilakukan melalui perbaikan tanah (ameliorasi), pemupukan dan pemberian bahan organik (Munir, 1995).

Pembentukan Tanah Ultisol


Proses pembentukan entisol dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya iklim yang sangat kering sehingga proses pelapukan berjalan lambat, erosi yang kuat sehingga mampu membawa bahan endapan yang lebih banyak dari yang dibentuk melaui proses pedogenik, pengendapan terus-menerus, bahan induk yang sukar melapuk dan tidak subur, selalu jenuh air dan selalu tergenang.Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian jaya, serta sebagian kecil di pulau Jawa, terutama di wilayah Jawa Barat. Ultisol merupakan tanah yang mengalami pelapukan yang berasal dari bahan induk yang sangat masam. Tanah ini mengandung bahan organik rendah dan strukturnya tidak begitu mantap sehingga peka terhadap erosi (Hardjowigeno,1993).

Pembentukan tanah berjalan cepat didaerah yang beriklim humid dengan suhu tinggi dan curah hujan tinggi.Seperti halnya di Indonesia Ultisol telah mengalami pencucian yang sangat intensif menyebabkan Ultisol memiliki kejenuhan basa yang rendah dan pelapukan mineral yang rendah. Tanah Ultisol memiliki kepadatan tanah 1,10-1,35 g/cm3, tingkat infiltrasi dan perkolasi sedang hingga lambat dan kemasaman tanah tinggi, kejenuhan Al tinggi, KTK rendah, kandungan N, P, dan K rendah sehingga Ultisol miskin secara fisik dan kimia (Hardjowigeno,2003).