Apa yang dimaksud dengan Takut Akan Kegagalan?

takut akan kegagalan

Apa yang dimaksud dengan takut akan kegagalan?

A post was merged into an existing topic: Apakah yang dimaksud dengan takut?

Dapat dipahami secara umum bahwa perilaku individu muncul berdasarkan adanya
kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan. Kebutuhan itu mendorong individu untuk melakukan usaha dalam mencapai tujuan yang lebih baik berdasarkan standar yang ditetapkan oleh masingmasing individu. Refleksi implementasi standar setiap individu dapat menghasilkan konflik internal yang berupa dua kecenderungan, yaitu kecenderungan berharap untuk sukses atau ketakutan akan kegagalan (Royer, 2013). Kedua kecenderungan ini menurut Atkinson menentukan bagaimana individu menyelesaikan suatu tugas, yang menunjukkan apakah individu akan berjuangan untuk meraih kesuksesan atau mengantisipasi kegagalan (Sopah, 2000).

Individu yang mempunyai harapan sukses dalam mengerjakan tugas merupakan individudengan motivasi berprestasi yang tinggi (Kumar & Stoody, dalam Olanrewaju, 2010). Individu tersebut mendapatkan kesenangan dari apa yang dikerjakan, karena merasa tertantang untuk mengevaluasi kemampuan dalam diri, sehingga mereka melakukannya dengan sungguh-sungguh dan bertanggung jawab. Sementara itu, individu dengan ketakutan akan kegagalan yang tinggi cenderung mengindikasikan motivasi berprestasi yang rendah (Sopah, 2000).

Individu tersebut cenderung tidak yakin dengan kemampuan diri dalam mengerjakan tugas sehingga cenderung memilih pekerjaan yang sangat mudah atau yang paling sulit (Royer, 2013). Kecemasan akan kegagalan yang lebih tinggi daripada emosi positif dapat membuat individu memilih untuk mengurangi kecemasannya daripada menghilangkan penyebab kecemasan. Oleh karenanya, individu akan mengurangi usaha untuk mencapai tujuan dan melakukan strategi yang tidak efektif dalam proses mencapai tujuan tersebut (Martin, dkk, dalam De Castella, Byrne, & Covington, 2012).

Royer (2013) menyatakan bahwa salah satu cara untuk mengurangi perasaan takut akan kegagalan yang mungkin dilakukan oleh individu adalah dengan melakukan ketidakjujuran dalam melakukan sesuatu Perilaku tersebut dinilai sebagai jalan pintas karena individu tidak memerlukan usaha yang lebih untuk mendapatkan kesuksesan.

Harapan untuk Sukses (Hope of Success)

Kecenderungan untuk sukses memiliki keterkaitan dengan emosi positif dan keyakinan individu untuk sukses (Steinmayr & Spinath, 2009) sebelum kesuksesan tersebut tercapai (Smith, 2015). Mclelland mengatakan bahwa individu yang mempunyai harapan untuk sukses (hope of success) yang tinggi memperlihatkan adanya kepuasan dan tidak adanya kecemasan terhadap kegagalan dalam mencapai tujuan (dalam Clark, Teevan, & Ricciuti, 1956). Selain itu, individu tersebut juga lebih termotivasi untuk menguasai suatu tugas, sehingga lebih memilih tujuan-tujuan yang mempunyai tantangan yang sesuai dengan kemampuannya dan berfokus kepada orang-orang yang telah sukses (Pang, Villacorta, Chin, & Morrison, 2009). Harapan tersebut dipengaruhi oleh dukungan sosial yang diterima oleh individu, keyakinan individu terhadap kemampuannya, dan kontrol individu (Weil, dalam Sembiring & Fauzia, 2012).

Ketakutan akan Kegagalan (Fear of failure)

Ketakutan akan kegagalan memiliki keterkaitan dengan emosi negatif dan ketakutan pada situasi pencapaian yang di luar dari kemampuan diri individu tersebut (Steinmayr & Spinath, 2009), walaupun kegagalan tersebut belum benar-benar terjadi (Smith, 2015). Berkebalikan dengan individu dengan kecenderungan untuk sukses, inidvidu yang takut akan kegagalan merasa cemas dan memiliki harapan yang rendah untuk mencapai kesuksesan, sehingga individu harus menghindari pencitraan yang merugikan dan meningkatkan pencitraan yang berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai (Mclelland, dalam Clark dkk., 1956). Ketakutan akan kegagalan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suasana dalam kelas, suasana keluarga, dan alam pikiran individu (Winkel, dalam Sah, 2014).

Pengertian ketakutan selama beberapa dasawarsa ini masih menjadi perdebatan para ahli psikologi. Sebagian berpendapat ketakutan bagian dari kecemasan. “Kecemasan” adalah ketakutan yang tidak nyata dan merupakan suatu perasaan terancam sebagai tanggapan terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak mengancam. Sedangkan ”ketakutan” menurut batasannya adalah sesuatu yang memang nyata itu memang menakutkan (James & Acocella, 1990).

Menurut Spielberger dalam Slameto (2003) bahwa ketakutan adalah state anxiety yaitu suatu keadaan/kondisi emosional sementara pada diri seseorang yang ditandai dengan perasaan tegang dan kekhawatiran yang dihayati secara sadar serta bersifat subjektif. Bisanya berhubungan dengan situasi-situasi lingkungan yang khusus, misalnya situasi ujian atau tes. Sedangkan menurut Sulaeman (1995) menyatakan bahwa ketakutan adalah keadaan psikologis yang disebabkan adanya rasa khawatir yang terus-menerus, yang ditimbulkan oleh inner conflic dan merupakan perasaan tak menentu.

Ketakutan akan kegagalan dikenal sebagai salah satu pendorong untuk mencapai tingkat tertinggi prestasi. Efek ketakutan akan kegagalan yang tidak banyak diketahui orang adalah kemampuannya untuk melumpuhkan semangat dan kemauan seseorang untuk bisa memaksimalkan potensi mereka.

Menurut Atkinson (1993) mengatakan bahwa kegagalan dalam tugas tertentu akan menimbulkan konsekuensi yang negatif. Rasa takut tersebut sering dialami pelajar dalam situasi kompetitif dan dirasakan kemungkinan untuk gagal. Atkinson menambahkan bahwa ketakutan akan kegagalan adalah motif untuk menghindari kegagalan. Dorongan menghindari kegagalan merupakan konsekuensi negatif dari ketakutan akan kegagalan dan merupakan kapasitas individu untuk mengantisipasi rasa malu dan penghinaan.

Petri (dalam Dayakisai & Hudaniah, 2003) lebih lanjut menyatakan bahwa individu dengan ketakutan akan kegagalan cenderung menghindari situasi yang kompetitif dan beresiko. Ketidakpastian akan hal yang akan datang merupakan faktor utama dalam situasi beresiko yang tidak bisa ditoleransi oleh individu.

Rasa malu muncul secara eksplisit dalam definisi ketakutan akan kegagalan, tetapi ketakutan akan kegagalan bisa terwujud dalam kecemasan ketika individu melakukan performansi. Ketakutan akan kegagalan berhubungan dengan ancaman penilaian negatif terhadap kemampuan dan diri individu secara keseluruhan dalam melakukan performansi. Konsekuensi kegagalan diyakini merupakan sumber yang ditakuti atau dicemaskan oleh individu, bukan kegagalan itu sendiri.

Ketakutan akan kegagalan adalah dorongan untuk menghindari kegagalan terutama konsekuensi negatif kegagalan berupa rasa malu, menurunnya konsep diri individu, dan hilangnya pengaruh sosial (Conroy, 2002).

Aspek-aspek Ketakutan akan Kegagalan

Conroy (2002) telah melakukan penelitian yang komprehensif mengenai rasa takut gagal. Rasa takut gagal atau ketakutan akan kegagalan, jika dilihat dari perpektif hubungan antara kognitif dan emosional individu akan diasosiasikan dengan penilaian terhadap ancaman tentang kemampuan individu untuk menyelesaikan atau mencapai tujuan ketika individu gagal dalam melakukan performansi.

Aspek-aspek ketakutan akan kegagalan menurut Conroy (2002) terdiri dari 5 hal yaitu :

  1. Ketakutan akan dialaminya penghinaan dan rasa malu Ketakutan akan mempermalukan diri sendiri, terutama jika banyak orang yang mengetahui kegagalannya. Individu mencemaskan apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya dan penghinaan serta malu yang akan didapatkan.

  2. Ketakutan akan penurunan estimasi diri ( self-estimate ) individu Ketakutan ini meliputi perasaan kurang dari dalam individu. Individu merasa tidak cukup pintar, tidak cukup berbakat sehingga tidak dapat mengontrol performansinya.

  3. Ketakutan akan hilangnya pengaruh sosial Ketakutan ini melibatkan penilaian orang lain terhadap individu. Individu takut apabila ia gagal, orang lain yang penting baginya tidak akan mempedulikan, tidak mau menolong dan nilai dirinya akan menurun dimata orang lain.

  4. Ketakutan akan ketidakpastian masa depan Ketakutan ini datang ketika kegagalan akan mengakibatkan ketidakpastian dan berubahnya masa depan individu. Kegagalan ini akan merubah rencana yang dipersiapkan untuk masa depan, baik dalam skala kecil atau skala besar.

  5. Ketakutan akan mengecewakan orang yang penting baginya. Ketakutan akan mengecewakan harapan, dikritik, dan kehilangan kepercayaan dari orang lain yang penting baginya seperti orang tua, yang akan menimbulkan penolakan orang tua terhadap diri individu.

Karakteristik Individu dengan Ketakutan akan Kegagalan

Individu yang berorientasi menghindari kegagalan memiliki karakteristik sebagai berikut:

  1. Memandang kemampuannya sebagai sesuatu yang tidak dapat mengalami perubahan.

  2. Tidak yakin benar tentang potensi yang dimilikinya.

  3. Kurang memiliki rasa harga diri yang terlepas dari taraf prestasi belajar yang dicapai.

  4. Sasaran belajar yang ditetapkan termasuk ”sasaran prestise” untuk memberikan kesan yang baik kepada orang dan kepada diri sendiri.

  5. Pertimbangan pokok, jangan sampai gagal.

  6. Bilamana pada umumnya cukup berhasil, atau mengalami kegagalan, cenderung tidak mengambil resiko apapun dan mempertahankan apa saja yang telah dimilikinya.

  7. Bilamana pengalaman gagal dan sukses pernah dialami, mahasiswa cenderung mengambil sikap melindungi diri dengan menetapkan sasaran yang sangat rendah atau sangat tinggi, sehingga kemajuan belajar hanya minimal (Winkel, 1996).