Apa yang dimaksud dengan tahap perkembangan emosional anak?


Bayi melewati pola perkembangan yang lajim, tiap bayi, sejak awal, menunjukan kepribadian yang berbeda antara satu dan yang lain; campuran yang relatif konsisten antara emosi, temperamen, pikiran dan tingkah laku yang menjadikan setiap orang unik (Einsenberg,Fabes, Guthrie, dan reiser, 2000). Apa yang dimaksud dengan tahap perkembangan emosional anak?

Hurlock (1980: 140) menyebut anak usia 0-1 merupakan masa bayi dan usia 2-6 tahun merupakan masa awal anak-anak. Pada masa ini, gambaran tentang diri yang dibuat oleh anak menjadi sangat konkret. Mereka mampu membuat penilaian tentang kompetensi dirinya pada beragam kegiatan, namun mereka belum dapat membuat penilaian secara objektif. Sehingga mereka memandang sesuatu berdasarkan pemikiran dan pandangannya. Meskipun demikian, hal ini membuktikan bahwa anak sudah memiliki kemampuan untuk menilai.

Pendapat tersebut didukung oleh pendapat Prastisti (2008) yang menyatakan bahwa usia ini juga disebut sebagai usia emas atau golden age. Masa-masa tersebut merupakan masa kritis dimana seorang anak membutuhkan rangsangan-rangsangan yang tepat untuk mencapai kematangan yang sempurna. Jika anak tidak mendapatkan rangsangan yang tepat maka anak akan mengalami kesulitan pada perkembangan selanjutnya. Rangsangan ini diperoleh dari lingkungan, maka sebagai guru dan orang tua perlu menciptakan rangsangan yang dapat membantu perkembangan anak, misalnya dengan memberikan penguatan berupa token economy.

Menurut Erikson (dalam Dariyo, 2007:189) ada tiga tahap perkembangan emosional pada anak usia tiga tahun pertama yaitu:

  • Basic-trust >< Mis-trust: Usia 0-1,5 Tahun
    Tahap ini merupakan kepercayaan dasar yang dimiliki anak. Anak percaya bahwa lingkungan sosialnya akan memberikan jaminan kebutuhan dasarnya (fisiologis dan psikologis) secara memadai. Ketika orang tua mampu memenuhi kebutuhan fisiologis (makan, minum) dan psikologis (kasih sayang), maka dalam diri anak akan tumbuh sikap percaya dalam dirinya. Namun, ketika anak tidak merasakan kasih sayang itu maka akan tumbuh sikap mis trust, yaitu sikap yang tidak mempercayai lingkungan sosialnya. Akibat dari sikap ini adalah anak akan merasa tidak percaya, tidak nyaman, tidak tenang, tidak bahaya dan tidak percaya diri.

  • Autonomy >< Shame, Doubt: Usia 1,5-3 Tahun
    Perkembangan sifat kemandirian anak ini dipengaruhi oleh perkembangan basic-trust yang telah dicapai pada tahap sebelumnya. Sebaliknya anak yang memiliki kondisi perkembangan pribadi yang mis-trust cenderung akan mengembangkan karakteristik pribadi yang pemalu (shame), peragu (doubt), minder, dan kurang percaya diri. Anak yang pemalu ditandai dengan sikap yang ragu-ragu, tidak percaya diri, minder dan pesimis dalam melakukan suatu kegiatan penjelajahan terhadap lingkungan luar. Sedangkan anak yang mandiri ditandai dengan perkembangan pribadi yang percaya diri, merasa bebas, aman, dan optimis bahwa apa yang dilakukannya tidak memperoleh hambatan, halangan atau rintangan dari lingkungan
    luar.

  • Initiative >< Guilt: Usia 3-5 Tahun
    Anak akan semakin percaya diri bila kegiatan penjelajahan di lingkungannya dapat memberikan pengalaman baru untuk dirinya. Sedangkan anak yang kurang percaya diri akan mengembangkan sikap dan perasaan bersalah (guilt). Anak akan cenderung tidak berani mengambil keputusan, ragu-ragu dalam bertindak, tidak mampu mengemukakan gagasan kreatif dalam lingkungan sosial, tidak berani berbeda pendapat dengan orang lain dan mudah merasa bersalah bila keputusan, pemikiran maupun pendapatnya berbeda-beda atau bertentangan dengan orang lain.

Sedangkan menurut Hurlock (1980: 116), jenis-jenis emosi yang berkembang pada masa awal anak-anak adalah amarah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih, dan kasih sayang. Setiap anak memiliki perkembangan emosi yang berbeda, tetapi setiap anak pada tahap awal anak-anak ini akan mengalami emosi-emosi tersebut. Emosi yang perlu sangat diperhatikan adalah marah, karena jika anak terlalu sering mengalami emosi yang tidak menyenangkan ini akan mengganggu pandangan hidup dan mendorong perkembangan watak yang kurang baik.

Mula – mula emosi tenang atau senang dan terangsang timbul karena rangsangan fisik, dengan bertambahnya usia emosi senang dan tidak senang timbul karena rangsangan psikis dan selanjutnya muncul variasi emosi (takut, marah, kecewa, benci, sedih dan lain – lain). Salah satu aspek yang penting dalam perkembangan adalah aspek emosi (Martani, 2012).

Perkembangan emosi pada anak melalui beberapa fase yaitu :

Pada bayi hingga 18 bulan

  1. Pada fase ini, bayi butuh belajar dan mengetahui bahwa lingkungan di sekitarnya aman dan familier. Perlakuan yang diterima pada fase ini berperan dalam membentuk rasa percaya diri, cara pandangnya terhadap orang lain serta interaksi dengan orang lain. Contoh ibu yang memberikan ASI secara teratur memberikan rasa aman pada bayi.

  2. Pada minggu ketiga atau keempat bayi mulai tersenyum jika ia merasa nyaman dan tenang. Minggu ke delapan ia mulai tersenyum jika melihat wajah dan suara orang di sekitarnya.

  3. Pada bulan keempat sampai kedelapan bayi mulai belajar mengekspresikan emosi seperti gembira, terkejut, marah dan takut. Pada bulan ke-12 sampai 15, ketergantungan bayi pada orang yang merawatnya akan semakin besar. Ia akan gelisah jika ia dihampiri orang asing yang belum dikenalnya.

18 bulan sampai 3 tahun

  1. Pada fase ini, anak mulai mencari-cari aturan dan batasan yang berlaku di lingkungannya. Ia mulai melihat akibat perilaku dan perbuatannya yang akan banyak mempengaruhi perasaan dalam menyikapi posisinya di lingkungan.

  2. Pada anak usia dua tahun belum mampu menggunakan banyak kata untuk mengekspresikan emosinya. Namun ia akan memahami keterkaitan ekspresi wajah dengan emosi dan perasaan. Pada fase ini orang tua dapat membantu anak mengekspresikan emosi dengan bahasa verbal.

  3. Pada usia antara 2 sampai 3 tahun anak mulai mampu mengekspresikan emosinya dengan bahasa verbal. Anak mulai beradaptasi dengan kegagalan, anak mulai mengendalikan prilaku dan menguasai diri.

Usia antara 3 sampai 5 tahun

  1. Pada fase ini anak mulai mempelajari kemampuan untuk mengambil inisiatif sendiri. Anak mulai belajar dan menjalin hubungan pertemanan yang baik dengan anak lain, bergurau dan melucu serta mulai mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

  2. Pada fase ini untuk pertama kali anak mampu memahami bahwa satu peristiwa bisa menimbulkan reaksi emosional yang berbeda pada beberapa orang. Misalnya suatu pertandingan akan membuat pemenang merasa senang, sementara yang kalah akan sedih.

Usia antara 5 sampai 12 tahun

  1. Pada usia 5-6 anak mulai mempelajari kaidah dan aturan yang berlaku. Anak mempelajari konsep keadilan dan rahasia. Anak mulai mampu menjaga rahasia. Ini adalah keterampilan yang menuntut kemampuan untuk menyembunyikan informasiinformasi secara.

  2. Anak usia 7-8 tahun perkembangan emosi pada masa ini anak telah menginternalisasikan rasa malu dan bangga. Anak dapat menverbalsasikan konflik emosi yang dialaminya. Semakin bertambah usia anak, anak semakin menyadari perasaan diri dan orang lain.

  3. Anak usia 9-10 tahun anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial dan dapat berespon terhadap distress emosional yang terjadi pada orang lain. Selain itu dapat mengontrol emosi negatif seperti takut dan sedih. Anak belajar apa yang membuat dirinya sedih, marah atau takut sehingga belajar beradaptasi agar emosi tersebut dapat dikontrol (Suriadi & Yuliani, 2006).

  4. Pada masa usia 11-12 tahun, pengertian anak tentang baik-buruk, tentang norma-norma aturan serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya menjadi bertambah dan juga lebih fleksibel, tidak sekaku saat di usia kanak-kanak awal.

Emosi berasal darikata ”emotion” dalam kamus Bahasa Inggris memiliki arti “perasaan hati” sehingga dalam ilmu kependidikan perkembangan emosi merupakan suatu perubahan kualitas pada perasaan hati seorang individu. Emosi dapat dicontohkan perasaan hati seorang anak yang marah jika ibunya menggendong anak lain sedangkan social pada diri anak dapat dimisalkan komunikasi dan keakraban seorang anak dengan pengasuhnya.

Perkembangan emosi

Menurut Wyeth Nutrition perkembangan emosi bayi berhubungan dengan kemampuannya dalam mengenali, memahami, serta mengendalikan emosi yang ia rasakan.

Dalam hal ini ciri-ciri untuk setiap anak tidak melulu sama. Ada seorang anak yang jika ia merasa jengkel dia bakal menggigit, memukul, menangis, berteriak, melempar barang di dekatnya atau bahkan hanya diam saja.

Berikut ini tahap-tahap perkembangan sosial emosional si kecil yang dikutip dari artikel Ibu&Balita :

Bulan Ke-1

Bulan pertama, perkembangan sosial maupun emosi bayi memang masih belum terlalu nampak atau sangat terbatas. Namun perlu diketahui bahwa si kecil sudah bisa bersosialisasi dengan sekitar meski hanya dengan kontak mata, tangisan, maupun gerakan tubuh ketika dia mendengar suara yang sangat tidak asing untuknya seperti suara ibu dan ayahnya.

Bulan Ke-2

Pada bulan kedua, si kecil dapat dibilang terdapat peningkatan dalam emosionalnya, ia sering kali memberikan respons berupa senyuman. Dan pada bulan ini dia sudah dapat memandangi orang-orang sekitarnya maupun lingkungannya, dan juga dia sudah dapat menikmati jika diajak berinteraksi ataupun marah ketika dia merasa tidak nyaman.

Bulan Ke -3

Di bulan ketiga, si kecil juga sudah dapat memulai sebuah interaksi dengan ibu, ayah, maupun orang-orang terdekatnya.
Interaksinya hampir sama dengan bulan kedua, ia bakal melempar senyum yang sangat menggemaskan disertai menggumam ketika diajak berinteraksi ataupun mengajak berinteraksi dengan memandang orang tersebut. Dan perlu diketahui pada bulan ketiga ini dia sudah mulai mampu untuk menirukan beberapa ekspresi.

Bulan Ke-4

Di bulan keempat, si kecil dapat mengetahui yang sesama dengannya atau sesama bayi, ia dapat merasakan atau dapat tertarik dengan sesama bayi. Jika ia bertemu sesama bayi maka dia akan memunculkan ekspresi senang dan antusias.

Bulan Ke-5

Memasuki bulan lima, bayi sudah bisa dikatakan dapat membedakan orang-orang sekitar, ia sudah mulai mengetahui mana orang lain, dan mana anggota keluarganya.
Ketika ia bertemu keluarganya, responsnya akan aktif dan bebas, berbeda dengan saat bertemu orang baru, mereka cenderung diam sambil berusaha untuk mengenali siapa orang yang mengajaknya berinteraksi.
Pada bulan ini juga dapat dikatakan kalau bayi sudah dapat menyampaikan keinginannya maupun sebuah tolakan dengan jelas. Hal tersebut sangat amat membantu ibunya maupun siapapun yang merawatnya.

Bulan Ke-6

Pada usia enam bulan, kita makin dibuatnya tersenyum dengan tingkah laku si kecil yang makin ekspresif. Si kecil sudah bisa bermain dengan orang-orang sekitarnya dan dapat merespons dengan baik. pada bulan ini juga sudah mulai nampak karakter si kecil.

Bulan Ke-7 dan Ke-8

Bulan ketujuh dan delapan, si kecil sudah dapat menikmati saat-saat berinteraksi dengan orang-orang, meski begitu ia akan tetap malu-malu ketika bertemu seseorang yang asing untuknya. Dan pada bulan-bulan ini ia juga sudah memulai untuk menirukan ucapan-ucapan terutama dari ibunya.

Bulan Ke-9 dan Ke-10

Saat sudah berusia 9 bulan dan 10 bulan dia juga sudah mulai menunjukan ekspresi lain yaitu ketika dia berpisah dengan ayah maupun ibunya. Biasanya dia akan merasa sedih dan juga ketika dia merasa diabaikan dia dapat menangis maupun berteriak agar mendapatkan perhatian.
Bayi pada bulan ini juga sudah dapat merespons kata-kata sederhana yang diucapkan oleh orang-orang seperti “makan", “minum", “duduk" dan lain sebagainya.

Bulan Ke-11 dan Ke-12

Usia 11 sampai 12 bulan, bayi sudah dapat mempelajari apa itu kasih sayang dan bagaimana bentuknya. Seperti kontak fisik yang biasa dilakukan oleh orang tuanya seperti mencium atau memeluknya, dan bayi juga tak segan untuk membagi rasa kasih sayang tersebut ke orang sekitar seperti saat diminta untuk memberikan sebuah ciuman di pipi, bayi akan dengan senang hati memberikannya.
Pada bulan ini pula bayi akan lebih responsif pada saat dia merasa jengkel maupun bahagia. Dia dapat marah-marah, menangis, berteriak, dan lain-lain ketika dia merasa jengkel. Sebaliknya, ketika dia merasa bahagia, dia akan tertawa lebih ekspresif, jelas dan lantang.

Tahap 3 – 6 tahun

Di tahap ini, anak akan belajar menghadapi emosi ketika maksudnya diterima atau ditolak (learning initiative vs guilt).

Usia 3-6 tahun, merupakan masa bermain untuk anak. Saat ia bermain, secara naluri kadang anak berinisiatif untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Di saat ia berinisiatif inilah, ia akan belajar apakah lingkungan akan menanggapinya dengan baik, atau malah mengabaikan.

Jika sambutan baik yang ia terima, maka anak akan belajar 3 hal, yaitu:

  1. Mampu berimajinasi, mengembangkan ketrampilan melalui bermain aktif, termasuk berfantasi.
  2. Bisa bekerjasama bersama teman.
  3. Punya kemampuan menjadi “pemimpin” dalam permainan, seperti ia menjadi “pengikut” permainan.

Sebaliknya, ketika inisiatifnya selalu ditolak, maka anak akan selalu merasa takut, sangat bergantung pada kelompok, dan tidak berani untuk mengembangkan pikirannya.

Tahap 5 – 12 tahun

Tahap ini berkembang di usia sekolah. Di sini, si Kecil akan belajar bagaimana berkompetensi dalam kelompok, dengan mengembangkan 3 ketrampilan sosial, seperti:
• Bagaimana mematuhi aturan dan kaitannya dengan hubungan pertemanan. Misal ketika mendapat tugas piket, bagaimana ia akan mengingatkan temannya yang terlambat tanpa menimbulkan konflik, berpartisipasi aktif dalam tugas kelompok, dan lain sebagainya.
• Belajar bagaimana bermain dengan struktur dan aturan tertentu. Misal ketika anak bepartisipasi aktif dalam permainan kasti. Di sana ia akan belajar bagaimana menang dengan tetap berpegang pada aturan dan kerja tim.
• Belajar bagaimana menguasai mata pelajaran di sekolah serta mendisiplinkan diri untuk belajar materi tersebut

Bila emosi-sosial anak berkembang dengan baik, percaya dan merasa aman dengan lingkungannya, pandai berinisiatif, maka ia akan memiliki kompetensi yang unggul dalam lingkungan sosialnya.