Apa yang dimaksud dengan strategi komunikasi pemasaran politik?

image

Apa yang dimaksud dengan strategi komunikasi pemasaran politik?

Menurut Lock dan Harris (1996) terdapat beberapa karakteristik mendasar yang membedakan marketing politik dengan marketing dalam dunia bisnis. Perbedaan ini berasal dari kenyataan bahwa kondisi pemilihan politik memang berbeda dengan konteks dunia usaha pada umumnya. Diantaranya:

  • Dilakukannya pemilihan atau keputusan secara bersamaan pada satu hari yang sama (serentak).
  • Pada saat transaksi tidak terdapat harga secara langsung sehingga membedakan konsep pembelian dalam politik dengan dunia usaha.
  • Produk politik adalah produk tidak nyata ( intangible ) yang sangat komplek sehingga sulit untuk dianalisis secara keseluruhan.
  • Brand dan image politik pada umumnya sudah melekat dengan keberadaan partai ataupun individu sehingga mengubah brand sangatlah sulit.

Walaupun pendekatan pemasaran dalam politik ini termasuk hal yang baru, tetapi partai politik atau pihak yang menggunakan pola pemasaran politik, secara realitas mampu meraih dukungan maksimal dan sifnifikan.

Di Indonesia sendiri, kajian pemasaran dalam politik masih sangat terbatas, beberapa hasil tulisan pemasaran politik pada jurnal-jurnal ilmiah di Indonesia baru bergerak pada ranah perspektif dari pemasaran politik dengan mengadopsi dan mempelajari pemasaran politik dari negara lain yang sudah lebih dahulu melakukannya.

Mengimplementasikan pemasaran politik bisa mengacu pada konsep pemasaran yang sudah cukup klasik yakni pola pendekatan 4P (Produk, Price, Promosi, Place) dan Segmen, seperti pendapat O’Leary dan Iredale (1976) yang memberi penekanan pada penggunaan bauran pemasaran ( marketing mix) untuk memasarkan partai politik. Dengan menganut pola ini bagi pemain politik dan pihak yang menerapkannya diyakini akan mampu menawarkan alternatif strategi untuk meraup dukungan politik terutama pada kecenderungan untuk memilih.

Pada konteks political marketing ini, para pelaku politik dapat mengaplikasikan marketing concept dalam proses politiknya, untuk mengadaptasi dan dapat memuaskan kebutuhan pemilih. Penting bagi pelaku politik mengetahui isu-isu lokal agar dapat menjadi konsep kebijakan yang akan dijual ke pasar yaitu para pemilih (masyarakat).

Visi, misi kandidat dapat dibuat berdasarkan isu-isu lokal tersebut. Visi, misi pelaku politik ini adalah juga merupakan produk politik (political product). Mengetahui masalah-masalah seperti transparansi, akuntabilitas, tata kota, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat akan menjadi isu-isu sentral yang menarik dibicarakan. Dalam menjelaskan visi, misi serta isu-isu sentralnya, pelaku politik dapat menggunakan promosi politik ( political promotion ) melalui media, seperti periklanan, hubungan masyarakat, penyiaran radio (dialog interaktif) ataupun surat langsung yang sesuai dengan karakteristik-karakteristik para pemilih (masyarakat) setempat.

Saluran distribusi politik ( political distribution ) dalam konteks pemasaran, disini dapat digunakan local work atau jaringan yang dimiliki pelaku politik pada tingkat kecamatan sampai kelurahan, kemudian leader tour dalam bentuk pertemuan-pertemuan tatap muka antara pelaku (tidak diwakili pihak lain) dengan masyarakat yang berada disetiap wilayah tersebut.

Ada tiga dimensi untuk menilai harga politik ( Political Price) , yaitu :
Harga ekonomi, yang didasarkan pada komunitas masyarakat yang dijadikan target oleh organisasi kandidat atau politik.

  • Harga nasional menjelaskan bahwa masyarakat akan memperhatikan kandidat dari kemampuannya, pertimbangan atau hasil keputusan dan pribadi yang layak untuk dipercaya.
  • Harga psikologi dalam pengertian harga politik ini berdasarkan dari harga observasi, bahwa sebuah penggunaan hak suara adalah sebuah pembelian psikologi atau ingin mendapatkan rasa aman.

Keunikan political price disini yaitu harus dipahami sebagai pengurangan opportunity cost yang dirasakan oleh pasar pemilih. Dianggap sebagai hambatan yang harus dicegah dengan mengarahkan perilaku pemilih melalui keterlibatan politik dan proses penggunaan hak suara sebagai suatu kewajiban.

Pelaku politik bisa membuat berbagai usaha agar harga produk politiknya menjadi rendah sehingga resiko untuk memilih dia juga menjadi rendah, sebaliknya pelakupolitik bisa menaikkan resiko untuk pesaing atau menjadikan harga produk pesaing menjadi mahal dengan melihat faktor-faktor yang dianggap riskan bagi pemilih.

Ada banyak strategi untuk memenangkan kampanye dalam pemilu atau pemilihan legislatif, tetapi kami akan berikan 7 strategi yang menurut kami yang tidak boleh diabaikan, ini menyangkut personal dan bagaimana anda melakukan hal-hal yang akan disukai oleh pemilih.

Pemilih di era sekarang sudah cerdas, informasi tentang calon yang akan dipilih banyak tersebar di media baik media konvensional ataupun media online. setiap gerak-gerik calon akan mudah dikontrol dan dilihat dengan cepat, hal ini akan membuat para calon legislatif atau calon pemimpin negara dan pemerintahan harus lebih cerdas dalam berkampanye.

Tujuh hal yang perlu dimasukkan dalam strategi kampanye itu adalah sebagai berikut:


1. Jadilah Otentik

Seorang calon pemimpin harus memiliki karakter yang kuat, pemilih tidak suka dengan pemimpin yang hanya berisi omong kosong dan hanya melakukan pencitraan. jadi seorang caleg atau pemimpin harus terbuka, tidak menutupi hal-hal yang berhubungan dengan diri anda, apapun itu. seperti contoh di media ada beberapa Caleg yang tidak mau biografinya ditampilkan. hal ini menurut saya adalah sebuah blunder yang membuat pemilih anda berpaling kepada calon yang lebih asli, bersih dan tanpa pencitraan.

2. Jangan Menjadi Superman

Banyak para Caleg yang merasa dirinya hebat, banyak yang berfikir bahwa dia akan menang dengan kekuatan yang dimilikinya, hal ini menurut saya harus dikesampingkan apabila ingin benar-benar menang dalam pemilihan. Anda harus sudah mulai menyusum team baik dalam berkampanye ataupun hal-hal yang berhubungan dengan pemenangan pemilihan anda. delegasikan tugas-tugas kepada yang berkompeten di bidang masih, susun team yang mengerjakan hal-hal yang menurut anda penting dalam pemenangan ini.

3. Character dan Positioning yang kuat

Anda harus sudah merencanakan, anda ingin dipandang pemilih sebagai apa? seorang pebisnis yang peduli dengan rakyat, seorang pemimpin yang peduli dengan rakyat kecil, pemimpin yang peduli dengan pendidikan atau menjadi apa? membangun positioning dan karakter yang kuat akan dapat mengambil hati pemilih, hal ini yang digunakan Bapak Jokowi dalam mengambil hati pemilih saat pilkada jakarta. beliau selalu dipandang sebagai pemimpin yang peduli kaum bawah dan bekerja untuk rakyat. dan efek karakter itu juga menjadikan beliau menjadi kandidat presiden terkuat di 2014.

4. Menjadi yang terdepan mempertahankan Ideologi

Dalam mempertahankan Ideologi harus siap menerima kritik dari yang tak sejalan dengan ide-ide anda, tetapi anda harus tunjukkan ke pemilih bahwa “inilah saya yang akan berjuang buat rakyat”. pemilih tidak suka pemimpin yang plin-plan jadi apabila anda sudah berkampanye dengan memperjuangkan sesuatu yang baik anda harus bertahan dengan ide-ide yang anda sudah buat diawal. jadi menurut saya sebelum berkampanye anda harus siapkan ide-ide yang disukai oleh pemilih sebelum di eksekusi dengan kampanye.

5. Pesan kampanye yang kuat

Setelah karakter anda terbentuk, anda terlihat otentik,anda memiliki sikap yang kuat, hal terakhir yang harus difokuskan adalah pesan apa yang kuat agar selalu diingat oleh pemilih anda, ini bisa dilakukan antara calon pemimpin dengan konsultan kampanyenya, lakukan diskusi bersama untuk memnetukan hal ini. jadi dengan konten yang kuat anda akan lebih mudah mengaplikasikan dalam eksekusi dilapangan, sehingga strategi anda tidak sporadis dan menghambur hamburkan uang yang tidak penting.

7. Penggunaan New Media (Social Media)

Social media sebagai media penyampai pesan kepada pemilih

Pengguna Internet di Indonesia tahun 2013 sebanyak 82 juta pengguna dan diprediksi 2014 nanti akan mencapai 107 juta (sumber APPJI) jelas ini angka yang besar jika dihitung dari 187 juta calon pemilih di pilpres 2014 jelas Netizen indonesia mewakili sekitar 50% pemilih di 2004. jadi apakah ini menurut anda peluang atau kelemahan? kalo menurut saya ini adalah peluang karena model marketing politik akan berubah, dulu di tahun 2009 masih konvensional dan kampanye di dominasi oleh media luar ruang (billboard, baliho, poster dan lainnya) tahun 2014 ini banyak tambahan media komunikasi yang dapat digunakan, karena sifat social media yang free akses maka para caleg harus memanfaatkan media ini untuk berkomunikasi dengan pemilihnya. Apabila di wilayah/dapil belum terlalu banyak menggunakan Social media, minimal kita lebih dulu menggunakan dan lebih tahu di banding dengan pemilih kita.

Social media Sebagai media monitoring tentang diri kita

Social media selain digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan kita, juga bisa digunakan untuk memonitoring percakapan tentang diri kita, kita tidak tahu apa yang disampaikan oleh pemilih tentang kita di social media, apakah itu percakapan Positif atau negatif. yang paling berbahaya apabila kita tidak memiliki channel di social media dan ternyata kita diisyukan negatif oleh pemilih kita.

Social Media sebagai konten berkampanye

Apabila Social media yang belum menyebar di daerah pemilihan kita, maka kita harus gunakan ini untuk menjadi tema berkampanye para caleg dan para komunikator politik. misalnya: dengan memilih para Caleg ini maka daerah anda akan free akses internet dll. jadi manfaatkan peluang pertumbuhan internet ini sebagai media untuk berkampanye ke pemilih. kita ambil contoh kota Banyuwangi yang notabene ada di pelosok jawa bagian timur, ternyata banyak penduduk yang bergembira dengan adanya program ini. hal ini berarti menunjukkan bahwa konstituen kita terbuka untuk hal seperti ini.