Sosiologi ekonomi merupakan aplikasi perspektif sosiologis pada fenomena ekonomi. Bidang kajian ini juga dikenal dengan sosiologi mengenai kehidupan ekonomi atau sosiologi mengenai ekonomi. Etzioni (1988) menyebutnya dengan sosial ekonomi dalam arti aspek sosial dari kegiatan ekonomi.
Dalam versi yang lebih luas, sosiologi ekonomi adalah aplikasi kerangka berpikir, variabel-variabel dan model-model penjelasan sosiologi pada berbagai kegiatan yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran dan konsumsi atas barang dan jasa. Kadang terminologi ―sosiologi ekonomi juga digunakan untuk aplikasi perspektif pilihan rasional pada perilaku sosial pada umumnya (Beker, 1990).
Seiring dengan perkembangan sosiologi pada umumnya dan sosiologi ekonomi pada khususnya, perspektif khusus dari jaringan sosial, gender, dan konteks budaya, juga menjadi pusat perhatian sosiologi ekonomi. Selain itu, dimensi internasional dari kehidupan ekonomi juga menjadi pembahasan sosiologi ekonomi.
Sementara itu, pentingnya faktor alam dalam pembahasan sosiologi, khususnya sosiologi ekonomi, juga dikemukakan oleh Arthur L. Stinchcombe (1982). Stinchcombe melakukan telaah atas penelitian Dyson-Hudson tentang ekologi peternakan pada masyarakat primitif Karimojong Uganda. Kemudian membandingkannya dengan ekologi pertanian pada masyarakat Perancis Abad XVIII dan juga masyarakat ekonomi industri modern di Amerika Serikat. Salah satu kesimpulannya adalah bahwa setiap mode produksi merupakan sebuah transaksi dengan alam. Prinsip ekologi berlaku untuk setiap kegiatan ekonomi, yaitu
-
struktur ekonomi dan organisasi sosial-ekonomi bervariasi sesuai dengan kondisi alam setempat;
-
batas-batas alami dapat ditanggulangi melalui kemajuan teknologi (transportasi); dan
-
kegiatan ekonomi di satu tempat akan menjadi input penting bagi kegiatan ekonomi di sekitarnya sebagai ekonomi eksternal dan merupakan jaringan interdependensi.
Perbedaan dan Persamaan Sosiologi Ekonomi dan Ilmu Ekonomi
Perbedaan teoritis antara sosiologi ekonomi dan ilmu ekonomi akan dijelaskan berikut ini
Konsep aktor
Titik tolak analisis ekonomi adalah individu. Titik tolak analisis sosiologi ekonomi adalah kelompok, institusi, dan masyarakat. Dalam mikroekonomi, pendekatan individualistik ini bersumber dari utilitarianisme awal Inggris dan ekonomi politik. Oleh Schumpeter pendekatan ini disebut sebagai individualisme metodologis karena membahas transaksi ekonomi dimulai dengan individu (Schumpeter, 1908). Akan tetapi, para sosiolog ketika mendiskusikan individu, mereka memfokuskan pada aktor sebagai entitas yang dikonstruksikan secara sosial, sebagai ―aktor dalam interaksi ( actor-in-interaction ) atau aktor dalam masyarakat― ( actor-in-society ). Selain itu, para sosiolog juga sering menganggap kelompok dan tingkat sosial-struktural sebagai fenomena sui generis .
Individualisme metodologis tidak sejalan dengan pendekatan sosiologis sebagaimana ditunjukkan Max Weber. Dalam Economy and Society , Weber mengkonstruksi sosiologinya atas dasar tindakan individu. Namun, tindakan ini baru menjadi perhatian sosiolog sepanjang tindakan tersebut adalah tindakan sosial, atau dalam kata-katanya, ―tindakan tersebut menjelaskan perilaku individu lain dan karena itu diorientasikan pada tujuannya‖ (Weber, 1922).
Formulasi ini menggarisbawahi perbedaan antara mikroekonomi dan sosiologi ekonomi. Pertama mengasumsikan bahwa aktor tidak berhubungan dengan aktor lain, sedangkan yang terakhir mengasumsikan bahwa aktor berhubungan dengan dan dipengaruhi oleh aktor lainnya.
Konsep tindakan ekonomi
Dalam mikroekonomi, aktor diasumsikan mempunyai seperangkat preferensi dan pilihan yang telah tersedia dan stabil. Hal ini menjadi alternatif tindakan aktor untuk memaksimalkan pemanfaatan (individu) atau keuntungan (perusahaan). Dalam teori ekonomi, tindakan ini merupakan tindakan rasional secara ekonomi. Sebaliknya, sosiologi memberikan beberapa tipe kemungkinan tindakan ekonomi. Menurut Weber, tindakan ekonomi bisa bersifat rasional, tradisional, atau spekulatif-irrasional. Para ekonom tidak memberikan tempat bagi tindakan ekonomi tradisional.
Perbedaan lainnya antara mikroekonomi dan sosiologi ekonomi dalam konteks ini berhubungan dengan jangkauan tindakan rasional. Ekonom mengidentifikasi tindakan rasional dengan penggunaan sumber daya langka yang efisien. Pandangan sosiolog lebih luas. Weber mengidentifikasi tindakan rasional dengan maksimalisasi pemanfaatan dalam kondisi kelangkaan dan secara kuantitatif disebut sebagai rasionalitas formal. Di samping itu, Weber juga mengidentifikasi rasionalitas substantif. Rasionalitas ini mengacu pada prinsip-prinsip seperti loyalitas komunal atau nilai-nilai sakral. Perbedaan selanjutnya, terletak pada kenyataan bahwa para ekonom memandang rasionalitas sebagai sebuah asumsi, sedangkan para sosiolog memandangnya sebagai suatu variabel (Stinchcombe, 1986). Seiring dengan itu, para sosiolog cenderung memandang rasionalitas sebagai suatu fenomena yang perlu dijelaskan, bukan diasumsikan.
Perbedaan selanjutnya muncul dalam status makna dalam tindakan ekonomi. Para ekonom cenderung memandang makna tindakan ekonomi diperoleh dari hubungan antara selera yang ada di satu sisi dan harga serta kuantitas barang dan jasa di sisi lain. Dalam sosiologi, ―Definisi tindakan ekonomi harus mengemukakan fakta bahwa semua proses dan objek ekonomi― ditandai sepenuhnya dengan makna yang mereka miliki untuk tindakan manusia (Weber, 1922).
Menurut pandangan ini, makna dikonstruksi secara historis dan harus diselidiki secara empiris, serta sama sekali tidak bersumber dari asumsi dan kondisi eksternal.
Hambatan pada tindakan ekonomi
Dalam ilmu ekonomi, tindakan dibatasi oleh selera dan kelangkaan sumber daya, termasuk teknologi. Pengaruh aktif dari orang dan kelompok lain, dan juga pengaruh struktur institusional dikesampingkan. Sebaliknya, para sosiolog mengingatkan akan pengaruh tersebut dalam analisis atas tindakan ekonomi. Aktor-aktor lain bisa memudahkan, menghambat, atau membatasi tindakan individu dalam pasar. Misalnya, persahabatan yang sudah berlangsung lama antara pembeli dan penjual bisa mencegah pembeli meninggalkan penjual hanya karena barang dijual dengan harga lebih rendah di tempat lain di pasar (Dore, 1983). Makna kultural juga memengaruhi pilihan yang pada gilirannya bisa dianggap rasional.
Di Amerika Serikat, misalnya sulit membujuk orang untuk membeli kucing dan anjing untuk makanan sekalipun dagingnya bergizi dan lebih murah ketimbang jenis lainnya. Selain itu, posisi seseorang dalam struktur sosial juga mengkondisikan aktivitas ekonominya.
Hubungan ekonomi dengan masyarakat
Fokus utama para ekonom adalah pertukaran ekonomi, pasar, dan ekonomi. Hingga tingkat tertentu, masyarakat yang ada dipandang di luar itu (Arrow, 1990). Selanjutnya, asumsi-asumsi ekonomi sering mengandaikan parameter kemasyarakatan yang stabil. Misalnya, asumsi yang sudah lama berkembang bahwa analisis ekonomi berurusan dengan transaksi- transaksi yang damai dan sah menurut hukum serta tidak berurusan dengan kekuatan dan kecurangan. Sebaliknya, sosiologi ekonomi selalu memandang proses ekonomi sebagai sebuah bagian organik dari masyarakat, terus- menerus berinteraksi dengan kekuatan-kekuatan lainnya.
Oleh karena itu, sosiologi ekonomi memusatkan perhatian pada tiga garis analisis utama, yaitu :
- analisis sosiologis atas proses ekonomi;
- analisis atas hubungan dan interaksi antara ekonomi dan masyarakat; dan
- studi tentang perubahan parameter institusional dan kultural yang merupakan konteks kemasyarakatan ekonomi.
Tujuan analisis
Sebagai ilmuwan sosial, baik para ekonom maupun sosiolog secara profesional memiliki minat terhadap penjelasan sistematis tentang fenomena. Akan tetapi, di dalam peminatan bersama ini, muncul perhatian yang berbeda. Para ekonom cenderung bersikap kritis terhadap analisis yang terlalu deskriptif dan teoretis. Malahan mereka menekankan pentingnya prediksi. Sebaliknya, para sosiolog kurang memberikan prediksi. Sebagai akibat dari perbedaan tersebut, para sosiolog sering mengkritik para ekonom karena menghasilkan model-model formal dan abstrak serta mengabaikan data empiris. Para ekonom mencela para sosiolog karena ketidakmampuan mereka membuat prediksi dan kecenderungan mereka terhadap interpretasi sosiologis post factum (Merton, 1968).
Metode yang digunakan
Penekanan pada prediksi menjadi salah satu alasan mengapa ekonomi menempatkan nilai tinggi prediksi tersebut dengan menyampaikan hipotesis dan modelnya dalam bentuk matematis. Namun, para ekonom sendiri mengkritik. Misalnya, dalam pidato presidensialnya untuk American Economic Association pada 1970, Wisely Leontief mengkritik entusiasme profesinya yang tidak kritis terhadap formulasi matematis. Bahkan ia menyatakan bahwa lebih dari separoh artikel di American Economic Review terdiri dari model-model matematis yang tidak berhubungan dengan data apa pun (Leontief, 1982).
Ketika para ekonom menoleh ke data empiris, mereka cenderung mengandalkan data yang dihasilkannya lewat proses ekonomi itu sendiri (misalnya, agregasi perilaku pasar, transaksi bursa efek, dan statistik ekonomi resmi yang dikumpulkan lembaga-lembaga pemerintah). Kadang-kadang survei sampel digunakan, khususnya dalam ekonomi konsumsi; data arsip jarang diperiksa, kecuali oleh sejarawan ekonomi; dan tidak ada karya etnografis. Sebaliknya, para sosiolog sangat mengandalkan berbagai macam metode, termasuk analisis atas data sensus, analisis survei independen, observasi partisipan dan studi lapangan, serta analisis atas data historis kualitatif dan komparatif.
Hirsch, Michaels, dan Friedman (1990) mencirikan dua model metodologis itu sebagai clean models bagi para ekonom dan dirty hands bagi para sosiolog.
Tradisi Intelektual
Para ekonom dan sosiolog tidak hanya bersandar pada tradisi intelektual yang berbeda, melainkan juga mereka menganggap tradisi tersebut secara berbeda (Karloff, 1990). Dipengaruhi oleh model ilmu alam tentang akumulasi sistematis pengetahuan, para ekonom kurang menunjukkan minat terhadap studi tentang dan penafsiran atas model klasik mereka dibandingkan para sosiolog (kecuali beberapa tokoh seperti Adam Smith dan David Ricardo). Karena itu, para ekonom memperlihatkan perbedaan yang tajam antara teori ekonomi belakangan dan sejarah pemikiran ekonomi. Dalam sosiologi dua aspek tersebut berkaitan erat. Bahkan model klasik diminati dan menjadi bacaan wajib.
Secara ringkas, perbandingan antara Sosiologi Ekonomi dan Ilmu Ekonomi dapat dilihat pada tabel berikut ini,
Tabel Perbandingan antara Sosiologi Ekonomi dan Ilmu Ekonomi
|
Sosiologi Ekonomi |
Ilmu Ekonomi |
Konsep Aktor |
Aktor dipengaruhi oleh aktor lain dan bagian dari kelompok dan masyarakat |
Aktor tidak dipengaruhi oleh aktor lain (individualisme metodologis) |
Tindakan Ekonomi |
Banyak tipe tindakan ekonomi yang berbeda, antara lain rasional; rasionalitas sebagai variable |
Semua tindakan ekonomi diasumsikan rasional; rasionalitas sebagai asumsi |
Hambatan pada tindakan ekonomi |
Tindakan ekonomi dibatasi oleh kelangkaan sumber daya, selera, struktur sosial, dan struktur makna |
Tindakan ekonomi dibatasi oleh kelangkaan sumber daya termasuk teknologi |
Hubungan ekonomi dengan masyarakat |
Ekonomi dilihat sebagai bagian integral masyarakat; masyarakat selalu acuan dasar |
Pasar dan ekonomi acuan dasar; masyarakat sesuatu yg telah ada (“given”) |
Tujuan analisis |
Deskripsi dan eksplanasi; jarang prediksi |
Prediksi & eksplanasi; jarang deskripsi |
Metode yang digunakan |
Banyak metode berbeda yang digunakan, antara lain: historis dan komparatif; data sering diproduksi lewat analisis ( dirty hands ) |
Formal, khususnya bangunan model matematis tidak ada data; data resmi sering digunakan ( clean models ) |
Tradisi Intelektual |
Marx-Weber-Durkheim- Schumpeter-Polanyi- Parsons/Smelser model klasik; terus direinterpretasi dan diajarkan |
Smith-Ricardo-Mill- Marshall- Keynes-Samuelson; model klasik; termasuk masa lalu; perhatian pada teori belakangan dan hasil |
Sumber : Knight (1921;1985); Quirk (1976); Baugh (1980); Swedberg (1986); Winter (1987); dan Hirsch Michaels, dan Friedman (1990). |
|
|
Pemikiran-pemikiran Sosiologis tentang Ekonomi
Alexis de Tocqueville
Alexis de Tocqueville (1805–59) merupakan penyumbang pertama bagi sosiologi ekonomi. Karya-karya paling penting berkaitan dengan analisisnya tentang ekonomi adalah Democracy in America (1835–40) dan The Old Regime and the French Revolution (1856).
Democracy in America penting bagi sosiologi ekonomi terutama karena analisisnya tentang budaya ekonomi Amerika pada awal Abad XIX dan upayanya mengontraskan masyarakat aristokratis dan demokratis, dalam dimensi politik dan juga dimensi ekonominya. Dalam suatu diskusi panjang tentang apa yang disebut “prinsip kepentingan diri sendiri yang dipahami dengan benar”.
Tocqueville mengemukakan bahwa orang-orang Amerika menganggap dalam proses melayani kepentingan diri sendiri mereka itulah terbentuk perilaku yang bermoral dan sesuai dengan agama –dan hal ini mengajarkan mereka kesabaran dan juga membuat mereka bersikap metodis dan efisien dalam urusan-urusan ekonomi: “Diyakini sebagai suatu kebenaran bahwa orang melayani dirinya sendiri untuk melayani rekan-rekannya dan bahwa kepentingan pribadi untuk melakukan yang benar” (1835–40; 1945, 2:129). Ia juga mengemukakan bahwa keluarga adalah unit kunci dalam masyarakat aristokratis, sedangkan dalam masyarakat demokratis adalah individu dengan kepentingan-kepentingannya.
Tocqueville sangat terpesona dengan peran yang dimainkan organisasi- organisasi di Amerika. Di mana-mana ia menemukan organisasi-organisasi keagamaan, organisasi politik, organisasi ekonomi, dan sebagainya. Tocqueville percaya bahwa organisasi bisa memainkan peran penting dalam memperbaiki masyarakat demokratis, dengan memediasi antara individu yang terasing dan negara. Ia juga mengamati bahwa dengan ikut serta dalam berbagai organisasi sukarela, orang-orang Amerika mendapatkan pengetahuan yang berguna yang kemudian dapat digunakan ketika mereka ingin memulai organisasi ekonominya sendiri. Pada titik ini Tocqueville erat dengan beberapa argumen sekarang tentang kapital sosial.
The Old Regime and the French Revolution juga banyak menarik perhatian sosiologi ekonomi, khususnya karena analisisnya tentang perpajakan dan physiocrat. Selama berabad-abad negara Perancis selalu meninjau pendapatan baru dan memperlihatkan banyak kecerdikan dalam pencapaian ini. Hasilnya adalah banyak pajak dan biaya yang berbeda, dikumpulkan khususnya untuk strata yang tidak punya hak istimewa. Konsekuensi penting dan tidak terantisipasi dalam membebaskan aristokrasi dari pajak dan beban tertentu, catat Tocqueville adalah kemarahan, khususnya di kalangan para petani; dan biasanya sistem perpajakan mengatur kelas-kelas yang berbeda terhadap satu sama lain. Tocqueville juga mencatat bahwa pajak dan pinjaman adalah alternatif fungsional bagi penguasa. Terakhir, gambarannya tentang physiocrat, banyak membicarakan cita-cita politik pemimpinnya, Quesnay, dan koleganya ketimbang ide-ide ekonominya. physiocrat sangat mengagumi birokrasi Cina dan pada dasarnya ingin menciptakan suatu negara yang sentralistik.
Karl Marx
Titik awal Karl Marx adalah membahas yang terkait dengan kerja dan produksi. Orang harus bekerja untuk hidup, dan ini adalah suatu kenyataan bagi semua masyarakat. Kerja, dalam bukunya yang berjudul Capital , adalah suatu kondisi yang niscaya, bebas dari semua bentuk masyarakat, demi eksistensi manusia (Marx, 1867; 1906:50). Kepentingan material bersifat universal; dan kerja bersifat sosial bukan individual karena orang harus bekerja sama satu sama lain untuk bertahan hidup.
Marx mengkritik para ekonom karena menggunakan individu yang terasing dalam analisis mereka; dan terkadang ia berbicara tentang individu sosial untuk menjelaskan bahwa individu selalu berhubungan dengan orang lain (Marx, 1857–58; 1973:84–85). Menurut Marx, kepentingan paling penting adalah bersifat kolektif, apa yang ia sebut "kepentingan kelas. Akan tetapi, kepentingan tersebut baru akan efektif apabila orang mengakui dirinya sendiri termasuk kelas tertentu. Misalnya, Marx memperlihatkan dalam bukunya The Eighteenth Brumaire of Louis Bonaparte bahwa selama abad medio ke-19 para petani tidak mampu memperkuat kepentingan kelas mereka . . . . Identitas kepentingan mereka tidak bersatu. . . mereka tidak membentuk kelas (1852; 1950: 109).
Marx mengkritik ide Adam Smith bahwa kepentingan ekonomi individu muncul secara bersamaan, selanjutnya kepentingan umum masyarakat, sebagai sebuah invisible hand. Menurut Marx, ini merupakan pertarungan kelas antara satu dengan yang lain karena sejarah tercatat dengan lumuran darah dan pergolakan (1867; 1906: 786).
Dalam karya-karyanya seperti The Manifesto of the Communist Party (1848; ditulis bersama dengan Friedrich Engels), Grundrisse (1857–58), A Contribution to the Critique of Political Economy (1859), dan Capital (1867), Marx melacak sejarah perjuangan kelas, sejak masa awal hingga masa yang akan datang. Dalam formulasinya yang terkenal sejak 1850-an, Marx menyatakan bahwa pada tahapan tertentu hubungan produksi menimbulkan konflik dengan kekuatan produksi dan hasilnya adalah revolusi serta melahirkan mode produksi baru (1859; 1970: 21).
Max Weber
Karya Weber tentang sosiologi ekonomi bisa ditemukan pada dua karya, yaitu Economy and Society (1922) dan Collected Essays in the Sociology of Religion (1920–21). Yang terakhir memuat The Protestant Ethic (dalam suatu versi yang telah direvisi dari 1920), The Protestant Sects and the Spirit of Capitalism (1906; rev. 1919– 20), dan tulisan-tulisan tentang etika ekonomi agama-agama dunia, termasuk The Religion of China (1920; 1951), The Religion of India (1921; 1958), Ancient Judaism (1921; 1952), dan beberapa teks lainnya (Weber, 1920; 1958; 1915; 1946a; 1915; 1946b). Materi dalam Collected Essays utamanya menyangkut sosiologi agama namun juga menarik bagi sosiologi ekonomi. Satu studi paling penting, tak diragukan lagi adalah The Protestant Ethic .
Dalam Collected Essays in the Sociology of Religion , Weber memberikan perhatian terhadap bagaimana ide dan kepentingan material menggerakkan tindakan orang serta cara bagaimana ia menggunakan konsep kepentingan untuk memahami agama. The Protestant Ethic, misalnya, memusatkan perhatian pada analisis kepentingan macam ini, dan inilah yang memperlihatkan ciri khas studinya. Menurut Weber, penganut Protestantisme asketik didorong oleh keinginan untuk selamat (kepentingan keagamaan) dan bertindak sesuai dengan itu. Maka dari itu, ia mengikuti jalan yang telah ditetapkan oleh pandangan dunia agamanya. Untuk berbagai alasan individu akhirnya percaya bahwa kerja yang bersifat duniawi, yang dilakukan secara metodis, menjadi sarana untuk keselamatan –dan ketika hal ini terjadi, kepentingan keagamaannya menyatu dengan kepentingan ekonomi.
Ketika menulis The Protestant Ethic , Weber menerbitkan esei yang meringkaskan secara bagus pendirian teoretisnya dalam analisis awalnya tentang ekonomi, yaitu Objectivity‘ in Social Science and Social Policy ([1904] 1949). Beberapa konsep dan ide yang diperkenalkan dalam esei ini masih sangat berguna sekarang ini, seperti ide bahwa ilmu ekonomi harus bersifat luas dan memayungi semuanya (Sozial- ¨okonomik; 64–65). Menurut pandangan ini, ―Ekonomi Sosial‖, tidak hanya memasukkan teori ekonomi melainkan juga sejarah ekonomi dan sosiologi ekonomi.
Weber mengemukakan bahwa analisis ekonomi tidak hanya menyingkap fenomena ekonomi melainkan juga fenomena yang relevan secara ekonomi dan fenomena yang dikondisikan secara ekonomi.
-
Fenomena ekonomi terdiri dari norma-norma dan institusi-institusi ekonomi, yang sering diciptakan untuk tujuan-tujuan ekonomi dan penting sekali bagi orang karena aspek ekonominya, misalnya korporasi, bank, dan bursa saham.
-
Fenomena yang relevan secara ekonomi adalah fenomena nonekonomi yang bisa jadi memiliki dampak terhadap fenomena ekonomi, misalnya institusi-institusi agama atau politik.
-
Fenomena yang dikondisikan secara ekonomi, misalnya fenomena yang hingga tingkat tertentu dipengaruhi oleh fenomena ekonomi. Misalnya, Protestantisme asketik, sebagaimana dianalisis dalam The Protestant Ethic .
Menurut Weber, sementara teori ekonomi hanya dapat menangani fenomena ekonomi (dalam versi rasionalnya), sejarah ekonomi dan sosiologi ekonomi bisa menguraikan fenomena yang dikondisikan secara ekonomi dan fenomena yang relevan secara ekonomi.
Gambar Bidang Subjek Ekonomi Sosial menurut Weber. Sumber : Max Weber, “„Objectivity‟ in Social Science and Social Policy,” h. 64–65 dalam Essays in the Methodology of the Social Sciences (New York: Free Press, 1949).
Dalam Economy and Society (1922; 1978), khususnya pada bab kuncinya (63–211) Weber berupaya mengembangkan suatu pendekatan baru dan kokoh dalam sosiologi; dan khususnya dua konsep yang ia diskusikan: tindakan sosial dan order.
-
Tindakan sosial terdiri dari tindakan, yang didefinisikan sebagai perilaku yang memiliki makna, dan sosial, yang berarti tindakan diorientasikan kepada beberapa aktor lain.
-
Order terbentuk ketika tindakan-tindakan sosial berulang-ulang dari waktu ke waktu dan dipandang objektif. Order juga sering dilingkupi oleh berbagai sanksi, yang memberikannya stabilitas.
Menurut Weber, para ekonom mengkaji tindakan ekonomi murni, sebuah tindakan yang semata-mata didorong oleh kepentingan-kepentingan ekonomi atau hasrat untuk pemanfaatan ([1922] 1978: 63). Sosiolog ekonomi mengkaji tindakan ekonomi sosial atau tindakan yang didorong oleh kepentingan-kepentingan ekonomi dan diorientasikan kepada aktor-aktor lain. Tindakan-tindakan ekonomi sosial tidak hanya didorong oleh kepentingan-kepentingan ekonomi, melainkan juga oleh tradisi dan emosi.
Emile Durkheim
Durkheim memberikan sumbangan bagi perkembangan pemikiran sosiologi ekonomi lewat studinya tentang The Division of Labor in Society (1893; 1984). Argumen pokoknya ialah bahwa masyarakat Barat telah berkembang dari masyarakat yang tidak terdiferensiasi ke masyarakat yang memiliki pembagian kerja yang sudah maju. Para ekonom seperti Adam Smith, kata Durkheim, memandang pembagian kerja semata-mata sebagai sebuah fenomena ekonomi. Padahal ia memiliki dimensi sosial, yaitu bagaimana ia membantu mengintegrasikan masyarakat dan membuatnya kohesif, dengan menciptakan banyak ketergantungan.
Perhatian utama Durkheim dalam The Division of Labor in Society ialah bahwa kemajuan ekonomi di negara-negara Barat seperti Perancis selama Abad XIX akhir dapat merusak masyarakat dengan membiarkan ketamakan individu lepas. Isu ini sering muncul dalam kaitannya dengan kepentingan pribadi versus kepentingan umum. Misalnya, dikemukakan bahwa
subordinasi kepentingan khusus ke kepentingan umum merupakan mata air dari seluruh aktivitas moral (1893; 1984: xliii).
Dalam Suicide, Durkheim juga mencatat bahwa hasilnya adalah anomi ekonomi kecuali kalau negara atau beberapa agen lainnya yang merepresentasikan kepentingan umum dapat turun tangan dan mengatur kehidupan ekonomi (1897; 1951:246, 259). Orang-orang membutuhkan aturan dan norma untuk menuntun tindakan- tindakan ekonomi mereka, dan mereka bereaksi sangat negatif terhadap situasi anomi atau anarki. Misalnya, bunuh diri, tidak hanya meningkat ketika ekonomi tiba-tiba mengalami penurunan, melainkan juga ketika mengalami peningkatan.
George Simmel
Simmel juga memberikan sumbangan bagi perkembangan pemikiran sosiologi ekonomi. Karya utama Simmel, Soziologie (1908), memuat analisis penting tentang kepentingan. Dalam bab teoretis utama volume ini Simmel membicarakan tentang masalah apa yang seharusnya menjadi analisis kepentingan sosiologis dan mengapa analisis tentang kepentingan sangat diperlukan oleh sosiologi. Dua proposisi paling pokok ialah bahwa kepentingan mendorong orang untuk membentuk relasi sosial dan hanya lewat relasi sosial kepentingan dapat dinyatakan.
Soziologie juga memuat sejumlah analisis tentang fenomena ekonomi, termasuk kompetisi. Dalam suatu bab tentang peran sejumlah aktor dalam kehidupan sosial, misalnya Simmel mengemukakan bahwa kompetisi dapat mengambil bentuk tertius gaudens (―orang ketiga yang beruntung‖). Dalam situasi ini, yang melibatkan tiga aktor, aktor A mengeksploitasi fakta bahwa aktor B dan C sedang berkompetisi untuk merebut kebaikan hatinya –untuk membeli atau menjual sesuatu misalnya. Konsekuensinya, kompetisi bukanlah sesuatu yang berkenaan hanya dengan para kompetitor (aktor B and C); melainkan juga berkaitan dengan aktor A, target kompetisi.
Dalam analisisnya itu Simmel juga mengontraskan kompetisi dengan konflik. Menurut dia, konflik secara tipikal berarti konfrontasi berhadap- hadapan antara dua aktor, sedangkan kompetisi menunjukkan upaya-upaya sejajar, yang berarti bahwa masyarakat dapat memperoleh keuntungan dari tindakan-tindakan kedua aktor. Dalam kompetisi seseorang mencoba untuk melakukan secara tepat apa yang dilakukan kompetitornya. Simmel menggarisbawahi bahwa kompetitor yang cakap selalu mencoba untuk memperhitungkan apa yang diinginkan pelanggan.
Karya sosiologis utama kedua Simmel adalah The Philosophy of Money (1900). Ia memuat banyak refleksi yang mengandung wawasan mendalam tentang hubungan antara uang dengan otoritas, uang dengan emosi, dan uang dengan kepercayaan.
Tokoh-tokoh Modern
Joseph Schumpeter
Dalam History of Economic Analysis, Schumpeter mengungkapkan bahwa analisis ekonomi menguraikan persoalan bagaimana orang berperilaku pada suatu waktu tertentu dan efek ekonomi apa yang dihasilkan dari perilaku itu; sedangkan sosiologi ekonomi menguraikan persoalan bagaimana mereka berperilaku sebagaimana mereka lakukan. Schumpeter (1954) mendefinisikan perilaku ekonomi cukup luas meliputi tidak hanya tindakan dan motivasi serta kecenderungan melainkan juga institusi-institusi sosial yang relevan dengan perilaku ekonomi seperti pemerintah, properti, dan kontrak.
Schumpeter menghasilkan tiga studi utama dalam sosiologi.
-
Studi pertama Schumpeter adalah artikel tentang kelas sosial. Ia mengontraskan penggunaan ekonom tentang konsep kelas dengan para sosiolog (1927; 1991). Menurut Schumpeter, para ekonom memandang kelas terutama sebagai kategori formal, sedangkan para sosiolog memandangnya sebagai realitas yang hidup. Inilah satu-satunya bagian dalam karya Schumpeter di mana ia secara langsung mengaitkan teori ekonomi dengan analisis sosiologis. Schumpeter melakukan ini dengan menggunakan teori entrepreneur -nya untuk menjelaskan pasang surut keluarga borjuis.
-
Studi kedua Schumpeter adalah artikel tentang sifat imperialisme (1919; 1991). Ide dasarnya ialah bahwa imperialisme bersifat prekapitalistik dan sangat irasional, serta merupakan sebuah ekspresi dari kelas atau stratum serdadu yang merasa harus terus-menerus menaklukkan area-area baru atau sebaliknya akan mundur dan kehilangan kekuasaan. Imperialisme apa pun yang ada sekarang ini, kata Schumpeter, adalah sisa dari zaman feodal.
-
Studi ketiga Schumpeter adalah ―The Crisis of the Tax State‖ (1918). Ini menganalisis peran negara dalam ekonomi. Schumpeter sendiri menggolongkan artikel ini sebagai suatu studi dalam ―sosiologi fiskal‖ ( finanzsoziologie ). Tesis utamanya ialah bahwa keuangan negara merepresentasikan posisi yang mempunyai hak-hak istimewa yang dari situ dianalisis tindakan-tindakannya.
Sementara itu, Capitalism, Socialism and Democracy (1942) tidak dipandang sebagai suatu karya sosiologi oleh Schumpeter sendiri, namun tesis utamanya sangat bersifat sosiologis walaupun mesin kapitalisme masih utuh, struktur institusionalnya lemah dan rusak, yang membuatnya rentan dan kemungkinannya akan digantikan oleh sosialisme. Pada poin akhir ini – kemenangan sosialisme atas kapitalisme—jelas salah. Karya ini merupakan upaya serius dengan pengamatan sosiologis yang tajam tentang kompetisi, monopoli, dan tentu saja topik kunci dari seluruh studinya: perubahan ekonomi.
Karl Polanyi
Karya Polanyi paling terkenal adalah The Great Transformation (1944). Tesis utamanya adalah bahwa upaya revolusioner telah dilakukan di Inggris pada Abad XIX untuk mengintrodusir tipe baru ekonomi, di mana segala sesuatu berkisar sekitar pasar. Tidak ada otoritas di luar, baik politik maupun agama, memiliki kekuasaan apa pun dalam urusan- urusan ekonomi; segala sesuatu ditentukan oleh pasar (pasar mengatur dirinya sendiri).
Sementara itu, kritik Polanyi terhadap teori ekonomi dan konsepsinya tentang keterlekatan ( embeddedness ) serta prinsip-prinsip perilaku‖ (kemudian berubah ke ―bentuk-bentuk integrasi) terdapat dalam Trade and Market in the Early Empires (1957), khususnya dalam eseinya The Economy as Instituted Process. Polanyi mengkritik teori ekonomi karena bersifat formal semata-mata memfokuskan pada pilihan, hubungan sarana-tujuan, dan kelangkaan barang. Juga kecenderungan dalam ekonomi menyamakan ekonomi semata-mata dengan pasar (1944; 1957: 270).
Konsep paling terkenal yang berhubungan dengan karya Polanyi adalah keterlekatan. Konsep ini digunakan dengan cara yang berbeda (cf. Barber, 1995). Menurut penggunaan sekarang, sebuah tindakan ekonomi pada prinsipnya selalu melekat dalam beberapa bentuk atau lainnya dari struktur sosial. Sedangkan menurut Polanyi, tindakan-tindakan ekonomi menjadi destruktif ketika hal tersebut disembedded, atau tidak ditata oleh otoritas sosial atau nonekonomi. Masalah riil dengan kapitalisme ialah bahwa alih-alih masyarakat menentukan ekonomi, ekonomi yang menentukan masyarakat; alih-alih sistem ekonomi melekat dalam hubungan sosial, hubungan tersebut kini melekat dalam sistem ekonomi (1947; 1971: 70). Untuk menata orang-orang dengan benar, Polanyi berkesimpulan ekonomi harus dilekatkan kembali ( reembedded )‖ dan kontrol politik atas ekonomi dibangun kembali.
Berkenaan dengan bentuk-bentuk integrasi, Polanyi mengatakan ada tiga bentuk integrasi atau jalan untuk menstabilkan ekonomi dan memberikannya kesatuan yang dibutuhkan: resiprositas, yang terjadi di dalam kelompok-kelompok simetris, seperti keluarga, kelompok kekerabatan, dan lingkungan; redistribusi, alokasi barang-barang dari pusat dalam komunitas, seperti negara bagian; dan pertukaran, distribusi barang-barang lewat pasar yang menciptakan harga (1957; 1971). Menurut Polanyi, di tiap- tiap ekonomi, biasanya ada campuran dari tiga bentuk tersebut dan institusi- institusi yang berhubungan: keluarga, negara, dan pasar (cf. Granovetter dan Yakubovich, 2000). Harga dan perdagangan juga bisa berbeda-beda, tergantung pada bentuk integrasi mana yang terlibat.
Gambar Jalan Berbeda dalam Mengorganisir Ekonomi, menurut Polanyi. Sumber : Karl Polanyi, “The Economy as Instituted Process,” h. 243–69 dalam Trade and Market in Early Empires (Chicago: Karl Polanyi, Conrad Arensberg, and Harry Pearson Regnery, [1957] 1971).
Ekonomi hanya dapat diorganisir dengan beberapa jalan fundamental yang semuanya bertanggung jawab terhadap institusi-institusi khusus: resiprositas, redistribusi, dan pertukaran.
Talcott Parsons
Pada 1930-an, Parsons mengembangkan ide bahwa ekonomi menguraikan hubungan sarana-tujuan dalam tindakan sosial, sedangkan sosiologi menguraikan aspek nilainya. Pada 1950-an Parsons menuangkan kembali idenya tentang hubungan ekonomi dengan sosiologi dalam suatu karya yang ditulis bersama dengan Neil Smelser, Economy and Society (1956). Karya ini merupakan kontribusi utama Parsons bagi sosiologi ekonomi, meskipun ia menghasilkan beberapa karya lainnya yang relevan dengan bidang ini (Camic 1987; Swedberg, 1991b). Juga penting dicatat bahwa Parsons-lah yang menerjemahkan banyak karya Weber tentang topik-topik ekonomi ke dalam bahasa Inggris; ia juga memelopori esei penting tentang sosiologi ekonomi teoretis Weber dalam The Theory of Social and Economic Organization (Parsons 1947).
Dalam Economy and Society (1956), Parsons dan Smelser mencatat bahwa dua disiplin ekonomi dan sosiologi sangat jauh satu sama lain, dan ini merupakan situasi yang perlu diperbaiki. Mereka mengemukakan bahwa sosiologi dan ekonomi harus direkonseptualisasikan sebagai bagian dari teori umum sistem sosial. Menurut mereka, ekonomi dapat dipahami sebagai sebuah subsistem, yang berinteraksi dengan tiga subsistem lainnya (pemerintahan, subsistem integratif, dan subsistem motivasional-kultural). Ide ekonomi sebagai sebuah subsistem, yang dapat ditemukan dalam karya Parsons and Smelser itu, mengingatkan kita kepada ide Weber tentang ranah ekonomi. Terakhir mengacu pada nilai, sedangkan subsistem ekonomi memiliki fungsi adaptif dan struktur institusional yang berbeda.