Soneta merupakan puisi-liris tradisional yang terdiri atas empat belas baris. Secara etimologis, soneta berasal dari bahasa italia sonetto yang secara harfiah bermakna suara atau lagu kecil. Soneta yang diyakini mulai lahir dan berkembang kira-kira pada abad ke-11, tetapi mencapai bentuknya yang mantap pada abad ke-13.
S. Burt dan D. Mikics, dalam The Art of The Sonnet (2010), menjelaskan bahwa soneta terkenal ke seluruh Eropa sejak zaman Renaissance dan mencapai kejayaan ekspresinya pada zaman Petrarch, Dante, Tasso, dan Michel-Angelo.
Soneta menjadi bagian sastra yang utama di Jerman selama periode Romantik, terutama terlihat pada karya-karya Goethe, Schlegel, dan Hesye. Jumlah soneta yang luar biasa semarak, muncul pada zaman Elizabeth di Inggris yang ditandai dengan karya-karya Edmund Spenser dan William Shakespeare. Pada zaman Milton, penggunaan soneta mengalami penurunan, kecuali pada zaman romantisisme di awal abad ke-19. Soneta mencapai kepopulerannya kembali pada sajak-sajak Wordsworth dan Keats.
Bentuk soneta yang pertama dan dianggap paling umum adalah soneta Italia atau yang lebih dikenal dengan nama soneta Petrarchan (diambil daru nama salah satu penyair Italian, Petrarch (1304-1374), yang mengembangkan soneta pada abad ke-14.
Soneta Petrarchan dibagi menjadi dua bait, yaitu terdiri atas satu oktaf (delapan baris pertama, berirama abba abba) dan diikuti oleh satu sektet penjawab (enam baris terakhir, berirama cdecde atau cdcdcd).
Beberapa pakar sastra Indonesia pun telah mendefinisikan soneta. Misalnya, Ajip Rosidi menyatakan bahwa soneta adalah bentuk puisi yang berasal dari Italia. Panutan Sudjiman (1991) menyatakan bahwa soneta adalah sajak berlarik empat belas yang menyarankan satu pikiran atau perasaan yang bulat. Puji Santosa (1997) menyatakan bahwa soneta adalah ragam puisi baru di Indonesia yang ditulis dalam empat belas larik (dengan formula pembaitan, pelarikan, dan persajakan yang cukup bervariasi) yang menyuarakan satu pokok pikiran atau perasaan yang bulat.