Apa yang dimaksud dengan Solidaritas Sosial?

Solidaritas sosial adalah perasaan emosional dan moral yang terbentuk pada hubungan antar individu atau kelompok berdasarkan rasa saling percaya, kesamaan tujuan dan cita-cita, adanya kesetiakawanan dan rasa sepenanggungan.

Apa yang dimaksud dengan Solidaritas Sosial ?

Solidaritas menunjuk pada suatu situasi keadaan hubungan antar individu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama (Taufik Abdullah & A. C. Van Der Leeden, 1986).

Solidaritas sosial dalam masyarakat dapat muncul dalam berbagai kategori atas dasar karakteristik sifat atau unsur yang membentuk solidaritas itu sendiri. Veeger, K.J. (1992) mengutip pendapat Durkheim yang membedakan solidaritas sosial dalam dua kategori, pertama, solidaritas mekanis, terjadi dalam masyarakat yang diciri-khaskan oleh keseragaman pola-pola relasi sosial, yang dilatarbelakangi kesamaan pekerjaan dan kedudukan semua anggota. Jika nilai-nilai budaya yang melandasi relasi mereka, menyatukan mereka secara menyeluruh, maka akan memunculkan ikatan sosial diantara mereka kuat sekali yang ditandai dengan munculnya identitas sosial yang demikian kuat.

Individu meleburkan diri dalam kebersamaan, hingga tidak ada bidang kehidupan yang tidak diseragamkan oleh relasi-relasi sosial yang sama. Individu melibatkan diri secara penuh dalam kebersamaan pada masyarakat hingga tidak terbayang bahwa hidup mereka masih berarti atau dapat berlangsung, apabila salah satu aspek kehidupan diceraikan dari kebersamaan.

Solidaritas mekanik memperlihatkan berbagai komponen atau indikator penting, seperti: adanya kesadaran kolektif yang didasarkan pada sifat ketergantungan individu yang memiliki kepercayaan dan pola normatif yang sama. Individualitas tidak berkembang karena dilumpuhkan oleh tekanan aturan atau hukum yang bersifat represif. Sifat hukuman cenderung mencerminkan dan menyatakan kemarahan kolektif yang muncul atas penyimpangan atau pelanggaran kesadaran kolektif dalam kelompok sosialnya.

Solidaritas mekanik didasarkan pada suatu “kesadaran kolektif” (collective consciousness) yang dipraktikkan masyarakat dalam bentuk kepercayaan dan sentimen total diantara para warga masyarakat. Individu dalam masyarakat seperti ini cenderung homogen dalam banyak hal. Keseragaman tersebut berlangsung terjadi dalam seluruh aspek kehidupan, baik sosial, politik bahkan kepercayaan atau agama.

Sementara itu solidaritas organik terjadi dalam masyarakat yang relatif kompleks kehidupan sosialnya namun terdapat kepentingan bersama atas dasar tertentu. Dalam kelompok sosial terdapat pola antar- relasi yang parsial dan fungsional, terdapat pembagian kerja yang spesifik, yang pada gilirannya memunculkan perbedaan kepentingan, status, pemikiran dan sebagainya. Perbedaan pola relasi-relasi, dapat membentuk ikatan sosial dan persatuan melalui pemikiran perlunya kebutuhan kebersamaan yang diikat dengan kaidah moral, norma, undang-undang, atau seperangkat nilai yang bersifat universal. Oleh karena itu ikatan solidaritas tidak lagi menyeluruh, melainkan terbatas pada kepentingan bersama yang bersifat parsial.

Solidaritas organik muncul karena pembagian kerja bertambah besar. Solidaritas ini didasarkan pada tingkat saling ketergantungan yang tinggi. Ketergantungan ini diakibatakan karena spesialisasi yang tinggi diantara keahlian individu. Spesialisasi ini juga sekaligus merombak kesadaran kolektif yang ada dalam masyarakat mekanis. Akibatnya kesadaran dan homogenitas dalam kehiduan sosial tergeser. Karena keahlian yang berbeda dan spesialisasi itu, munculah ketergantungan fungsional yang bertambah antara individu-idividu yang memiliki spesialisasi dan secara relatif lebih otonom sifatnya. Menurut Durkheim itulah pembagian kerja yang mengambil alih peran yang semula disandang oleh kesadaran kolektif.

Jiwa-jiwa individual yang membentuk kelompok, melahirkan sesuatu yang bersifat psikologis, namun berisikan jiwa individualistis yang baru (Soerjono Soekanto, 1984).

Perbedaan solidaritas mekanik dan solidaritas organik, dapat disimpulkan sebagai berikut (Doyle Paul Johnson: 1994) :

Solidaritas mekanik

  1. Pembagian kerja rendah
  2. Kesadaran kolektif kuat
  3. Hukum represif dominan
  4. Individualitas rendah
  5. Konsensus terhadap pola normatif penting
  6. Adanya keterlibatan komunitas dalam menghukum orang yang menyimpang
  7. Secara relatif sifat ketergantungan rendah
  8. Bersifat primitif atau pedesaan

Solidaritas organik

  1. Pembagian kerja tinggi
  2. Kesadaran kolektif lemah
  3. Hukum restitutif atau memulihkan dominan
  4. Individualitas tinggi
  5. Konsensus pada nilai abstrak dan umum penting
  6. Badan-badan kontrol sosial menghukum orang yang menyimpang
  7. Saling ketergantungan tinggi
  8. Bersifat industrial perkotaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian kata solidaritas adalah, sifat (perasaan) solider, sifat satu rasa (senasib), perasaan setia kawan yang pada suatu kelompok anggota wajib memilikinya (Depdiknas, 2007). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata sosial adalah berkenaan dengan masyarakat, perlu adanya komunikasi dalam usaha menunjang pembangunan, suka memperhatikan kepentingan umum (Depdiknas, 2007).

Tipe-tipe Solidaritas Sosial


Durkheim sangat tertarik dengan perubahan cara di mana solidaritas sosial terbentuk, dengan kata lain perubahan cara-cara masyarakat bertahan dan bagaimana anggotanya melihat diri mereka sebagai bagian yang utuh. Untuk menyimpulkan perbedaan ini, Durkheim membagi dua tipe solidaritas mekanis dan organis.

1. Solidaritas Mekanis

Masyarakat yang ditandai oleh solidaritas mekanis menjadi satu dan padu karena seluruh orang adalah generalis. Ikatan dalam masyarakat ini terjadi karena mereka terlibat aktivitas dan juga tipe pekerjaan yang sama dan memiliki tanggung jawab yang sama. Sebaliknya, masyarakat yang ditandai oleh solidaritas organis bertahan bersama justru karena adanya perbedaan yang ada didalamnya, dengan fakta bahwa semua orang memilki pekerjaan dan tanggung jawab yang berbeda-beda (George Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2008). Durkheim berpendapat bahwa masyarakat primitif memiliki kesadaran kolektif yang lebih kuat yaitu pemahaman norma dan kepercayaan bersama. Peningkatan pembagian kerja menyebabkan menyusutnya kesadaran kolektif.

Kesadaran kolektif lebih terlihat dalam masyarakat yang ditopang oleh solidaritas mekanik daripada masyarakat yang ditopang oleh solidaritas organik. Masyarakat modern lebih mungkin bertahan dengan pembagian kerja dan membutuhkan fungsi-fungsi yang yang dimiliki orang lain daripada bertahan pada kesadaran kolektif. Oleh karena itu meskipun masyarakat organik memiliki kesadaran kolektif, namun dia adalah bentuk lemah yang tidak memungkinkan terjadinya perubahan individual (George Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2008.

Masyarakat yang dibentuk oleh solidaritas mekanik, kesadaran kolektif melingkupi seluruh masyarakat dan seluruh anggotanya, dia sangat diyakini, sangat mendarah daging, dan isinya sangat bersifat religious. Sementara dalam masyarakat yang memiliki solidaritas organik, kesadaran kolektif dibatasi pada sebagian kelompok, tidak dirasakan terlalu mengikat, kurang mendarah daging, dan isinya hanya kepentingan individu yang lebih tinggi dari pedoman moral (George Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2008). Masyarakat yang menganut solidaritas mekanik, yang diutamakan adalah perilaku dan sikap. Perbedaan tidak dibenarkan. Menurut Durkheim, seluruh anggota masyarakat diikat oleh kesadaran kolektif, hati nurani kolektif yaitu suatu kesadaran bersama yang mencakup keseluruhan kepercayaan dan perasaan kelompok, dan bersifat ekstrim serta memaksa (Kamanto Sunarto, 2004).

2. Solidaritas Organis

Solidaritas organik merupakan bentuk solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks, yaitu masyarakat yang mengenal pembagian kerja yang rinci dan dipersatukan oleh saling ketergantungan antar bagian. Setiap anggota menjalankan peran yang berbeda, dan saling ketergantungan seperti pada hubungan antara organisme biologis. Bisa dikatakan bahwa pada solidaritas organik ini menyebabkan masyarakat yang ketergantungan antara yang satu dengan yang lainnya, karena adanya saling ketergantungan ini maka ketidakhadiran pemegang peran tertentu akan mengakibatkan gangguan pada sistem kerja dan kelangsungan hidup masyarakat. Keadaan masyarakat dengan solidaritas organik ini, ikatan utama yang mempersatukan masyarakat bukan lagi kesadaran kolektif melainkan kesepakatan yang terjalin diantara berbagai kelompok profesi (Kamanto Sunarto, 2004).

Bentuk-Bentuk Solidaritas Sosial


Bentuk-bentuk solidaritas sosial adalah sebagai berikut :

  • Gotong-Royong
    Bentuk solidaritas yang banyak kita temui di masyarakat misalnya adalah `gotong-royong. Menurut Hasan Shadily (1993: 205), gotong-royong adalah rasa dan pertalian kesosialan yang sangat teguh dan terpelihara. Gotong-royong lebih banyak dilakukan di desa daripada di kota di antara anggota-anggota golongan itu sendiri. Kolektivitas terlihat dalam ikatangotong-royong yang menjadi adat masyarakat desa. Gotong-royong menjadi bentuk solidaritas yang sangat umum dan eksistensinya di masyarakat juga masih sangat terlihat hingga sekarang, bahkan Negara Indonesia ini di kenal sebagai bangsa yang mempunyai jiwa gotong-royong yang tinggi.

    Gotong-royong masih sangat dirasakan manfaatnya, walaupun kita telah mengalami perkembangan jaman, yang memaksa mengubah pola pikir manusia menjadi pola pikir yang lebih egois, namun pada kenyataanya manusia memang tidak akan pernah bisa untuk hidup sendiri dan selalu membutuhkan bantuan dari orang lain untuk kelangsungan hidupnya di masyarakat.

  • Kerjasama
    Menurut Hasan Shadily (1993), kerjasama adalah proses terakhir dalam penggabungan. Proses ini menunjukan suatu golongan kelompok dalam hidup dan geraknya sebagai suatu badan dengan golongan kelompok yang lain yang digabungkan itu. Kerjasama merupakan penggabungan antara individu dengan individu lain, atau kelompok dengan kelompok lain sehingga bisa mewujudkan suatu hasil yang dapat dinikmati bersama. Setelah tercapainya penggabungan itu barulah kelompok itu dapat bergerak sebagai suatu badan sosial. Sehingga kerjasama itu diharapkan memberikan suatu manfaat bagi anggota kelompok yang mengikutinya dan tujuan utama dari bekerjasama bisa dirasakan oleh anggota kelompok yang mengikutinya.

    Kerjasama timbul karena adanya orientasi orang-perseorangan terhadap kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainnya (yang merupakan out-group-nya). Kerjasama mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya dari luar yang mengancam atau ada tindakan-tindakan yang menyingung secara tradisional atau institusional yang telah tertanam didalam kelompok (Soerjono Soekanto, 2006). Ada lima bentuk kerjasama yaitu sebagai berikut:

    • Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong.
    • Bergaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih.
    • Kooptasi, yaitu proses suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan dalam suatu organisasi.
    • Koalisi, yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama.
    • Joint venture, yaitu kerjasama dalam pengusahaan proyek tertentu (Soerjono Soekanto, 2006).

Kesimpulanya, bila seseorang atau sekelompok orang memiliki musuh atau lawan yang sama maka perasaan solidaritas di antara mereka juga akan semakin kuat dan kompak, jadi intensitas kerjasama di antara mereka juga lebih tinggi, dikarenakan persamaan tujuan yang ada diantara mereka. Kerjasama dapat bersifat agresif apabila kelompok dalam jangka waktu yang lama mengalami kekecewaan sebagai perasaan tidak puas karena keinginan-keinginan pokoknya tidak dapat terpenuhi karena adanya rintangan-rintangan yang bersumber dari luar kelompok itu. Keadaan tersebut menjadi lebih tajam lagi apabila kelompok demikian merasa tersinggung atau dirugikan sistem kepercayaan atau dalam salah satu bidang sensitif kebudayaan (Soerjono Soekanto, 2006).

Sumber: Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Radja Grafindo Persada, Jakarta, 2006.

Solidaritaas sosial merupakan perasaan atau ungkapan dalam sebuah kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama. Solidaritas sosial terdiri dari dua tipe solidaritas, yakni solidaritas mekanik dan organik.

Solidaritas mekanik adalah bentuk awal, bentuk primitif dari organisasional dan masih dapat dilihat dalam kehidupan masyarakat primitif yang ada kini. Terdapat kecenderungan dan ide bersama yang lebih banyak (dibandingkan dengan perbedaan individu), tata sosial mempunyai keseragaman yang besar.

Sedangkan solidaritas organik berasal dari pembagian kerja yang menyertai perkembangan sosial, lebih berakar di dalam peredaan ketimbang kesamaan. Kumpulan masyarakat yang semakin meningkat, menuntut solidaritas yang didasarkaan atas diferensiasi, bermacam-macam fungsi dan pembagian kerja, menjadi inti solidaritas organik.

Teori Solidaritas: Emile Durkheim


Salah seorang ahli sosiologi awal yang secara rinci, membahas perbedaan dalam pengelompokan ini ialah Durkheim dalam bukunya The Division Of Labar in Society ialah membedakan antara kelompok yang didasarkan pada solidaritas mekanik, dan kelompok yang didasarkan pada solidaritas organik. Solidaritas mekanik merupakan ciri yang menandai masyarakat yang masih sederhana, yang oleh Durkheim dinamakan segmental.

Dalam masyarakat demikian, kelompok manusia tinggal secara tersebar dan hidup terpisah satu dengan yang lain. Masing- masing kelompok dapat memenuhi keperluan mereka masing- masing tanpa memerlukan bantuan atau kerja sama dengan kelompok di luarnya. Masing-masing anggota pada umumnya dapat menjalankan peran yang diperankan oleh angota lain; pembagian kerja belum berkembang dan semua anggota sama sehingga ketidak sadaran seorang anggota kelompok tidak mempengaruhi kelangsungan hidup kelompok karena peran anggota tersebut dapat di jalankan orang lain.

Solidaritas adalah semakin banyak faktor yang terkumpul sebagai landasan integrasimaka, makin tinggi solidaritas kelompok dalam masyarakat. Unsur–unsur pengintegrasian dan solidaritas yaitu: persamaan agama, persamaan bahasa, ekonomi, bantuan bersama/ kerja sama, pengalaman, tindakan dan kehidupan bersama.

Durkheim melihat solidaritas sosial sebagai suatu gejala moral. Hal ini terutama dilihat dari ikatan kelompok desa. Adannya ketertiban sosial atau tertib sosial yang sedikit di kota di bandingkan dengan gangguan ketertiban di desa, menurut Durkheim disebabkan karena faktor pengikat di desa di tingkatan menjadi moralitas masyarakat. Fakta itu terutama ialah:

  1. Kontrol sosial masyarakat desa
  2. Stabilitas keluarga

Sebagai suatu masyarakat yang tertutup yang biasa bersaing dari kota besar, di desa ditemukan apa yang oleh Durkheim di kenal sebagai Solidaritas Mekanik yaitu orang tidak dapat berbuat lain dan tidak mempunyai alternatif lain dari pada melebur diri dalam kolektivitas desa suatu masyarakat yang terpencil biasanya mempunyai sifat:

  1. Memiliki ikatan lebih kuat ke dalam dari pada keluar
    Perhatian bersifat lebih lokal dan dipusatkan pada kehidupan desa dengan sikap menghindari pertentangan dan lebih banyak bersatu dengan mereka yang sependapat ( like minded) .

  2. Kekurangan individu di rasakan sebagai kekurangan masyarakat desa secara keseluruhan.

Menurut Emile Durkheim sendiri, solidaritas sosial adalah “kesetiakawanan yang menunjuk pada satu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama”.

Solidaritas sosial menurutnya dibagi menjadi dua yaitu pertama, Mekanik adalah solidaritas yang didasarkan atas persamaan. Persamaan dan kecenderungan untuk berseragam inilah yang membentuk struktur sosial masyarakat segmenter dimana masyarakat itu bersifat homogen dan mirip satu sama lain. Apabila salah satu segmen itu hilang, maka tidak akan berpengaruh besar terhadap segmen yang lainnya.

Ciri masyarakat dengan solidaritas mekanis ini ditandai dengan adannya kesadaran kolektif, dimana mereka mempunyai kesadaran untuk hormat pada ketaatan karena nilai—nilai keagamaan yang masih sangat tinggi, menandai masyarakat yang masih sederhana, kelompok manusia tinggal tersebar, masing- masing anggota pada umumnya dapat menjalankan peran yang diperankan oleh orang lain, pembagian kerja belum berkembang dan Hukuman yang terjadi bersifat represif yang dibalas dengan penghinaan terhadap kesadaran kolektif sehingga memperkuat kekuatan diantara mereka.

Sedangkan yang kedua adalah solidaritas organik. Solidaritas organik ini adalah solidaritas yang mengikat masyarakat yang sudah kompleks dan telah mengenal pembagian kerja yang teratur sehingga disatukan oleh saling ketergantungan antar anggota. Biasanya solidaritas ini terdapat pada masyarakat perkotaan. Solidaritas organik itu masing- masing bagian mempunyai fungsi dan fungsinya tersebut sangat berpengaruh penting. Solidaritas organik terjadi karena masing – masing memunculkan adannya suatu perbedaan.

Dalam solidaritas organik mengenal adanya hukum restifusi yang artinya menggantikan. Ciri- ciri solidaritas organik ini adalah saling berkaitan dan mempengaruhi dalam keefisiensienan kerja, dilangsungkan oleh masyarakat yang kompleks, ciri dari masyarakat modern atau perkotaan, kerja terorganisir dengan baik, individualis tinggi dan adanya pembagian kerja.

Macam-Macam Solidaritas


Perubahan di dalam pembagian kerja mempunyai implikasi- implikasi yang sangat besar bagi struktur masyarakat karena terdapat perbedaan dalam masyarakat antara masyarakat.

Durkheim paling tertarik pada cara yang berubah yang menghasilkan solidaritas sosial, dengan kata lain, cara yang berubah yang mempersatukan masyarakat dan bagaimana para anggotanya melihat dirinya sebagai bagian dari suatu keseluruhan. Untuk menangkap perbedaan tersebut Emile Durkheim mengacu kepada dua tipe solidaritas yaitu Mekanik dan Organik. Suatu masyarakat yang dicirikan oleh solidaritas mekanik bersatu karna semua orang adalah generalis, ikatan diantara orang orang itu ialah karena mereka semua terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang mirip dan mempunyai tanggung jawab-tanggungjawab yang mirip. Sebaliknya, suatu masyarakat yang dicirikan oleh solidaritas organik dipersatukan oleh perbedaan-perbedaan diantara orang- orang, oleh fakta bahwa semuanya mempunyai tugas-tugas dan tanggungjawab yang berbeda.

Pembedaan antara solidaritas mekanik dan organik merupakan salah satu sumbangan Durkheim yang paling terkenal. Jadi berdasarkan bentuknya, solidaritas sosial masyarakat dibedakan menjadi solidaritas sosial mekanik dan solidaritas sosial organik. Emile Durkheim beragumen bahwa:

Masyarakat-masyarakat yang tidak modern mempunyai nurani kolektif yang lebih kuat, yakni, pengertian-pengertian, norma-norma, dan kepercayaan-kepercayaan yang lebih banyak dianut bersama. Sedangkan Pembagian kerja yang bertambah telah menyebabkan kurangnya nurani kolektif. Nurani kolektif jauh kurang berarti dalam masyarakat dengan solidaritas organik dalam masyarakat mekanik.

Durkheim melihat bahwa masyarakat berkembang dari masyarakat sederhana menuju masyarakat modern. Salah satu komponen utama masyarakat yang menjadi perhatian Durkheim dalam memperhatikan perkembangan masyarakat adalah bentuk solidaritas sosialnya.

Masyarakat sederhana memiliki bentuk solidaritas sosial yang berbeda dengan bentuk solidaritas sosial pada masyarakat modern. Pembedaan antara solidaritas mekanik dan organik merupakan salah satu sumbangan Durkheim yang paling terkenal. Jadi berdasarkan bentuknya, solidaritas sosial masyarakat dibedakan menjadi solidaritas sosial mekanik dan solidaritas sosial organik.

1. Solidaritas Mekanik

Dalam masyarakat manusia hidup bersama dan berinteraksi, sehingga timbul rasa kebersamaan diantara mereka. Dan kebersamaan yang timbul dalam masyarakat selanjutnya akan menimbulkan perasaan kolektif. Kondisi seperti ini biasanya dijumpai pada masyarakat yang masih sederhana. Belum ada pembagian kerja yang jelas, artinya apa yang dapat dilakukan oleh seorang anggota masyarakat biasanya juga dapat dilakukan oleh anggota masyarakat yang lainnya, Belum terdapat saling ketergantungan diantara kelompok yang berbeda karena masing- masing kelompok dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.

Menurut Durkheim, solidaritas mekanik didasarkan pada suatu ’’kesadaran kolektif’’ bersama yang menunjuk pada ‘’totalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentimen-sentimen bersama yang rata-rata ada pada warga masyarakat yang sama itu, Ikatan utamanya adalah kepercayaan bersama, cita-cita, dan komitmen moral.

Oleh karena itu, maka individualitas tidak dapat berkembang dan bahkan terus-menerus dilumpuhkan oleh tekanan yang besar sekali untuk komformitas. Bagi Durkheim, indikator paling jelas bagi solidaritas mekanik adalah ruang lingkup dan kerasnya hukum-hukum yang sifatnya menekan itu atau represif. Selain itu hukuman tidak harus mencerminkan pertimbangan rasional atas kerugian yang menimpa masyarakat dan penyesuaian hukuman dengan tingkat kejahatannya, tetapi hukuman tersebut lebih mencerminkan dan menyatakan kemarahan kolektif.

Ciri khas yang paling penting dari solidaritas mekanik adalah solidaritas didasarkan pada suatu tingkat homogenitas yang tinggi dalam kepercayaan, sentimen, dan sebagainya.

Menurut Durkheim, solidaritas mekanik didasarkan pada suatu ’’kesadaran kolektif’’ bersama (collective consciousness/conscience), yang menunjuk pada ‘’totalitas kepercayaan- kepercayaan dan sentimen-sentimen bersama yang rata-rata ada pada warga masyarakat yang sama itu. Itu merupakan suatu solidaritas yang tergantung pada individu-individu yang memiliki sifat-sifat yang sama dan menganut kepercayaan dan pola normatif yang sama pula. Karena itu individualitas tidak berkembang, individualitas terus menerus dilumpuhkan oleh tekanan yang besar sekali untuk konformitas.

Bagi Durkheim, indikator paling jelas bagi solidaritas mekanik adalah ruang lingkup dan kerasnya hukum-hukum yang sifatnya menekan atau represif. Hukum hukum ini mendefinisikan setiap perilaku sebagai sesuatu yang jahat, yang mengancam atau melanggar kesadaran kolektif yang kuat.

Hukuman terhadap penjahat memperlihatkan pelanggaran moral dari kelompok itu melawan ancaman atau penyimpangan yang demikian itu, karena mereka merusakkan dasar keteraturan sosial. Selain itu, hukuman tidak harus mencerminkan pertimbangan rasional atas kerugian yang minimpa masyarakat dan penyesuaian hukuman dengan tingkat kejahatannya, tetapi hukuman tersebut lebih mencerminkan dan menyatakan kemarahan kolektif.

2. Solidaritas Organik

Solidaritas sosial yang berkembang pada masyarakat–masyarakat kompleks berasal lebih dari kesaling tergantungan daripada dari kesamaan bagian-bagian. Lebih jelasnya, Johnson menguraikan bahwa:

“Solidaritas organik muncul karena pembagian kerja bertambah besar. Solidaritas itu didasarkan pada tingkat saling ketergantungan yang tinggi. Saling ketergantungan itu bertambah sebagai hasil dari bertambahnya spesialisasi dan pembagian pekerjaan yang memungkinkan dan juga menggairahkan bertambahnya perbedaan dikalangan individu”.

Kondisi seperti diatas tidak menghancurkan solidaritas sosial. Sebaliknya, individu dan kelompok dalam masyarakat semakin tergantung kepada pihak lain yang berbeda pekerjaan dan spesialisasi dengannya. Ini semakin diperkuat oleh pernyataan Durkheim bahwa kuatnya solidaritas organik ditandai oleh pentingnya hukum yang bersifat memulihkan (restitutif) daripada yang bersifat mengungkapkan. Pekerjan orang lebih terspesialisasi dan tidak sama lagi, merasa dirinya semakin berbeda dalam kepercayaan, pendapat, dan gaya hidup. Pengalaman orang menjadi semakin beragam, demikian pula kepercayaan, sikap.

Karena dalam masyarakat modren melaksanakan setiap perkerjaan yang relatif sempit, mereka banyak membutuhkan tenaga dari orang lain agar dapat memenuhi kelangsungan hidupnya. Hal ini sangat berbeda dengan keluarga primitif mereka tidak terlalu banyak membutuhkan orang lain dalam hidupnya, biasanya keluarga primitif di identik dengan keluarga yang dikepalai oleh seorang ayah yang berprofesi sebagai pemburu dan ibu yang mengumpulkan makanan sekaligus memasaknya untuk keluarga.

Munculnya perbedaan perbedaan dikalangan individu ini merombak kesadaran kolektif itu, yang pada akhirnya menjadi kurang penting lagi sebagai dasar untuk keteraturan sosial dibandingkan dengan saling ketergantungan fungsional yang bertambah antara individu-individu yang memiliki spesialisasi dan secara relatif lebih otonom sifatnya.

Sebagai dasar untuk keteraturan sosial dibandingkan dengan saling ketergantungan fungsional yang bertambah antara individu-individu yang memiliki spesialisasi dan secara relatif lebih otonom sifatnya. Sepeti dikatakan Emile Durkheim: “itulah pembagian kerja yang terus saja mengambil peran yang tadinya di isi oleh kesadaran kolektif”.

Selain itu, dalam masyarakat dengan solidaritas organik tingkat hetrogenitas semakin tinggi, karena masyarakat semakin plural. Penghargaan baru terhadap kebebasan, bakat, prestasi, dan karir individual menjadi dasar masyarakat pluralistik. Kesadaran kolektif perlahan-lahan mulai hilang. Pekerjan orang lebih terspesialisasi dan tidak sama lagi, merasa dirinya semakin berbeda dalam kepercayaan, pendapat, dan gaya hidup. Pengalaman orang menjadi semakin beragam, demikian pula kepercayaan, sikap, dan kesadaran pada umumnya.

Menurut Durkheim (dalam Lawang, 1994:181), Solidaritas sosial adalah suatu keadaan hubungan antara individu dan/atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.

Solidaritas sosial dapat terjadi karena adanya berbagai macam kesamaan ras, suku dan adanya perasaan yang sama sehingga mereka memiliki keinginan kuat dalam memperbaiki keadaanya dan daerah ataupun lingkungan sekitarnya agar mereka bisa sedikit memperbaiki keadaan di sekitarnya dengan cara saling membantu satu sama lain terutama dalam hal pembangunan.

Syarat Terbentuknya Solidaritas Sosial


Adapun syarat-syarat terbentuknya solidaritas sosial, diantaranya yaitu:

1. Penegasan Kelompok

Solidaritas sosial terbentuk karena adanya kelompok sosial. Tiap anggota kelompok sosial memiliki ciri kepribadian anggota yang berbeda. Hal tersebutlah yang mempengaruhi penegasan wilayah kerja masing-masing. Penegasan tersebut akan menimbulkan hubungan timbal balik antara anggota kelompok sehingga terdapat hubungan yang khas dalam kelompok sosial. Kuatnya hubungan kelompok ini menjadikan interaksi yang sama dalam kelompok internal bahkan hubungan kelompok ini menjadikan pola yang berbeda dengan kelompok luar.

2. In Group dan Out Group

Sikap perasaan in group berkenaan dengan seluk beluk usaha, orang yang dipahami, dan pengalaman anggota pada interaksi kelompoknya. Sedangkan out group adalah usaha dan orang yang tidak termasuk dalam in group. Sikap perasaan terhadap in group yaitu sikap terhadap orang dalam sedangkan sikap perasaan out group yaitu sikap perasaan terhadap orang luar group.

Solidaritas sosial adalah perasaan emosional dan moral yang terbentuk pada hubungan antar individu atau kelompok berdasarkan rasa saling percaya, kesamaan tujuan dan cita-cita serta adanya kesetiakawanan dan rasa sepenanggungan.

Menurut KBBI, solidaritas adalah sifat (perasaan) solider, sifat satu rasa (senasib), perasaan setia kawan yang pada suatu kelompok anggota wajib memilikinya. Sedangkan sosial adalah berkenaan dengan masyarakat, perlu adanya komunikasi dalam usaha menunjang pembangunan, suka memperhatikan kepentingan umum.

Menurut Durkheim (dalam Lawang, 1994:181), Solidaritas sosial adalah suatu keadaan hubungan antara individu dan/atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.

Solidaritas sosial dapat terjadi karena adanya berbagai macam kesamaan ras, suku dan adanya perasaan yang sama sehingga mereka memiliki keinginan kuat dalam memperbaiki keadaanya dan daerah ataupun lingkungan sekitarnya agar mereka bisa sedikit memperbaiki keadaan di sekitarnya dengan cara saling membantu satu sama lain terutama dalam hal pembangunan.

Jenis-Jenis Solidaritas Sosial

Menurut Durkheim, terdapat dua bentuk solidaritas yang berkembang pada masyarakat diantaranya yaitu:

1. Solidaritas Sosial Mekanik

Solidaritas sosial mekanik adalah sistem komunikasi dan juga ikatan masyarakat yang memiliki rasa perasaan yang sama, memiliki kecenderungan yang sama, masyarakat lebih didominasi dengan keseragaman atau homogen, dan apabila diantara anggota masyarakat ada yang hilang maka tidak memiliki pengaruh besar yang berdampak pada diri kelompok masyarakat tersebut. Solidaritas ini banyak dikembangkan oleh masyarakat sederhana.

Ciri masyarakat dengan solidaritas mekanik ditandai dengan adanya kesadaran kolektif, dimana mereka memiliki kesadaran untuk hormat pada ketaatan karena nilai keagamaan yang masih sangat tinggi, taraf masyarakat yang masih sederhana, kelompok masyarakat yang tersebar, pada umumnya masing-masing anggota bisa menjalankan peran yang diperankan oleh orang lain, pembagian kerja yang belum berkembang dan hukuman yang terjadi bersifat represif yang dibahas dengan penghinaan terhadap kesadaran kolektif sehingga memperkuat kekuatan diantara mereka.

2. Solidaritas Sosial Organik

Solidaritas organik adalah bentuk solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks, yaitu masyarakat yang mengenal pembagian kerja yang rinci dan dipersatukan oleh saling ketergantungan antar bagian. Setiap anggota menjalankan peran yang berbeda, dan saling ketergantungan seperti pada hubungan antara organisme biologis. Solidaritas organik ini banyak ditemukan pada masyarakat perkotaan.

Salah satu ciri atau karakteristik solidaritas sosial organik yaitu hubungan yang berkaitan untuk menciptakan efisiensi kerja yang ada di dalam masyarakat.

Solidaritas organik muncul karena pembagian kerja yang bertambah besar. Solidaritas ini didasarkan pada tingkat saling ketergantungan yang tinggi, saling ketergantungan tersebut bertambah sebagai hasil dari bertambahnya spesialisasi dan pembagian pekerjaan yang memungkinkan dan juga menggairahkan bertambahnya perbedaan di kalangan individu.

Dalam solidaritas organik ini, masing-masing individu tidak bisa lepas antar bagian satu dengan bagian yang lain atau saling ketergantungan. Hukum yang berlaku dalam solidaritas organik yaitu hukum restitutif yang berarti menggantikan.

Bentuk Solidaritas Sosial

Menurut Soyomukti (2016), bentuk-bentuk solidaritas solidaritas di masyarakat diantaranya yaitu:

1. Gotong Royong

Gotong royong adalah rasa dan pertalian kesosialan yang sangat teguh dan terpelihara. Gotong royong banyak dilakukan oleh masyarakat desa daripada masyarakat kota. Kolektifitas terlihat dalam ikatan gotong royong yang menjadi adat masyarakat desa. Gotong royong menjadi bentuk solidaritas yang sangat umum dan eksistensinya di masyarakat juga masih sangat terlihat hingga sekarang, bahkan negara Indonesia dikenal sebagai bangsa yang mempunyai jiwa gotong-royong yang tinggi.

2. Kerjasama

Kerjasama adalah penggabungan antara individu dengan individu yang lain, atau kelompok dengan kelompok yang lain sehingga bisa mewujudkan suatu hasil yang bisa dinikmati bersama. Kerjasama diharapkan memberikan manfaat bagi anggota kelompok yang mengikutinya dan tujuan utama bekerjasama dapat dirasakan oleh anggota kelompok yang mengikutinya.

Jhonson menyatakan konsep solidaritas sosial merupakan kepedulian secara bersama kelompok yang menunjukkan pada suatu keadaan hubungan antara individu dan/ kelompok yang didasarkan pada persamaan moral, kolektif yang sama dan kepercayaan yang dianut serta diperkuat oleh pengalaman emosional. Solidaritas dipengaruhi oleh interaksi sosial yang berlangsung karena ikatan kultural yang meliputi unsur: seperasaan, sepenanggungan dan saling butuh.

Adapun prinsip solidaritas sosial masyarakat meliputi: saling membantu, saling peduli, bisa bekerja sama, saling membagi hasil panen dan bekerja sama dalam mendukung pembangunan baik secara keuangan maupun tenaga. Menurut Durkheim solidaritas sosial menjelaskan suatu keadaan interaksi antara individu dengan individu, interaksi antara individu dengan kelompok dan interaksi antara kelompok dengan kelompok didasarkan perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat pengalaman emosional bersama. Keadaan interaksi ini oleh Durkheim digambarkan sebagai suatu bentuk integrasi sosial dan kekompakan sosial. Sifat solidaritas sosial antara lain meliputi kolektifitas bersama, saling ketergantungan secara fungsional, dan pembagian kerja. Kekompakan sosial akan digunakan dalam menganalisis nilai dan norma gotong royong dalam berpartisipasi, sikap dan perilaku individu, kelompok, dan lembaga terhadap pembangunan.

Faktor yang Mempengaruhi Solidaritas

  1. Usia
  2. Pekerjaan.
  3. Pendapatan keluarga.
  4. Lamanya tinggal atau menetap berdasarkan hitungan tahun pada masyarakat akan berpengaruh pada solidaritas sosial seseorang.

Prinsip-Prinsip Solidaritas

  1. Tolong-menolong/Gotong royong
  2. Kerjasama
  3. Interaksi Sosial,