Apa yang dimaksud dengan Sikap Implisit atau Implicit Attitudes?

Sikap Implisit atau Implicit Attitudes adalah sikap yang tidak disengaja, tak terkendali, dan tidak disadari. Mendasari stereotip dan prasangka yang otomatis.

Kadangkala kita merasa tidak menyukai seseorang yang baru kita temui. Entah apa sebabnya, tapi kita tahu pasti bahwa kita tidak menyukainya.

Dalam situasi lain, kita merasa tidak nyaman saat berinteraksi dengan orang yang berbeda agama, warna kulit, atau etnis, meski telah berusaha keras untuk tidak menampilkan ketidaknyamanan itu. Situasi-situasi ini menggambarkan apa yang disebut dengan sikap implisit. Orang dapat merasa suka atau tidak suka, senang atau tidak senang, tanpa ia sadari mengapa penilaian tersebut muncul.

Sikap implisit dapat mempengaruhi respons yang tidak dapat dikontrol oleh individu (misalnya, tingkah laku nonverbal), juga mempengaruhi respons yang tidak dilihat oleh individu sebagai ekspresi dari sikapnya sehingga tidak berusaha ia kontrol (Wilson, Lindsey, & Schooler, 2000).

Teori dan riset-riset tentang sikap implisit berkembang dalam pendekatan implicit social cognition. Pendekatan ini menjelaskan mengapa seseorang dapat memiliki suatu sikap negatif terhadap kelompok lain tanpa ia sendiri menyadarinya, tanpa intensi, dan biasanya terpicu secara otomatis saat seseorang melihat stimulus sosial yang berkaitan dengan kelompok yang tidak ia sukai, atau ia ‘pelajari’ dari lingkungan bahwa kelompok tersebut adalah out-group.

Berakar dari riset-riset dalam psikologi kognitif, yaitu tentang implicit memory, sikap implisit didefinisikan sebagai,

“introspectively unidentified (or inaccurately unidentified) traces of past experiences that mediate favorable or unfavorable feeling, thought, or action toward social objects” (Greenwald & Banaji, 1995: 8).

Dalam pengertian tersebut, istilah “introspectively unidentified” merujuk pada sikap implisit yang tidak disadari individu, dimana individu tidak bisa secara sengaja memerintahkan pikirannya untuk mencari dan menemukan sikap implisit tersebut.

Sikap implisit bekerja saat diaktivasi oleh stimulus dari lingkungan tanpa individu menyadarinya. Istilah “traces of past experiences” menjelaskan bahwa sikap implisit merefleksikan akumulasi pengalaman hidup. Misalnya, seseorang dalam fase hidupnya pernah terpapar pada ide-ide negatif terhadap suatu kelompok agama, warna kulit, atau etnis.

Secara sadar, orang itu mungkin tidak setuju dengan ide-ide negatif itu dan secara eksplisit memiliki sikap positif terhadap kelompok lain. Namun, secara implisit informasi negatif itu ‘disimpan’ sebagai hubungan negatif dengan kelompok lain. Jadi, individu bisa memiliki sikap negatif—memiliki perasaan, pikiran, atau melakukan tindakan—tanpa ia sadari, inginkan, atau niatkan, karena ada peranan informasi negatif yang disimpan tersebut.

Sikap negatif tersebut muncul karena diaktivasi oleh stimulus di luar (kesadaran) perhatian individu. Dengan demikian, pengertian implicit dicirikan dengan ketiadaan conscious awareness terhadap sikap yang individu miliki (Payne & Gawronski, 2010).