Apa yang dimaksud dengan self-compassion?

self compassion
Rasa belas kasih kepada diri sendiri atau self-compassion merupakan sesuatu yang harus dimiliki seseorang yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental. Apa yang kamu ketahui tentang self-compassion?

Self-compassion menurut Rubin (Neff, 2003a) merupakan kemampuan seseorang dalam membandingkan pengalaman pribadinya dengan pengalaman orang lain, dimana seseorang memahami bahwa pengalaman seperti penderitaan, kegagalan, dan ketidakmampuan adalah bagian dari kehidupan manusia dan bahwa masing-masing orang pantas untuk memberikan rasa belas kasih pada diri mereka sendiri.

Selanjutnya self-compassion yang berasal dari kata compassion oleh Wispe (Neff, 2003a) diartikan sebagai kemampuan yang melibatkan perasaan tersentuh pada penderitaan diri sendiri, tidak mencoba menghindar atau memutuskan diri dari penderitaan tersebut, dan berusaha dalam mengurangi penderitaan diri sendiri dengan kebaikan. Sementara Neff (2003) menyebutkan bahwa self-compassion merupakan kemampuan yang melibatkan proses memahami diri sendiri tanpa memunculkan kritik terhadap penderitaan, kegagalan, atau ketidakmampuan yang dialami dengan memahami bahwa ketiga hal tersebut adalah bagian dari kehidupan manusia pada umumnya.

Berdasarkan paparan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa self-compassion adalah kemampuan individu yang melibatkan proses memahami terkait penderitaan, kegagalan, dan ketidakmampuan yang berada pada dirinya sendiri dengan menganggap bahwa hal tersebut adalah wajar karena keberadaannya merupakan bagian dari kehidupan manusia secara umum.

Aspek-Aspek Self-compassion

Neff (2003a) menyebutkan aspek-aspek mengenai self-compassion, diantaranya :

  • Self-kindness
    Merupakan kebaikan dan pemahaman seorang individu pada dirinya dibanding dengan sikap mengadili diri sendiri atau pemberian kritik terhadap diri.

  • Common humanity
    Adalah kemampuan seorang individu yang cenderung memandang pengalaman diri sendiri sebagai suatu bagian dari pengalaman yang dialami kebanyakan orang daripada sebagai sesuatu yang terpisah dari pengalaman orang lain.

  • Mindfulness
    Merupakan cara seseorang dalam menginterpretasikan pikiran dan perasaan yang menyakitkan pada kesadaran yang seimbang daripada menginterpretasikan mereka dengan cara yang berlebihan.

Hal ini dikarenakan aspek-aspek yang telah disebutkan Neff meliputi kemampuan seseorang memandang apa yang berada di dalam dirinya dan apa yang berada di luar dirinya sehingga aspek-aspek tersebut menggambarkan pengertian self-compassion secara keseluruhan.

Self-compassion menurut Neff (2003b) adalah suatu proses memahami diri sendiri tanpa adanya kritik terhadap penderitaan, kegagalan, atau ketidakmampuan diri dengan memahami bahwa ketiga hal tersebut adalah bagian dari kehidupan manusia pada umumnya. Pada konteks interaksi sosial, self-compassion dapat mempengaruhi suasana hati seseorang untuk berpikir lebih positif terhadap pengalaman buruk yang menimpanya, sehingga pengalaman tersebut tidak memberikan dampak yang berkepanjangan yang kemudian berpengaruh langsung kepada perilakunya terhadap dunia sosial terutama cara ia membuat pertemanan dengan orang lain.

Hal tersebut senada dengan yang disampaikan oleh Brown (Neff, 2003) bahwa dengan cara memberikan rasa belas kasih pada diri sendiri, maka seseorang akan menyediakan suatu keamanan emosional yang nantinya dibutuhkan untuk melihat secara jelas mengenai peristiwa buruk yang terjadi tanpa mengikutsertakan penghukuman pada diri sendiri, dan mengurangi terjadinya proses berpikir yang salah dikemudian hari.

Self-compassion meliputi keseluruhan komponen diantaranya self-kindness, common humanity, dan mindfulness (Neff, 2003a). Self-kindness adalah kebaikan dan pemahaman dari seorang individu pada dirinya dibanding melakukan sikap mengadili dirinya sendiri atau pemberian kritik terhadap diri. Adanya Self-kindness atau kebaikan pada diri sendiri, akan mempengaruhi proses berdamai dengan penolakan diri terhadap peristiwa yang tidak menyenangkan.

Dalam menghadapi kondisi tidak menyenangkan, orang yang memiliki self-compassion tinggi akan lebih memaklumi keadaan tersebut dengan berkata pada dirinya “Tidak apa-apa, di luar sana juga ada beberapa orang dengan nasib yang sama sepertiku atau bahkan lebih buruk”. Namun bila ia memiliki self-compassion yang rendah, ia akan mengkritisi dirinya sendiri daripada memberikan penerimaan terhadap hal tersebut. Hal ini merupakan salah satu bentuk dari adaptasinya pada suatu peristiwa yang tidak menyenangkan.

Common humanity adalah bagaimana seseorang memandang masalahnya, apakah hanya dia saja yang mengalami penderitaan tersebut atau peristiwa itu sangat wajar terjadi dan tentu orang lain di luar sana pernah mengalami kejadian yang tidak menyenangkan tersebut. Common humanity berkaitan dengan cara adaptasi dan konformitas seseorang.

Sementara mindfulness atau bagaimana seorang individu memandang peristiwa yang telah dialaminya dengan akurat, akan mempengaruhi dirinya untuk membuat pemikiran yang salah terkait suatu keadaan ataupun tidak, dimana hal ini berakibat pada kemampuannya untuk merencanakan sikap apa yang akan ditunjukkan pada situasi tertentu ( mastery ).

Self-compassion merupakan konsep yang diadaptasi dari filosofi budha tentang cara mengasihi diri sendiri layaknya rasa kasihan ketika melihat orang lain mengalami kesulitan (Neff dalam Hidayati, 2015). Konsep compassion kemudian menjadi konsep penelitian ilmiah yang dirintis oleh Kristin Neff. Compassion (yang merupakan unsur cinta kasih) melibatkan perasaan terbuka terhadap penderitaan diri sendiri dan orang lain, dalam cara yang non-defensif dan tidak menghakimi. Compassion juga melibatkan keinginan untuk meringankan penderitaan, kognisi yang terkait untuk memahami penyebab penderitaan, dan perilaku untuk bertindak dengan belas kasih. Oleh karena itu, kombinasi motif, emosi, pikiran dan perilakulah yang memunculkan compassion (Gilbert, 2005).

Self compassion merupakan sikap memiliki perhatian dan kebaikan terhadap diri sendiri saat menghadapi berbagai kesulitan dalam hidup ataupun terhadap kekurangan dalam dirinya serta memiliki pengertian bahwa penderitaan, kegagalan, dan kekurangan dalam dirinya merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Neff menerangkan bahwa seseorang yang memiliki self compassion lebih dapat merasakan kenyamanan dalam kehidupan sosial dan dapat menerima dirinya secara apa adanya, selain itu juga dapat meningkatkan kebijaksanaan dan kecerdasan emosi (Ramadhani & Nurdibyanandaru, 2014).

Neff (dalam Hidayati F, 2015) menyebutkan bahwa self compassion melibatkan kebutuhan untuk mengelola kesehatan diri dan well being, serta mendorong inisiatif untuk membuat perubahan dalam kehidupan. Individu dengan self compassion tidak mudah menyalahkan diri bila menghadapi kegagalan, memperbaiki kesalahan, mengubah perilaku yang kurang produktif dan menghadapi tantangan baru. Individu dengan self compassion termotivasi untuk melakukan sesuatu, atas dorongan yang bersifat intrinsik, bukan hanya karena berharap penerimaan lingkungan.

Self compassion juga dapat membantu seseorang untuk tidak mencemaskan kekurangan yang ada pada dirinya sendiri, karena orang yang memiliki self compassion dapat memerlakukan seseorang dan dirinya secara baik dan memahami ketidaksempurnaan manusia (Neff dalam Ramadhani & Nurdibyanandaru, 2014).

Seseorang yang memiliki self compassion tinggi mempunyai ciri:

  1. Mampu menerima diri sendiri baik kelebihan maupun kelemahannya
  2. Mampu menerima kesalahan atau kegagalan sebagai suatu hal umum yang juga dialami oleh orang lain
  3. Mempunyai kesadaran tentang keterhubungan antara segala sesuatu (Hidayati, 2015).

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa self compassion adalah sikap perhatian dan baik terhadap diri serta terbuka dalam menghadapi kesulitan sehingga menganggap kesulitan adalah bagian dari kehidupan yang harus dijalani.

Dimensi-Dimensi Self Compassion


Neff (dalam Germer & Siegel, 2012) menjelaskan bahwa self compassion terdiri dari tiga komponen yaitu:

  1. Self kindess
    Kemampuan individu untuk memahami dan menerima diri apa adanya serta memberikan kelembutan, tidak menyakiti atau menghakimi diri sendiri. Self kindess membuat individu menjadi hangat terhadap diri sendiri ketika menghadapi rasa sakit dan kekurangan pribadi, memahami diri sendiri dan tidak menyakiti atau mengabaikan diri dengan mengkritik dan menghakimi diri sendiri ketika menghadapi masalah. Individu dengan self kindness dapat menghadapi permasalahan atau situasi menekan dengan menghindari penyalahan diri sendiri, atau perasaan rendah.

    Self kindness merupakan afirmasi bahwa individu akan menerima kebahagiaan dengan memberikan kenyamanan pada individu lain. Self kindness inilah yang mendorong individu untuk bertindak positif dan memberikan manfaat bagi individu lain (Hidayati F, 2015).

  2. Common humanity
    Common humanity adalah kesadaran bahwa individu memandang kesulitan, kegagalan, dan tantangan merupakan bagian dari hidup manusia dan merupakan sesuatu yang dialami oleh semua orang, bukan hanya dialami diri sendiri. Common humanity mengaitkan kelemahan yang individu miliki dengan keadaan manusia pada umumnya, sehingga kekurangan tersebut dilihat secara menyeluruh bukan hanya pandangan subjektif yang melihat kekurangan hanyalah milik diri individu. Penting dalam hal ini untuk memahami bahwa setiap manusia mengalami kesulitan dan masalah dalam hidupnya.

  3. Mindfulness
    Mindfulness adalah melihat secara jelas, menerima, dan menghadapi kenyataan tanpa menghakimi terhadap apa yang terjadi di dalam suatu situasi. Mindfulness mengacu pada tindakan untuk melihat pengalaman yang dialami dengan perspektif yang objektif. Mindfulness diperlukan agar individu tidak terlalu teridenfikasi dengan pikiran atau perasaan negatif. Konsep dasar mindfullness adalah melihat segala sesuatu seperti apa adanya dalam artian tidak dilebih-lebihkan atau dikurangi sehingga mampu menghasilkan respon yang benar-benar obyektif dan efektif (Neff dalam Hidayati, 2015).

Komponen Self Compassion


Adapun tiga komponen dari self compassion adalah sebagai berikut:

  1. Self-kindness versus Self-judgment
    Self-kindness merupakan pemahaman terhadap diri sendiri ketika mengalami penderitaan, kegagalan, atau merasa berkekurangan di dalam diri, dengan tidak mengkritik secara berlebihan. Self-kindness menyadarkan individu mengenai ketidaksempurnaan, kegagalan, dan kesulitan hidup yang tidak bisa dihindari, sehingga individu cenderung ramah terhadap diri sendiri daripada marah ketika menghadapi penderitaan atau kegagalan.

    Ketika mereka gagal, orang yang penuh kasih cenderung memperlakukan diri dengan kebaikan yang lebih besar, perawatan,dan kasih sayang dan dengan sedikit kritik. Cukup kasih sayang juga yang terlibat menjadi meyakinkan daripada kritis terhadap diri bila ada yang salah (Gilbert, Clarke, Kemple, Miles, &isons, 2004).

    Di dalam perbandingannya, Neff menjelaskan bahwa self-judgment adalah sikap merendahkan dan mengkritik diri sendiri secara berlebihan terhadap aspek-aspek yang ada di dalam diri dan kegagalan yang dialami. Individu yang memiliki self-judgment cenderung menolak perasaan mereka, pemikiran, dorongan, dan tindakan-tindakannya.

    Self judgment terjadi secara natural, sehingga terkadang individu tidak menyadari bahwa dirinya memiliki self-judgment yang berasal dari rasa sakit atas kegagalan yang diderita (Brown, 1998). Secara garis besar, lebih banyak seseorang memiliki self-kindness, seseorang menjadi lebih sadar akan adanya self-judgment.

  2. Common Humanity versus Isolation
    Common humanity adalah individu memandang bahwa kesulitan hidup dan kegagalan adalah sesuatu hal yang akan dialami semua orang (manusiawi). Individu juga mengakui bahwa setiap pengalaman akan ada kegagalan dan juga akan ada keberhasilan, serta dengan adanya common humanity, individu akan menyadari dirinya sebagai manusia seutuhnya yang sangat terbatas dan jauh dari kesempurnaan.

    (Neff, 2003) Ketika orang gagal, pengalaman kehilangan ataupenolakan, dihina, atau menghadapi peristiwa negatif lainnya, mereka sering merasa bahwa hal tersebut hanya mereka yang mengalaminya. Dalam kenyataannya, semua orang mengalami masalah dan penderitaan. Menyadari bahwa tidak sendirian dalam pengalaman mengurangi perasaan terisolasi dan mempromosikan koping yang adaptif (Neff, 2003).

    Isolation adalah individu yang merasa terpisah dari orang lain karena rasa sakit atau frustasi yang dideritanya. Individu yang mengalami isolation merasa dirinya sendirian ketika mengalami kegagalan, dan cenderung merasa orang lain dapat mencapai sesuatu dengan lebih mudah dari dirinya. Individu yang mengalami isolation, akan melihat ketidaksempurnaan dan kegagalan adalah sesuatu yang memalukan dan sering kali bersikap menarik diri dan merasakan kesendirian untuk bertahan menghadapi kegagalan atau penderitaan.

  3. Mindfulness versus Over identification
    Mindfulness adalah menerima pemikiran dan perasaan yang dirasakan saat ini, serta tidak bersifat menghakimi, membesar-besarkan, dan tidak menyangkal aspek-aspek yang tidak disukai baik dalam diri ataupun dalam kehidupannya. Dapat dikatakan sebagai keadaan menghadapi kenyataan.

Konsep utama mindfulness adalah melihat sesuatu seperti apa adanya, tidak ditambah-tambahi maupun dikurangi, sehingga respon yang dihasilkan dapat efektif (Neff, 2011). Perbandingannya, overidentification yang berarti kecenderungan individu untuk terpaku pada semua kesalahan dirinya, serta merenungkan secara berlebihan keterbatasan-keterbatasan yang dimilikinya akibat kesalahan yang telah diperbuat. Individu yang mengalami kegagalan akan cenderung tidak menerima dan membesarbesarkan kegagalan yang dialaminya.

Referensi

http://digilib.uinsby.ac.id/18963/5/Bab%202.pdf

Komponen Self-compassion


Kristin Neff, Psikolog Universitas Texas di Austin mengembangkan selfcompassion scale yang hampir selalu digunakan dalam penelitian tentang self compassion. Neff 2003 (Akin, 2010) menjelaskan bahwa self-compassion terdiri dari enam komponen yaitu:

  1. Self-kindess
    Kemampuan individu untuk memahami dan menerima diri apa adanya serta memberikan kelembutan, tidak menyakiti atau menghakimi diri sendiri. Self-kindess membuat individu menjadi hangat terhadap diri sendiri ketika menghadapi rasa sakit dan kekurangan pribadi, memahami diri sendiri dan tidak menyakiti atau mengabaikan diri dengan mengkritik dan menghakimi diri sendiri ketika menghadapi masalah.

  2. Self-judgement
    Merupakan aspek kebalikan dari Self-kindess , yaitu menghakimi dan mengkritik diri sendiri. Hidayati (2013) menjelaskan bahwa Self-judgement adalah ketika individu menolak perasaan, pemikiran, dorongan, tindakan, dan nilai diri sehingga menyebabkan individu merespon secara berlebihan dengan apa yang terjadi. Individu sering kali tidak menyadari bahwa dirinya sedanga melakukan Self-judgement .

  3. Common humanity
    Common humanity adalah kesadaran bahwa individu memandang kesulitan, kegagalan, dan tantangan merupakan bagian dari hidup manusia dan merupakan sesuatu yang dialami oleh semua orang, bukan hanya dialami diri sendiri. Komponen mendasar kedua dari self-compassion adalah pengakuan terhadap pengalaman manusia bersama. Common humanity mengaitkan kelemahan yang individu miliki dengan keadaan manusia pada umumnya, sehingga kekurangan tersebut dilihat secara menyeluruh bukan hanya pandangan subjektif yang melihat kekurangan hanyalah miliki diri individu. Begitupula dengan masa-masa sulit, perjuangan, dan kegagalan dalam hidup berada dalam pengalaman manusia pada keseluruhan, sehingga menimbulkan kesadaran bahwa bukan hanya diri kita sendiri yang mengalami kesakitan dan kegagalan di dalam hidup. Penting dalam hal ini untuk memahami bahwa setiap manusia mengalami kesulitan dan masalah dalam hidupnya.

  4. Isolation
    Merupakan kebalikan dari aspek common humanity, dimana ketika individu dalam keadaan yang sulit cenderung merasa dirinya yang paling menderita di dunia. Muncul perasaan bahwa individu mengalami segala bentuk kesulitan sendirian dan bertanggung jawab sendiri atas segala bentuk kesulitan yang dialami sehingga akan mengisolasi diri dari orang lain.

  5. Mindfulness
    Mindfulness adalah melihat secara jelas, menerima, dan menghadapi kenyataan tanpa menghakimi terhadap apa yang terjadi di dalam suatu situasi. Mindfulness mengacu pada tindakan untuk melihat pengalaman yang dialami dengan perspektif yang objektif. Mindfulness diperlukan agar individu tidak terlalu terindenfikasi dengan pikiran atau perasaan negatif. Hidayati (2013) menjelaskan bahwa konsep utama Mindfulness adalah melihat sesuatu seperti apa adanya, tidak ditambahtambahi maupun dikurangi, sehingga respon-respon yang dihasilkan dapat lebih efektif. Dengan Mindfulness ini individu dapat sepenuhnya mengetahui dan mengerti apa yang sebenarnya dirasakan.

  6. Over identification
    Over identification adalah kebalikan dari Mindfulness yakni reaksi ekstrim atau reaksi berlebihan individu ketika menghadapi suatu permasalahan. Over identification diartikan sebagai terlalu fokus pada keterbatasan diri sehingga pada akhirnya menimbulkan kecemasan dan depresi.

Faktor yang mempengaruhi Self compassion


Banyak hal yang dapat berpengaruh terhadap self-compassion . Menurut Massilliana (2014) beberapa faktor yang dapat mempengaruhi self-compassion antara lain:

  1. Jenis Kelamin
    Neff 2011 (Missilliana 2014) penelitian menunjukkan bahwa wanita jauh lebih penuh pemikiran dibandingkan laki-laki sehingga perempuan menderita depresi dan kecemasan dua kali lipat dibandingkan pria. Meskipun beberapa perbedaan gender dipengaruhi oleh peran tempat asal dan budaya. Penelitian menunjukkan bahwa perempuan cenderung memiliki self-compassion sedikit lebih rendah dari pada pria, terutama karena perempuan memikirkan mengenai kejadian negatif di masa lalu. Oleh karena itu, perempuan menderita depresi dan kecemasan dua kali lebih sering daripada pria.

  2. Budaya
    Hasil penelitian pada negara Thailand, Taiwan, dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa perbedaan latar budaya mengakibatkan adanya perbedaan derajat self-compassion . Markus dan Kitayama (dalam Missilliana 2014) orangorang di Asia yang memiliki budaya collectivistic dikatakan memiliki self-concept interedependent yang menekankan pada hubungan dengan orang lain, peduli kepada orang lain, dan keselarasan dengan orang lain ( social conformity ) dalam bertingkah laku, sedangkan individu dengan budaya Barat yang individualistic memiliki self concept independent yang menekankan pada kemandirian, kebutuhan pribadi, dan keunikan individu dalam bertingkah laku. Karena self-compassion menekankan pada kesadaran akan common humanity dan keterkaitan dengan orang lain, dapat diasumsikan bahwa self-compassion lebih sesuai pada budaya yang menekankan interdependent daripada independent. Meskipun terlihat negara Asia yang merupakan budaya collectivist dan bergantung dengan orang lain, namun masyarakat dengan budaya Asia lebih mengkritik diri sendiri dibandingkan masyarakat dengan budaya barat sehingga derajat selfcompassion tidak lebih tinggi dari budaya barat (Kitayama&Markus, 2000; Kitayama, Markus, Matsumotoo, & Norasakkunkit, 1997).

  3. Usia
    Pengaruh faktor usia dikaitkan dengan teori tentang tahap perkembangan Erikson yang menjelaskan bahwa individu akan mencapai tingkat self-compassion i yang tinggi apabila telah mencapai tahap integrity karena lebih bisa menerima dirinya secara lebih positif.

  4. Kepribadian
    Kepribadian turut berpengaruh terhadap adanya self-compassion dalam diri seseorang seperti tipe kepribadian extraversion , agreeableness dan conscientiounes . Extraversion memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam bergaul, menjalin hubungan dengan sesama dan juga dominan dalam lingkungannya. Pada kepribadian extraversion seseorang mudah termotivasi oleh tantangan dan sesuatu yang baru sehingga akan terbuka dengan dunia luar dan lebih bisa menerima diri sendiri. Agreeablesness berorientasi pada sifat sosial sehingga hal itu dapat membantu mereka untuk bersikap baik kepada diri sendiri dan melihat pengalaman yang negatif sebagai pengalaman yang dialami semua manusia (dalam Missilliana, 2014). Concientiousness menggambarkan perbedaan keteraturan dan disiplin diri individu. Concientiousness mendeskripsikan kontrol terhadap lingkungan sosial, berpikir sebelum bertindak, sehingga seseorang dapat mengontrol diri dalam menyikapi masalah.

  5. Peran Orang tua
    Individu yang memiliki derajat self-compassion yang rendah kemungkinan besar memiliki ibu yang kritis, berasal dari keluarga disfungsional, dan menampilkan kegelisahan daripada individu yang memiliki derajat self-compassion yang tinggi (Neff & McGeehee, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu yang tumbuh dengan orangtua yang selalu mengkritik ketika masa kecilnya akan menjadi lebih mengkritik dirinya sendiri ketika dewasa. Model dari orangtua juga dapat memengaruhi self-compassion yang dimiliki individu. Perilaku orangtua yang sering mengkritik diri sendiri saat menghadapi kegagalan atau kesulitan. Orangtua yang mengkritik diri akan menjadi contoh bagi individu untuk melakukan hal tersebut saat mengalami kegagalan yang menunjukkan derajat self-compassion yang rendah.

Neff (2003) mengungkapkan bahwa self-compassion ialah proses pemahaman tanpa kritik terhadap penderitaan, kegagalan atau ketidakmampuan diri dengan cara memahami bahwa ketiga hal tersebut merupakan bagian dari pengalaman sebagai manusia pada umumnya.

Diperkuat oleh Neff (dalam Leary & Hoyle, 2009) menyebutkan bahwa self-compassion melibatkan kebutuhan untuk mengelola kesehatan diri, serta mendorong inisiatif untuk membuat perubahan dalam kehidupan. Individu dengan self-compassion tidak mudah menyalahkan diri bila menghadapi kegagalan, memperbaiki kesalahan, mengubah perilaku yang kurang produktif dan menghadapi tantangan baru.

Individu dengan self-compassion termotivasi untuk melakukan sesuatu, atas dorongan yang bersifat intrinsik, bukan hanya karena berharap penerimaan lingkungan. Oleh karena itu self-compassion / rasa kasih sayang terhadap diri tersebut di mulai dengan adanya kesadaran dan perspektif bebas tanpa adanya suatu penghakiman/ perlawanan dari diri sendiri (Fine, 2011).

Selanjutnya Neff (dalam Germer & Siegel, 2012) mengatakan bahwa self-compassion merupakan rasa kasih sayang seseorang terhadap diri sendiri pada suatu penderitaan yang dialami, adanya rasa kasih sayang terhadap diri sendiri perlu dimiliki dengan adanya perasaan kebaikan, perawatan, dan pemahaman mengenai suatu penderitaan yang dialami. Sehingga dengan adanya rasa kasih sayang terhadap diri sendiri tersebut akan memunculkan adanya perasaan tergerak untuk menghadapi suatu penderitaan yang dialami oleh seseorang.

Neff (dalam Karina dan Saragih, 2012) mendefinisikan self- compassion sebagai sikap memiliki perhatian dan kebaikan terhadap diri sendiri saat menghadapi berbagai kesulitan dalam hidup ataupun terhadap kekurangan dalam dirinya serta memiliki pengertian bahwa penderitaan, kegagalan dan kekurangan merupakan bagian dari kehidupan manusia dan setiap orang termasuk diri sendiri adalah berharga. Memiliki self-compassion membawa banyak pengaruh positif dalam kehidupan seseorang, antara lain tingginya tingkat kepuasaan hidup dan kebahagiaan.

Sehingga dalam hal ini self-compassion bisa memperlakukan diri dan orang lain dengan lebih berhati-hati dan hormat . Self-compassion juga memberi dukungan dan inspirasi yang diperlukan dalam membuat perubahan hidup sehingga individu mampu meraih potensi yang dimilikinya. Rasa kasih sayang hanya diarahkan ke dalam diri. Salzberg (dalam Germer & Neff, 2013) mengungkapkan bahwa kasih sayang terhadap diri terdiri dari tiga unsur utama: kebaikan, rasa kemanusiaan, dan kesadaran.

Self-compassion tidak membuat individu menghindari penderitaan yang dialami, namun justru mendekati penderitaan tersebut melalui kebaikan hati dan niatan yang baik, sehingga membangkitkan rasa kesejahteraan untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Self-compassion tidak didasari dengan menghakimi ataupun memberikan penilaian yang positif.

Self-compassion adalah sebuah cara positif untuk melihat keadaan diri sendiri sebagaimana adanya. Individu dapat memiliki self-compassion sebagai hasil dari ketidaksempurnaan yang dimiliki, bukan karena individu tersebut spesial ataupun berada diatas rata-rata orang lain. Maknanya, self- compassion ada pada saat individu mengalami kegagalan maupun keberhasilan (Neff & Costigan, 2014).

Amstrong (dalam Hidayati, 2015) mengklasifikasikan compassion sebagai suatu karakteristik kepribadian dimana individu menempatkan diri pada posisi individu lain. Dalam posisi tersebut, individu merasakan pengalaman individu lain seolah-olah adalah pengalaman dirinya sendiri. Pengertian tersebut membawa konsekuensi individu memandang pengalaman individu lain dalam konteks kemurahan hati, sehingga tersentuh oleh penderitaan individu lain dan muncul keinginan untuk meringankannya.

Selanjutnya Gilbert & Iron (dalam Hidayati 2015) juga menjelaskan bahwa self-compassion berhubungan dengan kemampuan merasakan perasaan individu lain dan kemurahan hati yang berkembang dari penerimaan terhadap diri sendiri, secara emosional dan kognitif atas pengalaman diri dan kesadaran untuk tidak menghindar atas pengalaman yang tidak menyenangkan. Penerimaan diri tersebut yang kemudian memunculkan istilah self-compassion , karena self-compassion dapat membantu mengaktifkan sistem penenangan diri, mengurangi perasaan takut dan kesendirian.

Self-compassion merupakan salah satu bahasan yang bisa menjelaskan bagaimana individu mampu bertahan, memahami dan menyadari makna dari sebuah kesulitan sebagai hal yang positif. Menurut Germer (dalam Hidayati, 2015), self-compassion merupakan kesediaaan diri untuk tersentuh dan terbuka kesadarannya saat mengalami penderitaan dan tidak menghindari penderitaan tersebut.

Self-compassion juga termasuk memberikan pemahaman yang tidak menghakimi terhadap penderitaan, kekurangan dan kegagalan diri, sehingga pengalaman tersebut dipandang sebagai bagian dari pengalaman yang bisa dialami oleh setiap manusia. Maka dari itu, kasih sayang diri adalah penting untuk psikis, mental dan kesejahteraan spiritual individu (Fieldeing, 2015).

Komponen Self-Compassion

Neff (2003) menyatakan bahwa self-compassion memiliki tiga komponen pembentuk, yaitu self-kindness (kebaikan terhadap diri), common humanity (sifat manusiawi), dan mindfulness (kesadaran penuh atau situasi yang dialami).

1. Self-kindness (kebaikan terhadap diri sendiri)

Menurut Neff (2003) Self-kindness adalah kemampuan untuk memahami diri ketika individu memiliki kekurangan ataupun merasakan penderitaan dalam hidupnya . Sehingga komponen ini menerangkan seberapa jauh seseorang dapat memahami dan memaknai kegagalannya. Neff (dalam Leary & Hoyle, 2009) juga menjelaskan bahwa ketenangan dan kesabaran dalam berpikir dan bertindak yang merupakan manifestasi dari self-compassion , yang termasuk dalam karakteristik self-kindness .

Individu dengan self-kindness dapat menghadapi permasalahan atau situasi menekan dengan menghindari penyalahan diri sendiri, atau perasaan rendah. Self-kindness merupakan afirmasi bahwa individu akan menerima kebahagiaan dengan memberikan kenyamanan pada individu lain. Self-kindness inilah yang mendorong individu untuk bertindak positif dan memberikan manfaat bagi individu lain.

Self-compassion membuat individu mampu untuk menempatkan diri sebagai manusia, sebagaimana individu lain pada umumnya. Diperkuat oleh Neff & Lamb (2009) bahwa self-kindness bertolak belakang dengan self-judgment yang merupakan sikap mengkritisi ketika individu mengalami penderitaan. Sehingga Neff (2011) menambahkan bahwa self-kindness berisi afirmasi bahwa diri pantas mendapatkan cinta, kebahagiaan,dan kasih sayang walaupun dalam kondisi terburuk sehingga tercipta kenyamanan bagi diri sendiri.

2. Common Humanity (sifat manusiawi/ Berhubungan dengan orang lain)

Menurut Neff (2003) common humanity adalah kesadaran individu bahwa semua orang pernah mengalami masa-masa sulit. Sehingga komponen ini menerangkan seberapa banyak seseorang mampu menghargai pemikiran, perasaan dan tingkah laku orang lain yang beragam. Sebagai manusia, individu memperlihatkan keadaan yang tidak sempurna dan dimungkinkan untuk melakukan kesalahan, keadaan ini disebut sebagai common humanity

Dalam pandangan common humanity , maka individu akan menghadapi masalah secara objektif. Neff (2011) menambahkan, melalui common humanity seseorang akan mampu melihat sebuah kegagalan atau masalah dari sudut pandang yang lebih luas sehingga mampu memahami bahwa peristiwa yang sedang dialaminya tersebut terjadi bukan sematamata karena kesalahanya sendiri melainkan memang hal yang sudah sewajarnya terjadi.

Kebalikan dari common humanity adalah isolation (isolasi diri), yaitu individu memandang bahwa dirinya adalah satu-satunya orang yang memiliki kekurangan dan merasakan penderitaan dalam hidup. Dengan menyadari hal tersebut, individu akan memahami bahwa tidak ada satu orang pun yang hidupnya mulus atau sempurna tanpa ujian.

Individu akan membangun konsep bahwa dirinya sebagaimana individu lain dapat melakukan kesalahan dan semuanya dapat dihadapi dalam ukuran yang bersifat umum. Perasaan adanya kesamaan dengan individu lain, mendorong individu untuk mengembangkan empati.

Empati tersebut sebagaimana pengertian Rogers, tokoh psikologi humanistik (Hidayati, 2015) adalah kemampuan individu untuk memahami individu lain dengan menggunakan kerangka berpikir, sudut pandang, dan perasaan individu lain tersebut. Diperkuat oleh Lee (dalam Hidayati, 2015) menyatakan bahwa empati yang berkembang pada diri individu akan menimbulkan dorongan untuk bertindak altruis , menolong individu lain karena adanya perasaan tanggungjawab.

Kemampuan untuk menggunakan kerangka berpikir dan sudut pandang orang lain, juga terkait dengan kemampuan individu untuk keluar dari diri sendiri. Ketika individu mampu keluar dari dirinya, maka individu tersebut akan mampu mengambil perspektif individu lain serta memandang diri dan pengalamannya sendiri secara lebih objektif.

3. Mindfulness (kesadaran/ Memfungsikan pikiran)

Menurut Neff (2003) Mindfulness adalah kesadaran penuh untuk menerima penderitaan yang dipikiran dan dirasakan. Sehingga komponen ini menerangkan bahwa kemampuan menyeimbangkan pikiran ketika dalam situasi yang menekan atau menimbulkan penderitaan. Neff (2011) juga menambahkan bahwa konsep dasar mindfulness adalah melihat segala sesuatu seperti apa adanya dalam artian tidak dilebih-lebihkan atau dikurangi sehingga mampu menghasilkan respon yang benar-benar obyektif dan efektif.

Mindfulness merupakan kebalikan dari over-identification (memahami masalah secara berlebih). Kesadaran atas pengalaman yang dihadapi secara jelas, dan seimbang disebut sebagai mindfulness , yang merupakan bagian dari internal locus of control (lokus kendali internal) pada kepribadian individu. Sehingga ketiga komponen diatas saling berkaitan dan berkombinasi antara satu dengan yang lainnya.