Apa yang dimaksud dengan Self Affirmation Theory?

image

Teori penegasan diri atau Self Affirmation Theory adalah Teori yang mengandaikan bahwa orang termotivasi untuk mempertahankan pandangan positif tentang diri mereka sendiri sebagai orang yang kompeten, bermoral, stabil secara emosional dan dapat menyesuaikan diri, serta mampu menghadapi tekanan hidup. Ketika dihadapkan dengan informasi negatif tentang diri, orang merasa tidak nyaman dan cenderung mengabaikannya dan menegaskan beberapa aspek lain dari diri atau mencari cara untuk menyelesaikan ketidakkonsistenan yang memungkinkan mereka mempertahankan rasa diri yang positif.

Sumber
  • The Cambridge Dictionary of Psychology (2009)

Definisi Teori Penegasan Diri

Teori penegasan diri menyatakan bahwa orang memiliki motivasi mendasar untuk menjaga integritas diri, persepsi tentang diri mereka sebagai baik, berbudi luhur, dan mampu memprediksi dan mengontrol hasil yang penting. Di hampir semua budaya dan periode sejarah, ada konsepsi yang dibagikan secara sosial tentang apa artinya menjadi orang yang memiliki integritas diri. Memiliki integritas diri berarti bahwa seseorang memandang dirinya sendiri sebagai yang hidup sesuai dengan konsepsi yang ditentukan secara budaya tentang kebaikan, kebajikan, dan hak pilihan. Teori penegasan diri meneliti bagaimana orang mempertahankan integritas diri ketika persepsi tentang diri ini terancam.

Latar Belakang dan Sejarah Teori Penegasan Diri

Dari psikolog humanis seperti Abraham Maslow dan Carl Rogers hingga peneliti kontemporer yang meneliti psikologi harga diri, telah ada penekanan historis dalam psikologi tentang pentingnya rasa penghargaan pribadi orang. Beberapa orang berpendapat bahwa rasa hormat pribadi muncul di awal kehidupan seorang bayi dan relatif stabil sepanjang hidup.

Peneliti kontemporer telah mendokumentasikan berbagai adaptasi yang digunakan orang untuk mempertahankan harga diri. Psikolog sosial Daniel Gilbert dan rekan-rekannya telah menyarankan bahwa orang memiliki sistem kekebalan psikologis yang memulai adaptasi psikologis terhadap ancaman harga diri. Memang, adaptasi protektif ini dapat mengarah pada rasionalisasi dan bahkan distorsi realitas. Psikolog sosial Tony Greenwald menggambarkan diri sebagai totaliter dalam ambisinya untuk menafsirkan dunia dengan cara yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya.

Orang memandang diri mereka mampu mengendalikan hasil yang secara obyektif tidak bisa mereka lakukan. Mereka mengambil pujian yang berlebihan untuk kesuksesan sambil menyangkal tanggung jawab atas kegagalan. Mereka terlalu optimis dalam memprediksi kesuksesan di masa depan dan buta terhadap ketidakmampuan mereka sendiri. Orang menolak memperbarui keyakinan dan perilaku mereka berdasarkan pengalaman dan informasi baru, lebih memilih untuk mempertahankan ilusi bahwa mereka selama ini benar. Meskipun orang pasti mampu melakukan realisme dan kritik diri, pertahanan ego tampaknya menjadi kegemaran manusia yang menyebar luas.

Kontribusi Teori Penegasan Diri

Ketika integritas diri terancam, menurut teori penegasan diri, orang tidak perlu secara defensif merasionalkan atau memutarbalikkan kenyataan. Sebaliknya, mereka dapat membangun kembali integritas diri melalui penegasan domain alternatif harga diri yang tidak terkait dengan ancaman yang memprovokasi. Penegasan diri semacam itu, dengan memenuhi kebutuhan untuk melindungi integritas diri dalam menghadapi ancaman, dapat memungkinkan orang untuk menangani peristiwa dan informasi yang mengancam tanpa menggunakan bias defensif. Penegasan diri dapat berbentuk refleksi tentang nilai-nilai penting yang menyeluruh (seperti hubungan dengan teman dan keluarga) atau pada keterampilan yang berharga.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa individu cenderung tidak merasionalisasi, menyangkal, atau menolak informasi yang mengancam dalam satu domain jika rasa integritas diri mereka ditegaskan di domain lain. Orang telah terbukti lebih terbuka terhadap informasi persuasif, dan kurang bias dalam evaluasi informasi politik dan peringatan risiko kesehatan jika mereka pertama kali diizinkan untuk menegaskan diri dalam domain yang tidak terkait, misalnya, dengan merefleksikan nilai pribadi yang penting. Individu yang menegaskan diri juga lebih cenderung mengakui tanggung jawab pribadi mereka sendiri (dan tanggung jawab kolektif kelompok mereka) atas kekalahan. Selain itu, orang lebih terbuka terhadap tindakan yang mengancam — misalnya, berkompromi dengan musuh dalam perselisihan sosial-politik yang memecah belah — ketika menegaskan dirinya sendiri. Teori penegasan diri juga menjelaskan cara prasangka dan stereotip merupakan bentuk pemeliharaan integritas diri. Psikolog sosial Steven Fein dan Steven Spencer menunjukkan bahwa responden cenderung mendiskriminasi calon pekerja Yahudi jika mereka sebelumnya telah diberikan penegasan diri. Orang, tampaknya, dapat menggunakan stereotip negatif sebagai cara yang dapat dibenarkan secara kognitif untuk merendahkan orang lain, untuk membuat diri mereka merasa baik. Namun, jika kebutuhan mereka akan integritas diri terpenuhi di domain lain, mereka tidak perlu lagi menggunakan stereotip negatif.

Penegasan diri juga dapat membantu mengurangi respons stres fisiologis dan psikologis. David Creswell dan rekannya meminta peserta menyelesaikan prosedur penegasan diri sebelum terlibat dalam pengalaman stres berbicara di depan umum dan aritmatika mental di depan audiens yang bermusuhan. Tidak seperti mereka yang berada dalam kondisi kontrol, mereka yang berada dalam kondisi penegasan diri tidak menunjukkan perubahan apa pun dari baseline dalam kadar hormon stres kortisol mereka. Karena stres kronis terkait dengan penyakit fisik, temuan ini juga menunjukkan bahwa menguatkan diri dapat berdampak positif pada hasil kesehatan.

Sumber