Menurut Peter Sterns, dulu, dalam masyarakat pra-agrikultur (sebelum tahun 1750), perempuan memegang posisi yang setara dengan laki-laki. Namun, itu kemudian berubah ketika telah terjadi adopsi pertanian yang menetap, dan kemudian budaya laki-laki mulai melembagakan konsep bahwa perempuan lebih rendah daripada laki-laki Contoh yang nyata tentang seksisme dalam masyarakat kuno adalah adanya hukum tertulis yang mencegah perempuan berpartisipasi dalam proses politik (misalnya: wanita Romawi tidak boleh mengikuti Pemilu atau memegang jabatan politik) (Frier, 2004).
Istilah seksisme dikenal secara luas saat terjadi Gerakan Pembebasan Perempuan (Women’s Liberation Movement) pada tahun 1960. Ketika itu, para penganut teori feminis menyebutkan bahwa tekanan terhadap perempuan telah menyebar dan terjadi di hampir seluruh lapisan masyarakat, sehingga mereka mulai bersuara lebih lantang tentang paham seksisme daripada paham male chauvinism. Pembela paham male chauvinists biasanya adalah lakilaki yang meyakini bahwa mereka lebih hebat daripada perempuan. Paham seksisme merujuk pada perilaku kolektif yang merefleksikan masyarakat sebagai suatu keseluruhan.
Seksisme (sexism) merupakan suatu bentuk prasangka atau diskriminasi kepada kelompok lain hanya karena perbedaan jender atau jenis kelamin. Dalam hal ini, biasanya wanita cenderung dianggap lemah. Tindakan seksisme, kemungkinan, bisa bersumber dari stereotipe terhadap peran jender (Nakdiem, 1984) dan keyakinan bahwa pada jenis kelamin tertentu memiliki posisi yang lebih baik dan superior dibanding yang lainnya (Doob, 2013). Seksisme bisa merujuk pada seseorang yang melakukan diskriminasi, baik yang diekspresikan melalui tindakan, perkataan, maupun hanya berbentuk suatu keyakinan/kepercayaan. Seksisme terkadang bisa juga terjadi tanpa disadari oleh si pelaku, baik disengaja maupun tidak disengaja, seperti yang pernah dilaporkan oleh The Smithsonian American Art Museum.
Seksisme, meskipun berbentuk kebencian terhadap orang lain yang bergantung pada perbedaan jenis kelamin, tetapi dapat juga merujuk pada semua sistem diferensiasi pada seks individu. Seksisme dapat diwujudkan dengan berbagai kepercayaan atau sikap, seperti:
- Kepercayaan bahwa satu jenis kelamin/gender lebih berharga dari yang lain.
- Chauvinisme pria atau wanita.
- Sifat misogini (kebencian terhadap wanita) atau misandria (kebencian terhadap laki-laki).
- Ketidakpercayaan kepada orang yang memiliki jenis jender yang berbeda.