Apa yang dimaksud dengan Santo?

Ketika kita mendengar nama sebuah gereja Katolik, biasanya menggunakan nama Santo atau Santa tertentu, seperti Santo Antonius, Santa Theresia, Santo Yohanes, dan lain-lain. Biasanya nama ini digunakan sebagai nama pelindung (patron) bagi gereja tersebut. Nama pelindung ini pun tidak hanya digunakan dalam penamaan gereja, tetapi juga di nama seorang penganut Kristiani, biasanya ditaruh di depan. Seperti Matius, Lukas, Nicholas, Maria, dan lain-lain.

Lalu, apa yang dimaksud dengan Santo?

Definisi Santo / Santa

Dalam kekristenan, istilah Santo (atau Santa bagi wanita) (Saint dalam bahasa Inggris) adalah gelar yang diberikan kepada seseorang yang telah terbukti menjalani hidup dengan kebajikan, atau disebut juga suci (kudus). Istilah ini bisa digunakan kepada orang hidup, dan mati, dan diterima dalam dunia agama. Santo/ Santa juga terkadang disebut sebagai orang kudus. Santo dianggap masyarakat sebagai contoh bagaimana kita selayaknya berbuat sesuatu, dan kisah hidupnya biasanya dicatat sebagai contoh untuk generasi selanjutnya.

Kata santo/santa berasal dari bahasa Latin sanctus yang berarti “kudus”. Kata sanctus ini memiliki padanan dalam bahasa Yunani hagios, yang muncul sebanyak 229 kali pada kitab Perjanjian Baru. Sebenarnya banyak agama-agama lain di dunia yang memiliki konsep yang sama namun berbeda istilah, untuk merujuk kepada “orang kudus” atau “orang suci” menurut keyakinan mereka masing-masing. Namun yang akan dibahas disini adalah istilah santo/santa dalam kekristenan.

Santo / Santa Menurut Berbagai Denominasi Gereja

Penggunaan istilah santo/santa tergantung pada konteks dan denominasi gerejanya. Dalam doktrin Katolik, Ortodoks Timur, Anglikan, Ortodoks Oriental, dan Lutheran, semua orang beriman mereka yang telah meninggal di Surga dianggap sebagai orang-orang kudus. Namun hanya beberapa dianggap layak mendapat kehormatan atau teladan yang lebih besar. Pengakuan gerejawi resmi diberikan kepada beberapa orang kudus melalui proses kanonisasi di Gereja Katolik Roma atau glorifikasi di Gereja Ortodoks Timur.

Di Gereja Katolik, mereka yang diberi gelar Santo/santa adalah mereka yang hidupnya ditandai oleh pelaksanaan kebajikan yang mencapai titik heroik, dan kekudusan mereka ini harus dapat dibuktikan oleh argumen-argumen dan disertai juga oleh mukjizat-mukjizat dari Tuhan yang diperoleh melalui perantaraan doa orang kudus itu. Hal ini penting untuk membuktikan bahwa ia adalah benar sahabat Allah. Maka proses kanonisasi dan beatifikasi bukan proses ‘pembuatan’ seseorang menjadi Santo/ santa, namun hanya merupakan deklarasi bahwa orang itu adalah orang yang hidup kudus bahkan sejak sebelum proses kanonisasi dimulai.

Proses penentuan pernyataan seseorang menjadi Santo/ Santa dalam Gereja Katolik memakan waktu yang panjang dan memerlukan bukti yang kuat berupa mukjizat-mukjizat yang harus ada, bahkan setelah orang tersebut sudah meninggal, untuk membuktikan bahwa Allah berkenan kepada perantaraan doa orang tersebut. Prosesnya sendiri melibatkan banyak orang, dan harus dibuktikan dengan mukjizat (minimal 2), dan mukjizatnya pun harus diperiksa secara objektif oleh dokter yang ahli. Proses kanonisasi bukan sesuatu yang mudah, umumnya memakan waktu bertahun-tahun.

Dalam Gereja Ortodoks Timur, dipercaya bahwa Tuhan menyingkapkan santo/ santa melalui doa-doa yang dijawab dan mukjizat lainnya. Santo/ santa biasanya diakui oleh komunitas lokal, seringkali oleh orang yang langsung mengenal mereka. Ketika popularitas mereka tumbuh, mereka kemudian diakui oleh seluruh gereja. Kata kanonisasi berarti bahwa seorang Kristen telah dinyatakan layak namanya ditempatkan dalam kanon (daftar resmi) orang-orang kudus Gereja. Proses formal pengakuan melibatkan musyawarah melalui sinode para uskup. Tidak seperti Gereja Katolik, Gereja Ortodoks tidak memerlukan bukti tanda mukjizat. Yang dibutuhkan ialah bukti dari kehidupan yang bajik.

Dalam Gereja Anglikan, santo / santa merujuk pada orang yang telah diakui oleh pendapat umum sebagai orang yang saleh dan suci. Orang-orang kudus dipandang sebagai teladan kekudusan dan sebagai “saksi awan” yang menguatkan dan mendorong orang beriman selama perjalanan rohaninya (Ibrani 12:1). Orang-orang kudus dipandang sebagai saudara-saudari yang lebih tua di dalam Kristus. Kredo Anglikan juga mengakui keberadaan orang-orang kudus di surga.

Menurut ajaran Lutheran, semua orang Kristen, baik di surga maupun di bumi, dianggap sebagai orang-orang kudus. Namun, Lutheranisme masih mengakui dan menghormati orang-orang kudus tertentu, tetapi yang memenuhi syarat menurut Pengakuan Iman Augsburg. Istilah santo digunakan hanya sejauh untuk menunjukkan seseorang yang menerima kasih karunia yang luar biasa, ditopang oleh iman, dan yang perbuatan baiknya menjadi teladan bagi setiap orang Kristen. Kepercayaan tradisional Lutheran menekankan bahwa doa kepada orang-orang kudus dilarang, karena mereka bukanlah perantara penebusan.

Gereja Methodist secara umum tidak memuliakan orang-orang kudus, namun masih tetap menghormati dan meneladani santo / santa. Gereja Methodist percaya bahwa semua orang Kristen adalah orang-orang kudus, tetapi terutama menggunakan istilah tersebut untuk merujuk pada tokoh-tokoh alkitabiah, pemimpin Kristen, dan para martir iman. Banyak pula gereja Metodis dinamai menurut nama santo-santa.

Proses Pemberian Gelar Santo / Santa Menurut Gereja Katolik (Kanonisasi)

Sebelum dinobatkan menjadi santo / santa, seorang calon harus melalui beberapa tahap berikut secara garis besar:

  • Servus Dei (Hamba Allah): Proses yang dimulai di level keuskupan. Uskup (atau ordinaris) bukan menentukan, tetapi membuka kesempatan penyelidikan ‘calon’ para kudus itu, yaitu dalam hal kebajikannya, sebagai respons dari permohonan kaum beriman. Setelah informasi lengkap, uskup mempresentasikannya kepada Roman Curia.

  • Venerabilis (Yang Terhormat) : Setelah segala informasi yang diperlukan terkumpul, Paus mengumumkan teladan kebajikan dari sang pelayan Tuhan . Pada saat ini dapat dicetak kartu doa yang dibagikan pada umat, sehingga umat dapat memohon doa perantaraan mereka, mohon agar mukjizat dapat diperoleh dari perantaraan doa mereka, sebagai tanda persetujuan Tuhan, untuk menyatakan pelayan Tuhan tersebut sebagai orang kudus.

  • Beato (Yang Terberkati): Beatifikasi adalah pernyataan dari Gereja yang menyatakan bahwa kita dapat percaya bahwa sang pelayan Tuhan tersebut berada di surga. Tahap berikutnya tergantung dari apakah ia seorang martir, atau bukan. Jika martir, tidak diperlukan mukjizat lebih lanjut, namun jika non-martir, maka diperlukan sebuah mukjizat melalui doa yang ditujukan dengan perantaraan sang Venerable ini, untuk membuktikan bahwa ia benar-benar telah berada di Surga, dan Tuhan menjawab doa syafaatnya dengan memberikan mukjizat.

  • Santo/ Santa: Untuk menjadi Santo/ Santa diperlukan lagi satu mukjizat. Kanonisasi adalah pernyataan dari Gereja, bahwa sang Santa/ Santo tersebut telah berada di surga. Pesta nama Santa/ Santo tersebut ditentukan, dan boleh dirayakan.

Referensi

Kontributor Wikipedia. Saint. Wikipedia Bahasa Inggris. Diambil dari https://en.wikipedia.org/wiki/Saint

Tarantino, A. (2017). Who becomes a saint in the Catholic Church, and is that changing?. Diambil dari Who becomes a saint in the Catholic Church, and is that changing?

Tay, S. Ingrid, L. (2014). Kriteria Seorang Diberi Gelar Santo -Santa. Katolisitas. Diambil dari Kriteria seorang diberi gelar Santo/Santa – katolisitas.org