Apa yang dimaksud dengan Riset Deskriptif dalam Psikologi Pendidikan?

image

Psikologi pendidikan merupakan cabang ilmu psikologi yang secara khusus digunakan untuk memahami pengajaran dan juga pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Sedangkan peran riset dalam psikologi pendidikan dijadikan sebagai sumber informasi yang sangat berharga supaya bisa memahami strategi mengajar sehingga semua orang akhirnya bisa mendapatkan banyak pelajaran dari pengalaman sendiri. Pengalaman tersebut yang nantinya akan menjadi guru terbaik dan riset juga berguna untuk memberikan informasi yang lebih valid mengenai cara paling baik untuk mengajar sehingga macam macam riset dalam psikologi pendidikan memang merupakan salah satu hal penting dalam psikologi pendidikan. Salah satu peran riset dalam psikologi pendidikan adalah riset deskriptif. Apa yang dimaksud dengan riset deskriptif?

Riset deskriptif dalam psikologi pendidikan berguna untuk mendeskripsikan sebuah keadaan atau fenomena. Riset ini tidak hanya berguna untuk mendeskripsikan sebuah keadaan saja namun juga untuk mendeskripsikan keadaan dalam beberapa tahap perkembangan yang dinamakan dengan riset perkembangan. Dalam metode psikologi pendidikan yakni riset ini bisa bersifat longitudinal atau sepanjang waktu dan juga bisa bersifat cross sectional atau dengan potongan waktu.

Dalam riset longitudinal atau sepanjang waktu merupakan penelitian individu atau satuan lain dimana dalam pengukuran unit yang sama akan diulang di banyak waktu sepanjang riset sedang dilakukan. Sementara riset cross sectional seperti kemampuan berbahasa di masa atau tahap perkembangan individu akan berdasarkan usia kronologis seperti bayi, anak kecil, anak sekolah dan remaja yang dilakukan secara bersamaan.

Riset eksperimen dan korelasi mencari hubungan di antara variabel‐variabel. Namun, riset di bidang psikologi pendidikan hanya berupaya menjelaskan sesuatu yang menarik. Misalnya, NICHD Early Child Care Research Network (2005) melakukan studi pengamatan nasional di 780 ruang kelas tiga untuk menjelaskan berbagai jenis lingkungan ruang kelas yang dialami siswa. Di antara yang lain, studi tersebut menemukan bahwa kebanyakan waktu di kelas tiga difokuskan pada kemampuan dasar, dengan sedikit waktu untuk kemampuan yang lebih tinggi, tetapi terdapat perbedaan yang sangat besar.

Dalam contoh lain, Mosenthal dan rekan‐rekan (2004) mengamati dan menjelaskan enam sekolah di Vermont yang terus – menerus memeroleh nilai membaca yang luar biasa, dan menemukan bahwa sekolah seperti itu mempunyai guru yang sangat terfokus dan senantiasa mengevaluasi pengajaran mereka sendiri. Salah satu tipe riset deskriptif (descriptive research) ialah survei atau wawancara.

Tipe lain, yang disebut etnografi, melibatkan pengamatan terhadap lingkungan sosial (seperti ruang kelas atau sekolah) dalam jangka waktu yang lama. Sebagai contoh etnografi, Anagnostopoulos (2006) menghabiskan setahun di suatu sekolah menengah atas di Chicago untuk mengamati dan mewawancarai guru dan siswa guna memahami tanggapan mereka terhadap kebijakan baru yang mengharuskan siswa lulus ujian agar naik kelas. Dia menemukan bahwa siswa maupun guru secara mental membagi siswa yang tinggal kelas menjadi dua kategori: “siswa bodoh” dan “siswa sejati”, dimana “siswa bodoh” adalah “anak‐anak yang buruk” yang pantas tinggal kelas dan “siswa sejati” adalah siswa yang menurut pendapat mereka, sebetulnya tidak pantas untuk tinggal kelas. Studi deskripsi memberikan cerita yang jauh lebih lengkap tentang apa yang terjadi di sekolah dan ruang kelas daripada yang dapat diberikan studi yang meringkaskan temuan menjadi angka‐angka yang tidak menarik dan sulit. Riset deskriptif biasanya tidak mempunyai objektivitas ilmiah seperti dalam riset korelasi atau eksperimen, tetapi cara mengimbangi kekurangan ini berupa kekayaan uraian rinci dan penafsiran (Cresswll, 2002; Norcutt & McCoy, 2004; Rossman & Rallis, 2003)

Ahli psikologi perkembangan menggunakan banyak riset deskriptif untuk mengidentifikasi karakteristik anak‐anak pada usia yang berbeda. Riset terpentig dalam psikologi perkembangan dilakukan Jean Piaget (baca: zong piazee, 1952), ahli psikologi Swiss, yang memulainya dengan secara seksama mengamati anak–anaknya sendiri. Sebagai hasil pengamatannya, dia mengembagkan teori yang menggambarkan perkembangan kognisi anak–anak mulai dari masa bayi hingga masa remaja (Wadsworth, 2004).