Apa yang dimaksud dengan Retardasi mental ?

Retardasi mental adalah penurunan fungsi intelektual yang menyeluruh secara bermakna dan secara langsung menyebabkan gangguan adaptasi sosial, dan bermanifestasi selama masa perkembangan.

Apa yang dimaksud dengan Retardasi mental ?

Retardasi mental (RM) adalah fungsi intelektual di bawah angka 7, yang muncul bersamaan dengan kurangnya perilaku adaptif, serta kemampuan beradaptasi dengan kehidupan sosial sesuai tingkat perkembangan dan budaya.

Menurut Maslim (2004), RM adalah suatu keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap yang terutama ditandai oleh terjadinya kendala keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial.

Anak RM mengalami keterbatasan sosialisasi akibat tingkat kecerdasan yang rendah (Soetjiningsih, 1998). Kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan sangat dipengaruhi oleh kecerdasan. Anak RM dengan tingkat kecerdasan di bawah normal dan mengalami hambatan dalam bersosialisasi. Faktor lain adalah kecenderungan mereka diisolasi (dijauhi) oleh lingkungannya.

Anak sering tidak diakui secara penuh sebagai individu dan hal tersebut memengaruhi proses pembentukan pribadi. Anak akan berkembang menjadi individu dengan ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap tuntutan sekolah, keluarga, masyarakat, dan terhadap dirinya sendiri.

KLASIFISIKASI RETARDASI MENTAL

Klasifikasi didasarkan pada tingkat kecerdasan terdiri atas keterbelakangan ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Kemampuan kecerdasan anak RM kebanyakan diukur dengan tes Stanford Binet dan Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC).

Menurut Somantri (2007), klasifikasi anak RM adalah sebagai berikut.

  1. RM ringan

    Menurut Binet dalam Somantri (2007), RM ringan disebut juga moron atau debil, memiliki Intelligence Quotient (IQ) antara 52–68, sedangkan menurut WISC, IQ antara 55–69. Perkembangan motorik anak tunagrahita mengalami keterlambatan, Somantri (2007) menyatakan bahwa, “Semakin rendah kemampuan intelektual seseorang anak, maka akan semakin rendah pula kemampuan motoriknya, demikian pula sebaliknya”.

  2. RM sedang
    RM sedang disebut juga imbesil yang memiliki IQ 36–51 berdasarkan skala Binet, sedangkan menurut WISC memiliki IQ 40–54. Anak ini bisa mencapai perkembangan kemampuan mental (Mental Age—MA) sampai kurang lebih 7 tahun, dapat mengurus dirinya sendiri, melindungi dirinya sendiri dari bahaya seperti kebakaran, berjalan di jalan raya, dan berlindung dari hujan.

  3. RM berat
    RM berat atau disebut idiot, menurut Binet memiliki IQ antara 20–32 dan menurut WISC antara 25–39.

  4. RM sangat berat
    Level RM ini memiliki IQ di bawah 19 menurut Binet dan IQ di bawah 24 menurut WISC. Kemampuan mental atau MA maksimal yang dapat diukur kurang dari tiga tahun. Anak yang mengalami hal ini memerlukan bantuan perawatan secara total dalam berpakaian, mandi, dan makan, bahkan memerlukan perlindungan diri sepanjang hidupnya.

Tingkat retardasi mental dalam pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa III 2007 (PPDG J-III) yang ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel Klasifikasi Tingkat Kecerdasan (IQ) Berdasarkan Keadaan Masyarakat Normal
image

CIRI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN RETARDASI MENTAL

Retardasi Mental

  1. Umur 0–5 tahun (pematangan dan perkembangan).
    Dapat mengembangkan keterampilan sosial dan komunikasi, keterbelakangan minimal dalam bidang sensoris motorik. Anak yang mengalami retarditasi mental sering tidak dapat dibedakan dari normal hingga usia lebih tua.

  2. Umur 6–20 tahun (latihan dan pendidikan).
    Dapat belajar keterampilan akademik sampai kira-kira kelas 6 pada umur belasan tahun (dekat umur 20 tahun), serta dapat dibimbing ke arah konformitas sosial.

  3. Masa dewasa, yaitu 21 tahun atau lebih (kecukupan sosial dan pekerjaan).
    Biasanya dapat mencapai keterampilan sosial dan pekerjaan yang cukup untuk mencari naThah, tetapi memerlukan bimbingan dan bantuan bila mengalami stres sosial ekonomi yang luar biasa.

Retardasi Mental Sedang

  1. Umur 0–5 tahun (pematangan dan perkembangan).
    Dapat berbicara atau belajar berkomunikasi, kesadaran sosial kurang, perkembangan motorik cukup, dapat belajar mengurus diri sendiri, dapat diatur dengan pengawasan sedang.

  2. Umur 6–20 tahun (latihan dan pendidikan).
    Dapat dilatih dalam keterampilan sosial dan pekerjaan, sukar untuk maju lewat kelas 2 Sekolah Dasar (SD) dalam mata pelajaran akademik, dapat belajar bepergian sendirian di tempat yang sudah dikenal.

  3. Masa dewasa, yaitu 21 tahun atau lebih (kecukupan sosial dan pekerjaan).
    Dapat mencari naThah dalam pekerjaan kasar tidak terlatih atau setengah terlatih dalam keadaan yang terlindung, memerlukan pengawasan, dan bimbingan bila mengalami stres sosial atau ekonomi yang ringan.

Retardasi Mental Berat

  1. Umur 0–5 tahun (pematangan dan perkembangan).
    Perkembangan motorik kurang, bicara minimal. Pada umumnya tak dapat dilatih untuk mengurus diri sendiri, keterampilan komunikasi tidak ada atau hanya sedikit sekali.

  2. Umur 6–20 tahun (latihan dan pendidikan).
    Dapat berbicara atau belajar berkomunikasi, dapat dilatih dalam kebiasaan kesehatan dasar, serta dapat dilatih secara sistematik dalam kebiasaan.

  3. Masa dewasa, yaitu 21 tahun atau lebih (kecukupan sosial dan pekerjaan).
    Dapat mencapai sebagian dalam mengurus diri sendiri di bawah pengawasan penuh, dapat mengembangkan secara minimal berguna keterampilan menjaga diri dalam lingkungan yang terkontrol.

Retardasi Mental Sangat Berat

  1. Umur 0–5 tahun (pematangan dan perkembangan).
    Retardasi berat, kemampuan minimal untuk berfungsi dalam bidang sensoris-motorik, membutuhkan perawatan.

  2. Umur 6–20 tahun (latihan dan pendidikan).
    Perkembangan motorik sedikit, dapat bereaksi terhadap latihan mengurus diri sendiri secara minimal atau terbatas.

  3. Masa dewasa 21 tahun atau lebih (kecukupan sosial dan pekerjaan).
    Perkembangan motorik dan bicara sedikit, dapat mengurus diri sendiri secara sangat terbatas, membutuhkan perawatan.

Menurut penilaian program pendidikan, retardasi mental dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

  1. Tunagrahita mampu didik (educable)
    Anak tunagrahita mampu didik adalah anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal. Anak diharapkan mampu untuk belajar membaca dan menulis pada tingkat SD tetapi dengan langkah yang lambat. Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu didik antara lain membaca, menulis, mengeja, dan berhitung. Selain itu, menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain, serta keterampilan kerja di kemudian hari.

  2. Tunagrahita mampu latih (custodial)
    Merupakan anak tunagrahita yang hanya dapat dilatih untuk mengurus diri sendiri melalui aktivitas kehidupan sehari-hari, serta melakukan fungsi sosial kemasyarakatan menurut kemampuannya. Anak diharapkan mampu belajar hanya beberapa kata dan keterampilan berhitung yang sangat terbatas. Mereka diharapkan mampu untuk menjadi semi mandiri melalui pemberian latihan keterampilan dengan tahapan yang terbaik.

  3. Tunagrahita mampu rawat (trainable)
    Tunagrahita mampu rawat adalah tunagrahita yang memiliki kecerdasan sangat rendah sehingga ia tidak mampu mengurus diri sendiri atau sosialisasi. Oleh karenanya, mengurus kebutuhan diri sendiri sangat membutuhkan orang lain. Anak tunagrahita mampu rawat membutuhkan perawatan sepenuhnya sepanjang hidupnya, karena ia tidak mampu terus hidup tanpa bantuan orang lain.

ETIOLOGI

Menurut Maramis (2010), faktor penyebab retardasi mental yaitu sebagai berikut.

1. Faktor genetik

Abnormalitas kromosom yang paling umum menyebabkan retardasi mental adalah Sindrom Down yang ditandai oleh adanya kelebihan kromosom atau kromosom ketiga pada pasangan kromosom ke-21, sehingga mengakibatkan jumlah kromosom menjadi Sindrom Fragile X, yang merupakan tipe umum dari retardasi mental yang diwariskan. Gangguan ini disebabkan oleh mutasi gen pada kromosom X. Gen yang rusak berada pada area kromosom yang tampak rapuh, sehingga disebut Sindrom Fragile X.

Sindrom ini menyebabkan retardasi mental pada 1.000–1.500 pria dan hambatan mental pada setiap 2.000–2.500 perempuan. Efek dari Sindrom Fragile X berkisar antara gangguan belajar ringan sampai retardasi parah yang dapat menyebabkan gangguan bicara dan fungsi yang berat.

Phenylketonuria (PKU) merupakan gangguan genetik yang terjadi pada satu di antara 10.000 kelahiran. Gangguan ini disebabkan adanya satu gen resesif yang menghambat anak untuk melakukan metabolisme. Konsekuensinya, phenilalanin dan turunannya asam phenilpyruvic, menumpuk dalam tubuh, serta menyebabkan kerusakan pada sistem saraf pusat yang mengakibatkan retardasi mental dan gangguan emosional.

2. Faktor prenatal

Penyebab retardasi mental saat prenatal adalah infeksi dan penyalahgunaan obat selama ibu mengandung. Infeksi yang biasanya terjadi adalah rubella, yang dapat menyebabkan kerusakan otak. Penyakit ibu juga dapat menyebabkan retardasi mental, seperti sifilis, herpes genital, hipertensi, diabetes melitus, anemia, tuberkulosis paru. Narkotik, alkohol, dan rokok yang berlebihan serta keadaan gizi dan emosi pada ibu hamil juga sangat berpengaruh pada terjadinya retardasi mental.

3. Faktor perinatal

Retardasi mental yang disebabkan oleh kejadian yang terjadi pada saat kelahiran adalah luka-luka pada saat kelahiran, sesak napas (asfiksia), dan lahir prematur, serta proses kelahiran yang lama.

4. Faktor pascanatal

Banyak sekali faktor pascanatal yang dapat menimbulkan kerusakan otak dan mengakibatkan terjadinya retardasi mental. Termasuk di antaranya adalah infeksi (meningitis, ensefalitis, meningoensefalitis, dan infeksi pada bagian tubuh lain yang menahun), trauma kapitis, tumor otak, kelainan tulang tengkorak, dan keracunan pada otak. Kesehatan ibu yang buruk dan terlalu sering melahirkan merupakan penyebab berbagai macam komplikasi kelahiran seperti bayi lahir prematur, perdarahan postpartum, dan lain sebagainya.

5. Rudapaksa (trauma) dan/atau sebab fisik lain.

Rudapaksa sebelum lahir serta juga trauma lain, seperti sinar X, bahan kontrasepsi, dan usaha melakukan abortus dapat mengakibatkan kelainan dengan RM. Rudapaksa setelah lahir tidak begitu sering mengakibatkan retardasi mental.

6. Gangguan metabolisme, pertumbuhan, atau gizi.

Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan metabolisme (misalnya gangguan metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein), serta pertumbuhan atau gizi termasuk dalam kelompok ini. Gangguan gizi yang berat dan berlangsung lama sebelum umur 4 tahun sangat memengaruhi perkembangan otak serta dapat mengakibatkan retardasi mental. Keadaan dapat diperbaiki dengan memperbaiki sebelum umur 6 tahun. Sesudah ini biarpun anak itu dibanjiri dengan makanan bergizi, intelegensi yang rendah itu sudah sukar ditingkatkan.

7. Penyakit otak yang nyata (setelah kelahiran).

Kelompok ini termasuk retardasi mental akibat tumor/kanker (tidak termasuk pertumbuhan sekunder karena rudapaksa atau peradangan) dan beberapa reaksi sel- sel otak yang nyata, tetapi yang belum diketahui betul penyebabnya (diduga turunan).

KARAKTERISTIK RETARDASI MENTAL

Menurut Somantri (2007), beberapa karakteristik anak retardasi mental sebagai berikut.

1. Keterbatasan kecerdasan

Dengan adanya keterbatasan kemampuan berpikir, mereka mengalami kesulitan belajar. Masalah yang sering dirasakan terkait proses belajar mengajar di antaranya kesulitan menangkap pelajaran, kesulitan dalam belajar yang baik, mencari metode yang tepat, kemampuan berpikir abstrak yang terbatas, daya ingat lemah, dan lain sebagainya.
Kapasitas anak retardasi mental terutama yang bersifat abstrak seperti berhitung, menulis dan membaca juga terbatas, serta kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo.

2. Keterbatasan sosial

Dalam pergaulan mereka tidak dapat mengurus, memelihara, dan memimpin diri. Waktu masih kanak-kanak, mereka harus dibantu terus-menerus, disuapi makanan, dipasangkan dan ditanggali pakaian, disingkirkan dari bahaya, diawasi waktu bermain dengan anak lain, bahkan ditunjuki terus apa yang harus dikerjakan. Mereka bermain dengan teman-teman yang lebih muda, karena tidak dapat bersaing dengan teman sebayanya. Tanpa bimbingan dan pengawasan, mereka dapat terjerumus ke dalam tingkah laku yang terlarang terutama mencuri, merusak, dan pelanggaran seksual.
Masalah ini berkaitan dengan masalah-masalah atau kesulitan dalam hubungannya dengan kelompok dan individu di sekitarnya. Kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungannya sangat dipengaruhi oleh kecerdasan. Oleh karena tingkat kecerdasan anak tunagrahita berada di bawah normal, maka dalam kehidupan bersosialisasi mengalami hambatan. Selain itu, ada kecenderungan mereka diisolasi (dijauhi) oleh lingkungannya. Anak juga dapat tidak diakui secara penuh sebagai individu yang berpribadi sehingga dapat berpengaruh pada pembentukan pribadi yang mengakibatkan suatu kondisi pada individu tentang ketidakmampuannya di dalam menyesuaikan diri terhadap tuntutan sekolah, keluarga, masyarakat, dan bahkan dirinya sendiri.

3. Keterbatasan fungsi mental lainnya
Memerlukan waktu lebih lama untuk melaksanakan reaksi pada situasi yang belum dikenalnya, keterbatasan penguasaan bahasa, kurang mampu untuk mempertimbangkan sesuatu, membedakan antara baik dan buruk, serta membedakan yang benar dan salah.

Menurut Delphie (2005), karakteristik retardasi mental adalah sebagai berikut.

  1. Pada umumnya, anak dengan gangguan perkembangan mempunyai pola perkembangan perilaku yang tidak sesuai dengan kemampuan potensialnya.

  2. Anak dengan gangguan perkembangan mempunyai kelainan perilaku maladaptif, yang berkaitan dengan sifat agresif secara verbal atau fisik, perilaku yang suka menyakiti diri sendiri, perilaku suka menghindarkan diri dari orang lain, suka menyendiri, suka mengucapkan kata atau kalimat yang tidak masuk akal atau sulit dimengerti maknanya, rasa takut yang tidak menentu sebab akibatnya, selalu ketakutan, serta sikap suka bermusuhan.

  3. Pribadi anak dengan gangguan perkembangan mempunyai kecenderungan yang sangat tinggi untuk melakukan tindakan yang salah.

  4. Masalah yang berkaitan dengan kesehatan khusus seperti terhambatnya perkembangan gerak, tingkat pertumbuhan yang tidak normal, kecacatan sensori, khususnya pada persepsi penglihatan dan pendengaran sering tampak pada anak dengan gangguan perkembangan.

  5. Sebagian dari anak dengan gangguan perkembangan mempunyai kelainan penyerta serebral palsi, kelainan saraf otot yang disebabkan oleh kerusakan bagian tertentu pada otak saat dilahirkan ataupun saat awal kehidupan. Mereka yang tergolong memiliki serebral palsi mempunyai hambatan pada intelektual, masalah berkaitan dengan gerak dan postur tubuh, pernapasan mudah kedinginan, buta warna, kesulitan berbicara disebabkan adanya kekejangan otot-otot mulut (artikulasi), serta kesulitan sewaktu mengunyah dan menelan makanan yang keras seperti permen karet, popcorn, sering kejang otot (seizure).

  6. Secara keseluruhan, anak dengan gangguan perkembangan mempunyai kelemahan pada
    segi berikut.

    • Keterampilan gerak.
    • Fisik yang kurang sehat.
    • Koordinasi gerak.
    • Kurangnya perasaan percaya terhadap situasi dan keadaan sekelilingnya.
    • Keterampilan kasar dan halus motor yang kurang.
  7. Dalam aspek keterampilan sosial, anak dengan gangguan perkembangan umumnya tidak mempunyai kemampuan sosial, antara lain suka menghindar dari keramaian, ketergantungan hidup pada keluarga, kurangnya kemampuan mengatasi marah, rasa takut yang berlebihan, kelainan peran seksual, kurang mampu berkaitan dengan kegiatan yang melibatkan kemampuan intelektual, dan mempunyai pola perilaku seksual secara khusus.

  8. Anak dengan gangguan perkembangan mempunyai keterlambatan pada berbagai tingkat dalam pemahaman dan penggunaan bahasa, serta masalah bahasa dapat memengaruhi perkembangan kemandirian dan dapat menetap hingga pada usia dewasa.

  9. Pada beberapa anak dengan gangguan perkembangan mempunyai keadaan lain yang menyertai, seperti autisme, serebral palsi, gangguan perkembangan lain (nutrisi, sakit dan penyakit, kecelakaan dan luka), epilepsi, dan disabilitas fisik dalam berbagai porsi.

TANDA DAN GEJALA RETARDASI MENTAL

Gejala anak retardasi mental, antara lain sebagai berikut.

  1. Lamban dalam mempelajari hal baru, mempunyai kesulitan dalam mempelajari pengetahuan abstrak atau yang berkaitan, dan selalu cepat lupa apa yang dia pelajari tanpa latihan yang terus-menerus.

  2. Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.

  3. Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak RM berat.

  4. Cacat fisik dan perkembangan gerak. Kebanyakan anak dengan retardasi mental berat mempunyai keterbatasan dalam gerak fisik, ada yang tidak dapat berjalan, tidak dapat berdiri, atau bangun tanpa bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang sangat sederhana, sulit menjangkau sesuatu, dan mendongakkan kepala.

  5. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari anak retardasi mental berat sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti berpakaian, makan, dan mengurus kebersihan diri. Mereka selalu memerlukan latihan khusus untuk mempelajari kemampuan dasar.

  6. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak tunagrahita ringan dapat bermain bersama dengan anak reguler, tetapi anak yang mempunyai retardasi mental berat tidak melakukan hal tersebut. Hal itu mungkin disebabkan kesulitan bagi anak retardasi mental dalam memberikan perhatian terhadap lawan main.

  7. Tingkah laku kurang wajar yang terus-menerus. Banyak anak retardasi mental berat bertingkah laku tanpa tujuan yang jelas. Kegiatan mereka seperti ritual, misalnya memutar-mutar jari di depan wajahnya dan melakukan hal-hal yang membahayakan diri sendiri, misalnya menggigit diri sendiri, membentur-beturkan kepala, dan lain- lain.

PENANGANAN RETARDASI MENTAL

Pencegahan Primer

Dengan dilakukan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan keadaan sosial ekonomi, konseling genetik, dan tindakan kedokteran, misalnya perawatan prenatal, pertolongan persalinan, pengurangan kehamilan pada wanita adolesen dan di atas usia 40 tahun, serta pencegahan radang otak pada anak-anak.

Pencegahan Sekunder

Meliputi diagnosis dan pengobatan dini pada keadaan yang menyebabkan terjadinya retardasi mental.

Pencegahan Tertier

Meliputi latihan dan pendidikan di sekolah luar biasa, obat-obatan neuroleptika, serta obat yang dapat memperbaiki mikrosirkulasi dan metabolisme otak.

Sumber :

Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati, Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Penerbit Salemba Medika, 2015.

Retardasi mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan intelegensi yang kurang sejak masa perkembangan. Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah intelegensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligfrenia (oligio: kurang atau sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (maramis:2005).

Menurut pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ-III), retardasi mental ialah suatu keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya kendala keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial(Maslim, 2001).

Retardasi mental atau tuna grahita ialah keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap dan muncul pada masa kanak-kanak (sebelum 18 tahun) yang ditandai dengan keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.

Kriteria diagnosa retardasi mental


Reterdasi mental didiagnosis berdasarkan tiga kriteria (APA, dalam Nevid, 2005), diantaranya adalah:

  1. Skor rendah pada intelegensi formal (skor IQ kira-kira 70 atau dibawahnya)
  2. Adanya bukti hendaya dalam melakukan tugas sehari-hari dibandingkan dengan orang lain yang seusia.
  3. Perkembangan gangguan terjadi sebelum usia 18 tahun.

Faktor-faktor penyebab terjadinya retardasi mental


Menurut pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa ke-1 (maramis:2005) faktor-faktor penyebab retardasi mental adalah sebagai berikut:

  1. Infeksi dan atau intoksikasi
    Infeksi yang terjadi pada masa prenatal dapat berakibat buruk pada perkembangan janin, yaitu rusaknya jaringan otak. Begitu juga dengan terjadinya intoksinasi, jaringan otak juga dapat rusak yang pada akhirnya menimbulkan retardasi mental. Infeksi dapat terjadi karena masuknya rubella , sifilis, toksoplasma, dll, kedalam tubuh ibu yang sedang mengandung. Begitu pula halnya dengan intoksinasi, karena masuknya”racun” atau obat yang semestinya dibutuhkan.

  2. Terjadinya rudapaksa dan atau sebab fisik lain
    Rudakpaksa sebelum lahir serta trauma lainya, seperti hiper radiasi, alat kontrasepsi, dan usaha melakukan obortus dapat mengakibatkan kelainan berupa retardasi mental. Pada waktu proses kelahiran (perinatal) kepala bayi dapat mengalami tekanan sehingga menimbulkan pendarahan dalam otak. Mungkin juga karena terjadi kekurangan oksigen yang kemudian menyebabkan terjadinya degenerasi sel-sel korteks otak yang kelak mengakibatkna retardasi mental.

  3. Gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi
    Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan metabolisme (misalnya, gangguan metabolisme karbohidrat dan protein), gangguan pertumbuhan, dan gizi buruk termasuk dalam kelompok ini, gangguan gizi berat dan berlangsung lama sebelum anak berusia 4 tahun sangat mempengaruhi perkembangna otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental. Keadaan seperti ini dapat diperbaiki dengan memberikan gizi yang cukup sebelum anak berusia 6 tahun, sesudah itu biarikan anak tersebut sangat sukar untuk ditingkatkan.

  4. Penyakit otak yangn yata (postnatal)
    Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat beberapa reaksi sel-sel otak yang nyata, yang bersifat degenerative, radang, proliferatif, sklerotik atau reparatif. Penyakit otak yang terjadi sejak lahir atau bayi dapat menyebabkan penderita mengalami keterbelakangan mental.

  5. Penyakit atau pengaruh prenatal
    Keadaan ini dapat diketahui sudah ada sejak dalam kandungan, tetapi tidak diketahui etiologinya, termasuk anomaly cranila primer dan defek congenital yang tidak diketahui sebabnya.

  6. Kelainan kromosom
    Kelainan kromosom mungkin terjadi sejak pada aspek jumlah maupun bentuknya. Kelainan pada jumlah kromosom menyebabkan sindroma down yang dulu sering disebut mongoloid.

  7. Prematuritas
    Retardasi mental yang termasuk retardasi mental yang berhubungan dengan keadaan bayi yang pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram dan atau dengan masa kehamilan kurang dari 38 minggu.

  8. Akibat gangguan jiwa yang berat
    Retardasi mental juga terjadi karena ganggguan jiwa yang berat pada masa kanak-kanak.

  9. Deprivasi psikososial
    Deprivasi artinya tidak terpenuhi kebutuhan. Tidak terpenuhinya kebutuhan psikososila awal-awal perkembangan ternyata juga dapat menyebabkan terjadinya retardasi mental pada anak.

Retardasi Mental adalah keadaan dengan intelegensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo=kurang atau sedikit dan fren=jiwa) atau tuna mental (Muhith, 2015).

Retardasi mental adalah keadaan yang penting secara klinis maupun sosial. Kelainan ditandai oleh keterbatasan kemampuan yang diakibatkan oleh gangguan yang bermakna dalam intelegensia terukur dan perilaku penyesuaian diri (adaptif). Retardasi mental juga mencakup status sosial, hal ini dapat lebih menyebabkan kecacatan dari pada cacat khusus itu sendiri. Karena batas-batas antara normalitas dan retardasi mental seringkali sulit digambarkan, identifikasi pediatric, evaluasi, dan perawatan anak dengan kesulitan kognitif serta keluarganya memerlukan tingkat kecanggihan teknis maupun sensitivitas interpersonal yang besar (Behman, 2008).

Etiologi
Penyebab retardasi mental adalah faktor keturunan (genetik) atau tak jelas sebabnya, keduanya disebut retardasi mental primer. Sedangkan faktor sekunder disebabkan oleh faktor luar yang berpengaruh terhadap otak bayi dalm kandungan atau anak-anak. Penyebab retardasi mental lain adalah akibat infeksi dan intoksikasi,rudapaksa atau sebab fisik lain, gangguan metabolisme pertumbuhan atau gizi, penyakit otak yang nyata (postnatal), penyakit atau pengaruh pranatal yang tidak jelas, kelainan kromosom, prematuritas, gangguan jiwa yang berat, deprivasi psikososial (Muhith, 2015).

Klasifikasi
Menurut (Muhith, 2015), berdasarkan tingkat Intelligence Quotient (IQ) karakteristik retardasi mental dibedakan menjadi:

  • Retardasi mental ringan (IQ = 50 – 70, sekitar 85% dari orang yang terkena retardasi mental)

  • Retardasi mental sedang (IQ = 35-55, sekitar 10% orang yang terkena retardasi mental)

  • Retardasi mental berat (IQ = 20-40, sebanyak 4% dari orang yang terkena retardasi mental)

  • Retardasi mental berat sekali (IQ = 20-25, sekitar 1 sampai 2 % dari orang yang terkena retardasi mental

Pencegahan dan pengobatan retardasi mental
Menurut Lumbantobing,S.M., (2001) dalam (Muhith, 2015) menyatakan bahwa pencegahan dan pengobatan retardasi mental yaitu:

  • Pencegahan primer
    Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan keadaan-sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran (umpamanya perawatan prenatal yang baik, kehamilan pada wanita adolesen dan diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan peradangan otak pada anak-anak).

  • Pencegahan sekunder
    Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan subdural, kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka dengan kraniotomi, pada mikrosefali yang konginetal, operasi tidak menolong).

  • Pencegahan tersier
    Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya di sekolah luar biasa. Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah, hiperaktif atau dektrukstif.

  • Konseling
    Kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmantis dengan tujuan anatara lain membantu mereka dalam mengatasi frustasi oleh karena mempunyai anak dengan retardasi mental. orang tua sering menghendaki anak diberi obat, oleh karena itu dapat diberi penerangan bahwa sampai sekarang belum ada obat yang dapat membuat anak menjadi pandai, hanya ada obat yang dapat membantu pertukaran zat (metabolisme) sel-sel otak.

  • Latihan dan pendidikan

    1. Mempergunakan dan mengembangkan sebaik-baiknya kapasitas yang ada.
    2. Memperbaiki sifat-sifat yang salah atau yang anti sosial.
    3. Mengajarkan suatu keahlian (skill) agar anak itu dapat mencari nafkah kelak.
  • Latihan diberikan secara kronologis

    1. Latihan rumah : pelajaran-pelajaran mengenai makan sendiri, berpakaian sendiri, kebersihan badan.

    2. Latihan sekolah : yang penting dalam hal ini ialah perkembangan sosial.

    3. Latihan teknis : diberikan sesuai dengan minat, jenis kelamin, dan kedudukan sosial.

    4. Latihan moral : dari kecil anak harus diberitahukan apa yang baik dan apa yang tidak baik. Agar anak mengerti, maka tiap- tiap pelanggaran disiplin perlu disertai dengan hukuman dan tiap perbuatan yang baik perlu disertai hadiah.