Apa yang dimaksud dengan Remaja dengan Masalah Majemuk?

Setiap tahap usia remaja mempunyai tugas perkembangan yang harus dilaluinya

Apabila seseorang gagal melaksanakan tugas perkembangan pada usia sebenarnya, perkembangan pada tahap berikutnya akan mengalami gangguan, lalu mencetuskan masalah pada diri remaja. Pada usia ini, remaja mencoba mencari penyesuaian diri dengan kelompok sebayanya. Dia mula memerhati pendapat orang lain, selain menginginkan kebebasan dan keyakinan diri. Secara psikologi, kenakalan remaja wujud daripada konflik yang tidak diselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak, sehingga fase remaja gagal dalam menjalani proses perkembangan jiwanya. Bisa juga terjadi masa kanakkanak dan remaja berlangsung begitu singkat berbanding perkembangan fisikal, psikologi dan emosi yang begitu cepat.

Pengalaman pada masa anak-anak atau pada masa lampaunya yang menimbulkan traumatik seperti dikasari atau yang lainnya dapat menimbulkan gangguan pada fase pertumbuhannya. Begitu juga, mereka ada tekanan dengan lingkungan atau status sosial ekonomi lemah yang dapat menimbulkan perasaan minder. Hal itu dikarenakan remaja belum stabil dalam mengelola emosinya. Dalam masa peralihan remaja dihadapkan pada masalah-masalah penguasaan diri atau kontrol diri. Pertentangan dan pemberontakan adalah bagian alamiah dari kebutuhan para remaja untuk menjadi dewasa yang mandiri dan peka secara emosional.261 Remaja suka memberontak dan idealis kadang-kadang ketegangan-ketegangan sering terjadi dengan menantang orangtua, guru dan orang-orang yang ada di sekitar mereka. dengan gagasan-gagasannya yang kadang berbahaya dan kaku.

Persoalan-persoalan lain remaja yang membuat kita prihatin yang terjadi dalam rutinitas sehari-hari adalah tidur larut malam, tidak betah tingal di rumah, mencuri, berbohong, merokok, bersumpah dengan bahasa yang tidak jelas, mengucapkan kata-kata yang cenderung vulgar, tidak patuh dan suka membantah, selalu menolak apabila diperintahkan, suka berdebat, membolos dari sekolah, mendengarkan musik dengan keras, tidak membersihkan tubuhnya dengan benar atau sebaliknya berlama-lama di kamar mandi (mandi secara berlebihan), bermalas-malasan dengan tidak melakukan sesuatu (menganggur), memakai pakaian yang tidak rapi atau membuat model atau potongan rambut yang sembarangan, melakukan sesuatu dengan tanpa pertimbangan yang matang serta dengan resiko yang konyol, bergaul dengan orang-orang yang tidak kita sukai karena tidak jelas orientasi hidupnya, melalaikan pelajaran agamanya atau tidak memperhatikan ibadahnya seperti tidak sholat atau sholat tidak tepat waktu, dan lain-lain.

Sedangkan problem pokok yang dihadapi oleh kota besar, dan kota-kota lainnya tanpa menutup kemungkinan terjadi di pedesaan, adalah kriminalitas di kalangan remaja. Dalam berbagai acara liputan kriminal di televisi misalnya, hampir setiap hari selalu ada berita mengenai tindak kriminalitas di kalangan remaja. Hal ini cukup meresahkan, dan fenomena ini terus berkembang di masyarakat. Sebagai contoh peristiwa kenakalan remaja adalah sebagai berikut:

  1. Pencabulan yang dilakukan oleh seorang yang masih berusia 18 tahun terhadap korbannya yang masih berusia dibawah umur di Probolinngo Jawa Timur.

  2. Tawuran antar pelajar Sekolah Menengah Pertama yang terjadi di Jakarta menelan korban jiwa karena para pelajar membawa senjata tajam.

  3. Tiga pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kediri membobol gedung sekolah, saat di tangkap oleh polisi, ketiga pelajar tersebut kedapatan telah mengambil beberapa handphone yang berada di gedung sekolah tersebut. Orangtua dari remaja nakal atau bermasalah cenderung memiliki aspirasi yang minim mengenai anak-anaknya, menghindari keterlibatan keluarga dan kurangnya bimbingan orangtua terhadap remaja. Sebaliknya, suasana keluarga yang menimbulkan rasa aman dan menyenangkan akan menumbuhkan kepribadian yang wajar dan begitu pula sebaliknya. Banyak penelitian yang dilakukan para ahli menemukan bahwa remaja yang berasal dari keluarga yang penuh perhatian, hangat, dan harmonis mempunyai kemampuan dalam menyesuaikan diri dan sosialisasi yang baik dengan lingkungan disekitarnya.

Setidaknya ada empat masalah yang mempengaruhi sebagian besar remaja adalah:

  1. Masalah penyalahgunaan obat.
  2. Masalah kenakalan remaja.
  3. Masalah seksual.
  4. Masalah-masalah yang berkaitan dengan sekolah.

emaja yang paling beresiko adalah remaja yang memiliki masalah lebih dai satu masalah tersebut. Lambat laun para peneliti menemukan bahwa perilaku perilaku bermasalah yang dialami dimasa remaja saling berkaitan. Sebagai contoh, penyalahgunaan obat terlarang yang parah berkaitan dengan aktivitas sexual dini, rendahnya nilai sekolah, putus sekolah, dan kenakalan. Aktivitas sexual dini berkaitan dengan penggunaan rokok dan alkohol, penggunaan meriyuana dan obat-obatan narkotika lainnya. Meskipun tidak seluruhnya, sebagian anak-anak muda berisiko tinggi “melakukan semua hal tersebut.” Penelitian ini dilakukan di negara negara maju seperti Amirika. Gejala perilaku yang menyimpang itu juga dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Penguatan pendidikan karakter dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang terjadi di negara kita. Diakui atau tidak saat ini terjadi krisis nyata dan mengkhawatirkan dalam masyarakat dengan melibatkan milik kita yang paling berharga, yaitu anak-anak. Krisis ini antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, Menurut Kepala BKKBN, Sugiri Syarif, data badan Koordinasi Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2010, menunjukkan 51 persen remaja di Jabodetabek telah melakukan seks pranikah. Artinya dari 100 remaja, 51 sudah tidak perawan. Beberapa wilayah lain Indonesia, seks pranikah juga dilakukan beberapa remaja. Misalnya saja di Surabaya tercatat 54 persen, di Bandung 47 persen, dan52 persen di Medan. Dari kasus perzinaan yang dilakukan para remaja putri tersebut, yang pailng dahsyat terjadi di Yogyakarta. Pihaknya mnyebutkan dari hasil penelitian di Yogyakarta kurun waktu 2010 setidaknya tercatat sebanyak 37 persen dari 1.160 mahasiswi di Kota Gudeg ini menerima gelar MBA (marriage by accident) alias menikah akibat hamil maupun kehamilan. Di luar nikah. Didit Tri Kertapi, “Kepala BKKBN; 51 negara dari 100 remaja di Jabodetabek sudah tak perawan.” Dalam detiknews.com, dipublikasikan pada tanggal 28/11/2010, dari 100 remaja di Jabodetabek sudah tak perawan.

Menurut tinjauan Emotional Spiritual Question (ESQ) tujuh krisis moral yang terjadi di tengah masyarakat Indonesia antara lain krisis kejujuran, krisis tanggung jawab, tidak berpikir jauh ke depan, krisis disiplin, krisis kebersamaan, dan krisis keadilan.268 Pendidikanlah yang sesungguhnya paling besar memberikan kontribusi terhadap situasi ini. Dalam konteks pendidikan formal di sekolah, bisa jadi salah satu penyebabnya karena pendidikan di Indonesia lebih menitikberatkan pada pengembangan intelektual atau kognitif semata, sedangkan aspek soft skills, atau non akademik secara optimal bahkan cenderung diabaikan. Saat ini, adda kecenderungan bahwa target-target akademik masih menjadi tujuan utama dari hasil pendidikan, seperti halnya Ujian Nasional (UN), sehingga proses pendidikan karakter masih sulit dilakukan.

Faktor lain yang juga ikut mempengaruhi perilaku kenakalan pada remaja adalah konsep diri yang merupakan pandangan atau keyakinan diri terhadap keseluruhan diri, baik yang menyangkut kelebihan maupun kekurangan diri, sehingga mempunyai pengaruh yang besar terhadap keseluruhan perilaku yang ditampilkan. Konsep diri terbentuk dan berkembang berdasarkan pengalaman dan inteprestasi dari lingkungan, penilaian orang lain, atribut, dan tingkah laku dirinya. Masa remaja merupakan saat individu mengalami kesadaran akan dirinya tentang bagaimana pendapat orang lain tentang dirinya. Pada masa tersebut kemampuan kognitif remaja sudah mulai berkembang, sehingga remaja tidak hanya mampu membentuk pengertian mengenai apa yang ada dalam pikirannya, namun remaja akan berusaha pula untuk mengetahui pikiran orang lain tentang tentang dirinya.