Apa yang dimaksud dengan raja' atau harapan kepada Allah swt ?

Harapan kepada Allah

Raja, secara harfiah adalah harapan. Dalam konteks tasawuf diartikan sebagai harapan akan anugerah dari Allah (hanya berharap kepada Allah), baik itu berupa ampunan, kasih sayang, maupun limpahan rahmat-Nya.

Apa yang dimaksud dengan raja’ atau harapan kepada Allah swt ?

Rajâ’ berasal dari kata rajâ – yarjû – rajâ-an, yang berarti mengharap dan pengharapan. Kata rajâ’ dalam al-Quran disebutkan dalam QS al-Baqarah, 2: 218 dan QS al-Ahzâb/33: 21,

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”

Dalam kedua ayat tersebut, rajâ’ (pengharapan) atas rahmat Allah dinyatakan oleh para mufassir begitu kuat pengaruhnya bagi setiap orang yang beriman. Pengharapan itu menjadikan mereka rela hijrah, meninggalkan segala kesenangan dan harta yang mereka telah miliki. Mereka tidak berkebaratan mengadu nyawa dengan berjihad berperang melawan musuh-musuh mereka. Rajâ’ merupakan sikap optimis total. Ibarat seorang pedagang yang rela memertaruhkan seluruh modal usahanya karena meyakini keuntungan besar yang bakal segera diraihnya. Ibarat seorang ‘pecinta’ yang rela memertaruhkan segala miliknya demi menggapai cinta kekasihnya. Dia meyakini bahwa cintanya itulah bahagianya. Tanpanya, hidup ini tiada arti baginya. Rajâ’ atau pengharapan yang demikian besar menjadikan seseorang hidup dalam sebuah dunia tanpa kesedihan. Sebesar apa pun bahaya dan ancaman yang datang tidak mampu menghapus ‘senyum’ optimisme dari wajahnya.

Kondisi Rajâ’ sebagaimana disebut di atas tercermin dalam hadits Nabi s.a.w., sebagai berikut:

"… Seandainya orang kafir itu mengetahui rahmat Allah, maka niscaya tidak ada seorang kafir pun yang berputus asa untuk mengharapkan surga-Nya. (Hadits Riwayat Muslim dari Abu Hurairah, Shahîh Muslim, VIII/97)

Dalam kondisi rajâ’, seseorang dapat memastikan bahwa dia pasti mendapat rahmat, kasih sayang, dan ampunan Allah. Bagaimana tidak? Padahal orang kafir pun, sebagaimana hadits di atas, berhak untuk berharap masuk surga. Bahkan Allah melarang siapa pun untuk berputus asa dari rahmat-Nya. Allah berfirman dalam QS Yûsuf, 12: 87,

“Sesungguhnya tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali golongan orang-orang kafir”.

Menurut al-Qusyairi, raja’ adalah ketergantungan hati kepada sesuatu yang dicintai dan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dan Abu Allah bin Khubiq membagi raja’ menjadi tiga bentuk, yakni:

  • Orang yang mengerjakan pekerjaan yang baik dan berharap dapat diterima.

  • Orang yang mengerjakan perbuatan jahat dan bertobat dan berharap mendapat ampunan.

  • Orang yang berdusta dan tidak mengulangu dosa, seraya mengharapkan ampunan.

Dalil-dalil tentang Raja’.

Allah mensifati orang yang selalu mengharap rahmat-Nya sebagai orang yang beriman,berhijrah dan berjihad di jalan Allah, seperti yang tertulid didalam firman-Nya sebagai berikut

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.Al-Baqarah :218.).

Hadis-hadis Nabi juga banyak yang menganjurkan untuk selalu mengharap rahmat Allah. Diantaranya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik :

“Allah Ta’ala berfirman, “Wahai anak Adam, sesungguhnya selama kamu bermohon kepada-Ku dan ber-raja’ pada-Ku, Aku pasti mengampunimu atas segala keadaanmu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, kalaulah dosa-dosamu mencapai langit kemudian kamu memohon ampunan kepada-Ku, niscya Aku mengampunimu. Wahai anak Adam, jika sekiranya kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa/ kesalahan sebanyak isi bumi tetapi kamu tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu pun, niscaya Aku akan datang dengan kemampuan sebanyak isi bumi pula” (HR. Turmudzi).

Ciri-ciri Raja’.

Adapun ciri-ciri raja’ adalah:

  1. Memiliki sifat jiwa optimis dan penuh semangat dalam menjuhi kehidupan.

  2. Tekun dan ulet dalam mengerjakan suatu pekerjaan meskipun sering di hadapkan pada kegagalan dan kerugian.

  3. Menghargai waktu dan kesempatan untuk senantiasa diisi dan dimanfatkan dengan pekerjan yang baik dan maslahat.

  4. Tidak lekas frustasi dan patah semangat dalam menghadapi masalah

  5. Meyakini bahwa Allah SWT adalah maha pengasih dan maha penyayang bagi semua hamba-Nya.